JAKARTA, KOMPAS— Kasus doping yang menjerat lifter putri Indonesia kelas 59 kilogram, Acchedya Jagaddhita, tidak mengurangi semangat tim angkat besi ke Olimpiade Tokyo 2020. Tim ”Merah Putih” tetap menjalani latihan seperti biasa dan memanggil lifter-lifter muda untuk bergabung latihan.
Wakil Ketua Pengurus Besar Persatuan Angkat Berat, Binaraga, dan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABBSI) Djoko Pramono mengatakan, Acchedya bukan satu-satunya atlet yang terpukul karena kasus doping.
”Peristiwa ini juga memengaruhi mental atlet-atlet lainnya, tetapi kami harus tegar. Saya memotivasi atlet agar tetap semangat dan berani menunjukkan prestasi tanpa menggunakan doping,” ujarnya di Jakarta, Kamis (7/3/2019).
Kasus Acchedya ini diumumkan Federasi Angkat Besi Internasional (IWF), Kamis (28/2), terkait temuan zat anabolik methandienone dalam pemeriksaan antidoping. IWF menyebut telah menemukan zat terlarang itu dalam sampel A milik Acchedya saat tampil di kejuaraan Piala EGAT’s Internasional di Thailand, 7-10 Februari.
Anabolik methandienone adalah zat yang dipakai untuk meningkatkan massa otot. Penggunaannya dilarang IWF. Acchedya mendapatkan larangan berlomba sementara hingga penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan ada tidaknya pelanggaran aturan antidoping.
Djoko menjelaskan, pihaknya sering melakukan sosialisasi dan pengawasan tentang obat-obatan dan nutrisi atlet agar tidak tersangkut kasus doping.
Selanjutnya, dia meminta kerja sama atlet agar hal ini betul-betul diperhatikan. ”Kami melakukan pengawasan, tetapi tidak bisa mengawasi atlet 24 jam. Kami harap pelatih juga introspeksi agar tidak ada lagi atlet yang tersangkut doping,” katanya.
Wajah baru
Menurut Djoko, latihan tim angkat besi berjalan seperti biasa. Tim Merah Putih juga berencana memanggil 10 atlet muda untuk memperkuat skuad angkat besi.
Mereka disiapkan tampil di SEA Games 2019 dan menjadi pelapis atlet senior yang menghadapi kualifikasi Olimpiade 2020. Atlet-atlet muda ini akan mengikuti berbagai kejuaraan internasional untuk melihat perkembangan latihan mereka.
Pekan ini, setidaknya ada lima wajah baru di tim angkat besi putri. Mereka adalah Lisa Setiawati (kelas 45 kg), Windy Cantika Aisah (49 kg), Riska Nur Amanda (49 kg), Juliana Clarisa (59 kg), dan Yurifah Mel Sandi (64 kg). Kelima atlet ini memperkuat tim putri yang sebelumnya sudah diisi Syarah Anggraini (49 kg) dan Nurul Akmal (+87 kg).
Pelatih angkat besi putri Supeni berharap kasus doping yang menjerat Acchedya menjadi jalan agar Indonesia tidak terpaku dengan atlet yang ada, tetapi bisa mencetak atlet-atlet baru. ”Semoga ini jadi jalan lahirnya juara-juara baru. Sebagai pelatih, saya juga harus terus mengasah ilmu saya untuk mewujudkan cita-cita Indonesia meraih medali emas Olimpiade,” ujarnya.
Supeni mengatakan, atlet yunior akan disiapkan untuk tampil di Kejuaraan Dunia Yunior di Suva, Fiji, pada 1-8 Juni. Kalau progres penampilan mereka cukup baik, atlet-atlet muda juga bisa tampil di SEA Games 2019.
Sementara itu, lifter senior Eko Yuli Irawan mengatakan, dirinya menjalin komunikasi yang lebih baik dengan pelatih untuk membahas suplemen dan obat-obatan yang dikonsumsi. ”Setiap kali akan minum obat, saya juga minta ke pelatih agar disediakan obat yang bebas dari doping,” ujar juara dunia kelas 61 kg itu.
Eko mengatakan, selama ini dirinya hanya mengonsumsi satu jenis suplemen dari perusahaan yang sudah bekerja sama dengan PB PABBSI. Suplemen yang dikonsumsi berguna untuk mempercepat pemulihan tubuh seusai latihan dan kejuaraan. (DNA)