YOGYAKARTA, KOMPAS— Satria Muda Pertamina sebagai juara bertahan belum bangun pada hari terakhir seri kedelapan IBL Pertamax 2018-2019 di GOR UNY, Yogyakarta, Minggu (17/2/2019). Mereka menutup musim reguler dengan kekalahan dari Pelita Jaya Basketball, 56-58, dan memiliki pekerjaan rumah besar menjelang babak play off.
Penampilan Satria Muda pada laga terakhir itu sangat buruk. Dari 68 percobaan tembakan, hanya 16 yang menghasilkan poin. ”Memang penampilan kami selama musim ini ada di bawah standar dan kami sering tampil tidak konsisten,” kata pelatih Satria Muda Pertamina, Youbel Sondakh.
Penampilan yang kurang maksimal membuat Satria Muda harus mati-matian bersaing dengan Prawira Bandung di Divisi Merah untuk mendapatkan tiket ke babak play off.
Dari Divisi Merah, NSH langsung melaju ke babak semifinal, sementara Satria Muda dan BPD DIY Bima Perkasa Jogja bertarung di babak play off. Adapun di Divisi Putih, Stapac Jakarta ke babak semifinal, sedangkan Pelita Jaya dan Pacific Caesar akan bertarung di play off.
Penampilan buruk ini, kata Youbel, bukan berarti para pemainnya memiliki kemampuan yang rendah, melainkan justru sebaliknya. Masalahnya adalah kemampuan yang dimiliki para pemain belum keluar sepenuhnya. Youbel masih harus membangunkan para pemainnya.
Masalah itu ditambah dengan belum padunya kerja sama antarpemain. Para pemain pelapis juga belum memiliki mental kuat dan jam terbang tinggi.
Wajar jika serangan Satria Muda berkurang ketika mereka hanya memainkan Dior Alexandros Lowhorn, pemain asingnya, selama 57 detik. Strategi ini diterapkan Youbel untuk menjaga kondisi tim selama babak play off pada awal Maret 2019.
”Namanya juga pemain basket, kadang ada naik turunnya. Tapi nanti waktu play off kayaknya sudah naik lagi,” kata pemain Satria Muda, Avan Seputra, menanggapi penampilan buruk mereka. Ia menilai para pemain hanya membutuhkan istirahat setelah menjalani musim reguler yang padat.
Kegagalan Prawira
Prawira Bandung yang dulu bernama Garuda Bandung pada musim ini juga tampil lesu. Langkah mereka bahkan sudah terhenti sebelum melawan Stapac Jakarta, kemarin. Menghadapi Stapac, Prawira kalah 69-89.
Kepastian gagalnya Prawira ke play off sudah terjadi pada Sabtu (16/2) ketika Satria Muda mengalahkan Pacific Caesar Palace, 87-56. Padahal, pada laga sebelumnya di hari yang sama, Prawira sudah menang atas Hangtuah, 80-70.
Pelatih Prawira Bandung, Andre Yuwadi, mengatakan, laga kontra Stapac menjadi cermin kelebihan dan kekurangan mereka. Prawira hanya mampu menyulitkan Stapac pada dua kuarter pertama. Pada kuarter ketiga dan keempat, mereka gagal membendung Stapac.
”Kami harus membangun mental dan konsistensi. Untuk menang, harus konsisten hingga kuarter keempat,” kata Andre. (DEN)