SEVILLA, MINGGU – Kaki Lionel Messi tampaknya belum berhenti menciptakan keajaiban. Bintang Barcelona asal Argentina itu mampu mencetak tiga gol dan satu asis ke gawang Sevilla pada laga yang berakhir Minggu (24/2/2019) dini hari WIB di Stadion Ramon Sanchez Pizjuan.
Tim tuan rumah Sevilla kemudian hanya bisa pasrah menerima kekalahan 2-4 pada laga lanjutan Liga Spanyol itu. Kerja keras mereka mencetak gol melalui Jesus Navas (menit ke-22) dan Gabriel Mercado (menit ke-42) seolah menjadi sia-sia. Euforia yang muncul dari dua gol itu segera diredam Messi dalam babak kedua.
Setelah mencetak satu gol pada babak pertama, Messi kembali mencetak dua gol pada babak kedua dan menyumbang satu asis untuk Luis Suarez pada menit ke-90+3. Ini merupakan hattrick atau tiga gol per laga Messi yang ke-50 sepanjang kariernya. Rinciannya, 44 hattrick untuk Barcelona dan enam hattrick untuk tim nasional Argentina.
Pencapaian Messi ini tergolong spektakuler meski belum bisa menyamai rekor serupa yang diraih Cristiano Ronaldo, yaitu 51 hattrick. Ronaldo mencetak 44 hattrick untuk Real Madrid, satu hattrick untuk Manchester United, dan enam hattrick untuk timnas Portugal.
Namun, bukan masalah siapa yang paling banyak mencetak hattrick yang menjadi bahasan. Lagipula Messi “masih” berusia 31 tahun dan Ronaldo sudah berusia 34 tahun. Masih ada kemungkinan Messi menyamai rekor Ronaldo atau melampauinya.
Hal yang lebih menarik untuk dibicarakan adalah bagaimana pesepak bola seperti Messi atau Ronaldo mampu konsisten mencetak gol sebanyak itu sepanjang kariernya. “Messi tidak hanya mencetak tiga gol, tetapi anda harus bisa melihat di mana, kapan, dan bagaimana ia mencetak gol-gol itu,” kata Pelatih Barcelona Ernesto Valverde seperti dikutip laman Marca.
Mencari posisi
Direktur surat kabar olahraga AS, Alfredo Relano, dalam kolomnya, juga menekankan pada kepiawaian Messi dalam mencari posisi di lapangan pada detik-detik awal sebelum tercipta gol. Messi seolah bisa membaca dengan baik kemana arah bola, seberapa tinggi bola melayang, atau kemana kira-kira bek lawan maupun rekan-rekannya akan berlari.
Gol pertama ke gawang Sevilla pada menit ke-26, misalnya, Messi dengan tenang mundur selangkah sebelum melakukan tendangan voli untuk menyambut umpan silang dari Ivan Rakitic. Messi tetap bisa menendang dengan akurat meski di depannya ada tiga pemain lawan.
Pada gol kedua dan ketiga juga hampir sama. Messi bisa mendapat posisi yang terbaik untuk bisa menendang bola ke gawang lawan. Hal ini, yang diungkapkan oleh Relano, menjadi persoalan yang dihadapi Ferenc Puskas, legenda sepak bola asal Hungaria yang terkenal dengan ketajamannya di depan gawang. Puskas telah meninggal dunia pada tahun 2006 dan namanya telah digunakan oleh FIFA sebagai nama penghargaan untuk pemain dengan gol terbaik.
Dalam sebuah surat kabar di Spanyol terbitan lama, kata Relano, Puskas pernah bertutur, “Hal tersulit adalah memastikan anda berada di posisi yang tepat untuk menembak.” Hal itu diungkapkan Puskas setelah menerima penghargaan Pichichi yang ketiga. Penghargaan itu diberikan setiap musim untuk pencetak gol terbanyak di Liga Spanyol oleh surat kabar Marca di Spanyol.
Messi sendiri telah mendapat penghargaan Pichichi sebanyak lima kali. Ia berpeluang mendapatkannya lagi untuk yang keenam kali karena sudah mencetak 25 gol dalam 23 laga Liga Spanyol musim ini. Berkat kontribusinya itu, Barcelona kini semakin kokoh di puncak klasemen dengan 57 poin.
Messi pun mengakui sulit untuk tampil konsisten apalagi Barcelona dalam beberapa laga terakhir mengalami paceklik gol. “Kami tidak bisa selalu menampilkan yang terbaik. Namun, jika permainan bisa mengalir, akan lebih mudah untuk mencetak gol,” kata Messi yang saat ini lebih yakin bisa mengalahkan Real Madrid pada laga kedua semifinal Copa del Rey di Santiago Bernabeu, Kamis (28/2/2019) dini hari WIB.
Bagaimanapun, Messi telah menjadi sebuah keajaiban di sepak bola. Legenda yang hidup. Andaikan Puskas masih hidup dan bisa melihat aksi Messi di Stadion Ramon Sanchez Pizjuan, Puskas mungkin akan tersenyum. (REUTERS)