Setelah melepas karier sebagai atlet, Butet akan menjauhkan diri dari dunia bulu tangkis. Bukan karena tak cinta pada dunia yang telah membesarkan namanya itu. Butet punya cita-cita untuk fokus mengurus bisnis yang telah dirintisnya tiga tahun lalu.
Apa yang akan dilakukan setelah pensiun?
Saya akan fokus ngurus bisnis. Sudah tiga tahun punya tempat refleksiologi di Gading Serpong dan jadi pengembang perumahan. Sudah ada empat perumahan kecil di daerah Bekasi. Ke depan, inginnya punya money changer, tapi saya harus belajar dulu
Bagaimana mengawali bisnis tersebut?
Tempat refleksi dibuat karena saya terbiasa dipijat saat jadi atlet. Karena saya punya ruko, saya coba bikin bisnis itu. Tadinya cuma punya satu ruko, sekarang sudah dua dengan posisi bersebelahan. Awalnya 5-6 terapis, sekarang sudah ada 17. Pelanggan yang tadinya cuma lima orang per hari, sekarang bisa sampai 40-an per hari.
Kalau properti, tadinya saya bekerja sama dengan teman. Setelah belajar dari dia, saya coba untuk membuat sendiri. Saya punya tim untuk survei tanah.
Mereka akan mencari sesuai kriteria saya. Dari banyak pilihan, coba dikerucutkan, lalu saya survei. Setelah itu, cek surat-surat dan peruntukkan tanahnya, lalu tawar menawar harga, baru rapat dengan kontraktor.
Kalau tidak pernah memulai, saya tidak akan pernah belajar. Padahal, cepat atau lambat saya akan meninggalkan bulu tangkis. Saya lakukan semuanya dari awal, mencari pegawai, wawancara, sampai nyari pasir untuk perumahan.
(Saat bercerita tentang bisnis propertinya, Butet memperlihatkan video tanah yang diincarnya untuk dijadikan proyek perumahan kelima).
Seperti apa tantangan menjalankan bisnis?
Saya harus belajar dari nol dan sempat mengalami kesulitan juga. Menjalankan bisnis itu pasti tak bisa selalu mulus. Di tempat refleksi misalnya, saya harus menghadapi kebiasaan terapis yang seperti bajing loncat. Mereka punya kebiasaan berpindah-pindah kerja meski saya sudah berusaha memberi kenyamanan.
Awalnya sih galau, tetapi lama-lama sudah tahu kebiasaan itu. Mengurus manusia itu sulit karena karakternya beda-beda. Pernah juga dimanfaatkan teman yang tidak pernah saya duga. Saya jadikan itu pengalaman, bisnis memang selalu ada perjalanan pahitnya. Saya harus siap dengan segala kemungkinan asal di batas aman.
Pernah mendapat kemudahan karena nama Anda terkenal?
Pasti pernah. Kalau mau urus surat-surat misalnya, orang-orang mau membantu, katanya karena saya sudah membanggakan negara. Tetapi, saya tidak pernah memanfaatkan itu, misalnya dengan minta harga lebih murah. Saya tetap membayar semuanya dengan harga normal
Prinsip apa yang Anda bawa dalam menjalankan bisnis?
Saya berusaha menjalankannya sesuai kemampuan. Untuk properti misalnya, saya beli tanah sesuai kemampuan. Saya tidak mau menjalankan bisnis tetapi makan dan tidur enggak enak karena banyak hutang. Saya ingin hidup tenteram, apalagi cari duitnya juga enggak gampang. (iya)