Dominasi Djokovic
Novak Djokovic menjuarai tunggal putra Australia Terbuka untuk ketujuh kalinya. Kemenangan sempurna ini juga diperoleh melalui penampilan sempurna.
MELBOURNE, MINGGU Tak ada lagi rekor sebagai final terlama dan laga sengit seperti yang terjadi dalam 10 pertemuan lain di arena Grand Slam. Pertemuan antara Novak Djokovic dan Rafael Nadal dalam final Australia Terbuka 2019 berlangsung nyaris tanpa perlawanan ”no contest”. Djokovic juara untuk ketujuh kali tanpa perlawanan berarti dari Nadal.
Final tunggal putra yang berlangsung di Rod Laver Arena, Melbourne Park, Minggu (27/1/2019), bahkan, berlangsung lebih singkat dibandingkan dengan final tunggal putri, sehari sebelumnya. Kemenangan Djokovic atas Nadal, 6-3, 6-2, 6-3, diperoleh dalam waktu 2 jam 4 menit. Adapun kemenangan Naomi Osaka atas Petra Kvitova, 7-6 (7-2), 5-7, 6-4, didapat setelah laga berlangsung 2 jam 21 menit.
Mantan petenis nomor satu dunia asal Swedia, Mats Wilander, bahkan menyebut penampilan Djokovic sebagai kesempurnaan mutlak. Dalam laga itu, Djokovic mendapat 34 winner, lebih banyak dari 21 winner milik Nadal.
Petenis nomor satu dunia itu meraih 89 poin, berbanding Nadal 53 poin, dan hanya melakukan sembilan unforced error. Parameter terakhir ini cukup mencolok karena Nadal membuat 28 unforced error.
Sepanjang pertandingan, Djokovic juga lima kali mematahkan servis Nadal dari delapan kesempatan. Sebaliknya, Nadal gagal memanfaatkan satu-satunya kesempatan untuk mencuri servis salah satu rival terberatnya itu. Nadal baru memperoleh break point pada gim keenam set ketiga.
Terkejut
”Penampilan saya sangat bagus dibandingkan dengan final Grand Slam lainnya, apalagi saya berhadapan dengan Nadal. Dengan hanya 15 unforced error yang saya buat selama semifinal dan final, saya pun cukup terkejut,” kata Djokovic ketika diminta menilai penampilannya pada final.
Dengan rekor 53 pertemuan, Djokovic dan Nadal menciptakan pertemuan terbanyak dalam persaingan tunggal putra pada era terbuka. Sebanyak 11 pertemuan berlangsung di arena Grand Slam, enam di antaranya dimenangi Djokovic, termasuk pada final Australia Terbuka 2019.
Di antara keenamnya, kemenangan di Rod Laver Arena, Minggu, menjadi yang termudah. Pada pertemuan terakhir sebelum Australia Terbuka, misalnya, Djokovic menang 6-4, 3-6, 7-6 (11-9), 3-6, 10-8, selama 5 jam 15 menit pada semifinal Wimbledon 2018.
Mereka, bahkan, menciptakan final Grand Slam terlama ketika bertemu pada final Australia Terbuka 2012. Djokovic menang, 5-7, 6-4, 6-2, 6-7 (5-7), 7-5, dalam pertandingan selama 5 jam 53 menit.
Namun, kali ini Nadal tidak berkutik. Penampilan gemilang sejak babak pertama hingga semifinal—Nadal selalu menang tiga set—dihentikan Djokovic. Petenis Serbia itu menekan Nadal melalui pukulan-pukulan tajam menyusur garis pinggir atau belakang lapangan.
”Selamat untuk Novak dan timnya. Dia tampil bagus hari ini. Namun, saya cukup senang karena bisa tampil di final pada penampilan pertama dalam turnamen sejak September.
Saya bisa tampil di sini setelah melewati masa sulit karena cedera,” kata Nadal, yang untuk keempat kali kalah dari lima kali lolos ke final di Australia Terbuka.
Satu-satunya gelar juara dari Grand Slam pembuka musim ini didapat petenis jagoan lapangan tanah liat tersebut pada Australia Terbuka 2009.
Sebaliknya, Djokovic memiliki rekor sempurna dalam penampilan di final Australia Terbuka. Dari tujuh final, dia tujuh kali juara. Jumlah itu membawanya menjadi tunggal putra dengan gelar terbanyak di Melbourne Park.
Gelar yang didapat pada 2008, 2011-2013, 2015, 2016, dan 2019 ini melewati enam gelar juara yang masing-masing dimiliki petenis Swiss, Roger Federer, dan Roy Emerson, petenis Australia, pada era 1960-an.
Australia Terbuka juga menjadi tempat istimewa bagi petenis berusia 31 tahun tersebut. Dia mendapatkan trofi pertama Grand Slam dari turnamen yang digelar sejak tahun 1905 tersebut.
Sebanyak 15 gelar Grand Slam juga membawa Djokovic melewati petenis Amerika Serikat, Pete Sampras, yang mengoleksi 14 gelar. Ia tinggal berselisih dua gelar dari Nadal dan lima gelar dari Federer sebagai tunggal putra dengan gelar juara Grand Slam terbanyak.
Gelar pada Australia Terbuka serta dua Grand Slam sebelumnya (AS Terbuka dan Wimbledon 2018) hampir menyamai prestasinya saat menjuarai empat Grand Slam beruntun. Djokovic melakukan itu mulai Wimbledon 2015, AS Terbuka 2015, Australia Terbuka 2016, hingga Perancis Terbuka 2016.(ap/iya)