Pebola voli Sidoarjo Aneka Gas Industri, Yoga Tegar Sujiwa (kanan), melakukan smes yang coba ditahan pebola voli putra Jakarta Pertamina Energi, Doni Haryono (kiri), pada seri kedua putaran kedua voli Proliga 2019 di Palembang Sport and Convention Center, Palembang, Sumatera Selatan, 12 Januari 2019. Pertamina lolos ke empat besar, sedangkan Aneka Gas di urutan kelima.
Semakin tinggi pohon menjulang, semakin keras angin menerpa. Perumpamaan ini tepat untuk menggambarkan perjalanan tim putra Jakarta Pertamina Energi pada liga bola voli Proliga 2019. Hingga empat dari enam seri dalam dua putaran, Pertamina menjadi pemuncak klasemen sementara dengan nilai 17 dari enam kali bermain.
Perolehan nilai itu nyaris sempurna, menggambarkan kekuatan tim ini. Tim yang menang dengan skor 3-0 atau 3-1 mendapat nilai tiga. Apabila menang 3-2, tim mendapat nilai 2. Adapun tim yang kalah 0-3 atau 1-3 mendapat nilai 0, sedangkan tim yang kalah 2-3 mendapat nilai 1.
Jadi, nilai 17 tim asuhan Putut Marhaento itu berasal dari lima kemenangan 3-0 dan 3-1 serta sekali menang 3-2, tanpa terkalahkan. Pertamina pun menjadi tim pertama yang memastikan tempat di babak empat besar.
Ternyata, berada di puncak membuat embusan angin lebih kencang. Sebelum putaran kedua seri kedua di Pekanbaru, 18-20 Januari 2019, dua tim lawan, yaitu Jakarta BNI 46 dan Palembang Bank SumselBabel, sangat bertekad mengalahkan Pertamina.
Sebaliknya, asisten pelatih putra Jakarta Pertamina Energi, Andri Widyatmoko, mengatakan, meski sudah lolos ke empat besar, timnya tidak akan mengendur. Perintah pelatih kepada pemain sangat jelas, memenangi seluruh pertandingan yang tersisa.
”Kami tidak akan menurunkan pemain lapis kedua. Kami ingin konsisten menjaga kemenangan dan ritme pertandingan,” kata Andri.
Namun, instruksi pelatih ternyata berbeda dengan fakta lapangan. Melawan BNI 46 di Gelanggang Remaja Pekanbaru, Sabtu (18/1/2019), putra Pertamina tumbang 0-3 (21-25, 21-25 dan 15-25). BNI 46 membalas kekalahan di Gresik pada seri kedua, juga dengan 0-3 (17-25, 26-28 dan 19-25).
Menurut Putut, kalah-menang adalah biasa. Putut bahkan terkesan menyalahkan kepemimpinan wasit Raditya Darwis yang dituding kurang jeli memimpin laga sehingga merugikan timnya.
Keesokan harinya, saat melawan Bank SumselBabel, lagi-lagi Pertamina kalah, 1-3 (29-27, 23-25, 23-25, 26-28). Namun, Putut tetap percaya diri. ”Sebagai tim yang berada di puncak, sangat wajar kami menjadi target utama untuk dikalahkan,” katanya.
Dia mengatakan akan mengevaluasi kekalahan dan mempersiapkan jurus pamungkas untuk mematikan lawan sekaligus menjadi juara di babak empat besar.
Putut boleh percaya diri, tetapi Pertamina menerima pukulan ganda di Pekanbaru. Kalah dua kali, sekaligus kehilangan posisi puncak klasemen setelah digeser Surabaya Bhayangkara Samator. Juara bertahan itu sukses memenangi dua laga melawan dua tim debutan, Sidoarjo Aneka Gas Industi dan Jakarta Garuda.
Hasil di Pekanbaru ini langsung memastikan empat tim yang lolos ke empat besar, yakni Samator yang mengantongi nilai 18, disusul Peratamina (17), serta BNI 46 dan Bank SumselBabel yang sama-sama meraih 14 poin.
Dua tim baru, Aneka Gas Industri dan Jakarta Garuda, dipastikan tersingkir meski masih menyisakan pertandingan di seri terakhir di Solo, akhir pekan ini.
Di bagian putra, peningkatan performa ditampilkan tim BNI 46. Mereka bermain lepas dan serangan kombinasi hidup, terutama dari sayap dengan umpan silang jauh dan smes dari belakang. Apabila permainan mereka konsisten seperti saat mengalahkan Pertamina, BNI bisa membuat kejutan di babak empat besar.
Menawan
Di bagian putri, tim Jakarta PGN Popsivo Polwan mendominasi lima seri dengan meraih nilai 17 dan belum terkalahkan. Selain Popsivo, tiga tim lain juga sudah memastikan tempat di empat besar.
Mereka adalah Jakarta BNI 46 (13) di posisi kedua, juara bertahan Jakarta Pertamina Energi (9) di posisi ketiga, dan finalis musim lalu Bandung Bank BJB Pakuan (8) di urutan keempat.
Tim putri Jakarta Elektrik PLN, enam kali juara Proliga, musim ini tampil buruk dan belum pernah menang dari tujuh pertandingan. Di Pekanbaru, putri Elektrik kalah dari Pertamina dan Pakuan. Hasil buruk itu membuat Elektrik tersisih dari babak empat besar untuk pertama kalinya.
Asisten pelatih Elektrik, Oktavian, menyebut anjloknya prestasi tim disebabkan kesalahan memilih pemain asing. Pemain asing PLN, Jutarat Montripila asal Thailand dan Xixi dari China, tidak mampu mengangkat performa tim.
Kualitas pemain asing memang dapat membuat perbedaan besar. Hal itu diperlihatkan pemain Pertamina asal Republik Dominika, Bethania De La Cruz, yang baru pertama kali bermain di Proliga.
Bethania dengan tinggi badan 188 cm, tegap dan penuh otot, memiliki pukulan keras. Pertamina akan mengancam dominasi Popsivo di empat besar. (Syahnan Rangkuti)
