JAKARTA, KOMPAS – Atlet elite lari gawang Indonesia, Emilia Nova dan Rio Maholtra, tidak memiliki partner latihan yang seimbang di pemusatan latihan nasional PB PASI. Padahal, atlet-atlet elite perlu partner latihan yang setara sebagai tolok ukur membenahi kecepatan, mental, dan teknik. Untuk mengatasi kendala itu, atlet-atlet elite perlu lebih sering mengikuti kejuaraan atletik internasional.
Selama sekitar dua bulan menjalani pelatnas 2019, Emilia dan Rio berlatih sendiri-sendiri. Dalam latihan, mereka fokus mengulang teknik lari dan lompat. Emilia sedikit beruntung, karena ada atlet yunior Liza Putri Ramandha (17).
Namun, atmosfer kompetisi belum kental. Sebab, Emilia masih terlalu cepat dengan waktu terbaik 13,3 detik, sedangkan Liza 14,45 detik. Akibatnya, di setiap kali latihan, peraih medali perak lari gawang 100 meter putri Asian Games 2018 itu selalu melenggang mulus menjauhi Liza.
Adapun Rio, sejak masuk pelatnas pada 2012, tak memiliki partner. Ia sudah berulang kali meminta rekan latihan, namun belum ada yang bisa jadi rekan ideal. Rio terlalu cepat dibandingkan atlet lari gawang 110 meter putra di bawahnya. Rio bisa unggul sekitar satu detik di setiap gawang.
Rio ditemui di sela latihan di Stadion Madya, Senayan, Jakarta, Kamis (28/2/2019) mengatakan, kehadiran rekan berlatih penting bagi para atlet. Atlet bisa tahu batas kemampuannya, dan paham apa yang harus diperbaiki.
”Itulah kenapa saya berulang kali minta rekan berlatih. Tapi, kata pelatih, catatan waktu pelari nomor dua nasional di bawah saya masih terlampau jauh dari saya. Untuk itu, jika dipaksa hadir ke pelatnas, hasilnya juga tidak ada,” ujar Rio yang catatan waktu terbaiknya adalah 14,02 detik.
Liza menuturkan, sulit bagi atlet yunior mengejar ketertinggalan waktu dari para senior. Sebab, atlet yunior kalah jam terbang, juga belum punya mental bagus ketika melompati setiap gawang. Hal itu membuat kecepatan belum optimal. ”Untuk sekarang, sulit mengejar Kak Emilia,” ujarnya.
Pelatih lari gawang Indonesia Fitri ”Ongki” Haryadi mengutarakan, mencari bibit pelari gawang di Indonesia memang sulit. Untuk lari gawang, atlet butuh tubuh yang lebih tinggi dari rata-rata dan mental lebih kuat karena harus berlari dan melompati gawang.
Selain itu, banyak daerah tidak memiliki lintasan lari yang memadai dan gawang standar. ”Faktor perlengkapan peralatan di daerah itu sangat memengaruhi pembinaan atlet lari gawang. Karena tak banyak daerah yang punya perlengkapan lari gawang memadai, tidak banyak pula atlet lari gawang baru yang dilahirkan,” tutur Ongki.
Emilia menyampaikan, sebagai solusi masalah itu, para pelari gawang nasional perlu lebih sering mengikuti kejuaraan internasional. Dengan ikut kejuaraan internasional, atlet bisa mengevaluasi diri dan mengasah mental. Sebab, di kejuaraan internasional, atlet akan bertemu pelari-pelari yang seimbang, bahkan lebih baik. Emilia merasakan dampak positif itu menjelang Asian Games 2018. Pemusatan latihan sebulan di Amerika Serikat dan ikut kejuaraan Korea Selatan Terbuka, menjadi kunci Emilia bisa meraih perak Asian Games.
Emas SEA Games 2019
Pada 2019 ini, Emilia ditargetkan lolos ke Olimpiade Tokyo 2020 dan meraih medali emas pada SEA Games 2019 di Filipina. Adapun Rio fokus untuk meraih emas di SEA Games 2019. Untuk menjaga peluang itu, Emilia dan Rio akan mengikuti sejumlah kejuaraan level Asia dan dunia sepanjang tahun ini.
Ajang terdekat yang diikuti Emilia adalah Grand Prix Asia di Malaysia 29-30 Maret, sedangkan Rio mengikuti Singapura Terbuka, 28-29 Maret. Dua kejuaraan itu menjadi pemanasan sebelum keduanya tampil pada Kejuaraan Atletik Asia di Doha, Qatar, 21-24 April.
Ongki mengatakan, dalam program latihan saat ini, Emilia focus untuk memperbaiki teknik lipatan kaki dan gerak badan ketika melalui gawang. Pada Asian Games 2018, lipatan kaki Emilia masih terlalu condong ke depan dan gerak tubuhnya terbawa ke belakang. Hal itu cukup menghambat kecepatan.
Sementara itu, Rio diarahkan memperbaiki irama berlari dan kemulusan dalam melalui setiap gawang. ”Bila Emilia dan Rio bisa terus memperbaiki kesalahannya, kecepatan Emilia ditargetan bisa dipertajam di bawah 13 detik dan Rio di bawah 14 detik,” kata Ongki.