MANCHESTER, SENIN Gaya sepak bola ”Sarri-ball” ala Manajer Chelsea Maurizio Sarri pernah menuai kekaguman dari Manajer Manchester City Pep Guardiola. Namun, pada duel kedua tim, Senin (11/2/2019) dini hari WIB, Chelsea berubah menjadi tim memalukan. Kekalahan 0-6 menjadi yang terburuk bagi ”The Blues” pada era Liga Primer Inggris.
Pada laga di Stadion Etihad itu, para pemain The Blues menjalani filosofi Sarri-ball, yaitu operan-operan pendek cepat serta pertahanan menekan. Namun, taktik itu rusak oleh maraknya kesalahan individu para pemain Chelsea, antara lain dilakukan bek Marcos Alonso, gelandang Ross Barkley, dan kiper Kepa Arrizabalaga.
Gawang Chelsea pun menjadi bulan-bulanan City lewat barisan penyerang tajamnya, seperti Sergio Aguero yang mencetak tiga gol, dan Raheem Sterling yang mencetak gol pembuka. Alih-alih mengulang kehebatan di Stamford Bridge, yaitu saat memukul City 2-0 pada awal Desember lalu, laga di Etihad justru menjadi pentas permintaan maaf pemain Chelsea.
Chelsea mendadak memasuki krisis. Mereka merosot ke peringkat keenam Liga Inggris menyusul kekalahan kedua terbesar setelah dibekap Bournemouth, 4-0, akhir Januari lalu. Kekalahan dari City itu adalah yang terburuk sejak digilas Nottingham Forest 7-0 pada 1991.
Seusai kekalahan itu, satu per satu pemain Chelsea, seperti Alonso, Eden Hazard, David Luiz, Antony Ruediger, dan Cesar Azpilicueta, menyambangi tribune penonton untuk meminta maaf kepada suporter The Blues yang marah.
"Ini salah satu malam terburuk di dalam karier saya. Sulit menjelaskan apa yang terjadi. Ketika kami menang 2-0 pada Desember lalu, itu terjadi karena kami tampil bagus dan kompak. Kali ini, itu tidak terjadi,” ujar Azpilicueta.
Namun, tiada yang lebih disalahkan selain Sarri. Topik dengan tanda pagar ”Sarri out” ramai di Twitter. ”Saatnya Roman (Abramovich, pemilik Chelsea) bertindak. Pecat si badut itu,” kicau Barry Kane, fans Chelsea, di akun Twitter-nya.
Namun, adilkah jika Sarri menanggung kesalahan itu seorang diri? Masalah inkonsistensi penampilan nyatanya telah sangat akrab dengan Chelsea, siapa pun manajernya.
Para manajer The Blues terdahulu, seperti Jose Mourinho dan Antonio Conte, pernah berada persis di posisi Sarri saat ini. Agaknya, masalah Chelsea lebih kompleks ketimbang taktik atau gaya manajer. Masalah laten itu agaknya berakar pada para pemain.
Menurut harian Evening Standard, Sarri adalah korban ketiga dari ”pengkhianatan” pemain. Bukan lagi rahasia jika para pemain Chelsea mudah mengibarkan ”bendera putih” saat situasi sulit atau ketika keadaan berjalan di luar kehendak mereka.
Itu terjadi pada Conte musim lalu dan Mourinho dua musim sebelumnya. Kini, situasinya lebih rumit karena tidak lagi ada sosok pemimpin tim, seperti John Terry, Frank Lampard, dan Didier Drogba, yang mampu menjadi katalis tim dalam mengatasi krisis. (JON)