JAKARTA, KOMPAS – Wadah untuk pesepak bola putri yunior merintis karir masih minim di Indonesia. Tak banyak kompetisi kelompok usia yang memberikan kesempatan bagi para srikandi yunior itu berpartisipasi. Liga Kompas Kacang Garuda U-14 sadar bahwa kesempatan pesepak bola putra dan putri untuk mengawali karir bersama terbuka lebar di kompetisi kelompok usia hingga batas U-15.
Kesempatan itu berusaha dioptimalkan pesepak bola putri asal Jakarta, Azra Zifa Kayla (14) yang memperkuat Sekolah Sepak Bola (SSB) Benteng Muda IFA di Liga Kompas musim 2018/2019. Azra membangun asa untuk terus merintis karir sebagai atlet sepak bola putri di Tanah Air.
Darah pesepak bola mengalir dalam diri Azra. Siswi kelas IX SMP Negeri 137 Jakarta itu mulai mengenal sepak bola sejak kelas 2 SD. Bakat sepak bola diperolehnya dari sang ayah, Mohammad Fakirman, mantan pemain klub Arseto Solo tahun 1994.
Azra mulai tekun berlatih sepak bola ketika menginjak kelas 3 SD. Sang ayah mendaftarkannya masuk SSB Persigawa di Jakarta. Di SSB itu, Azra adalah satu-satunya pemain putri. Setiap kali latihan, ia berbaur dengan para pemain putra.
”Awalnya risih bermain bola karena saya cewek seorang diri. Tadinya malu dan takut. Tapi, kata ayah, kalau suka harus ditekuni,” ujar Azra ditemui seusai laga Liga Kompas di GOR Ciracas, Jakarta Timur, 3 Maret 2019).
Kecintaanya yang besar terhadap sepak bola mendorong Azra untuk meruntuhkan tembok penghalang itu. Meski awalnya jarang mendapatkan menit bermain, ia tetap tekun berlatih. Bagi Azra, persoalan utama dari perkembangan sepak bola putri di Indonesia adalah kurangnya wadah untuk mengasah kemampuan. Ia merasakan sangat sulit mencari klub atau SSB yang memiliki akademi pemain putri.
Dia bergabung dengan SSB Benteng Muda IFA pun berawal dari ketidaksengajaan. Azra yang kebingungan mencari SSB yang memiliki akademi putri mengetahui keberadaan Benteng Muda IFA di laman media sosial Facebook. Saat itu Benteng Muda IFA tengah mencari pesepak bola putri untuk dibina. Gayung bersambut, Azra pun mendaftarkan diri.
”Kalau main sama cowok, kadang pelatih suka tidak kasih kepercayaan. Hanya pemain cowok yang diprioritaskan, sementara saya baru dimainkan lima menit terakhir. Kalau sekarang sudah jauh lebih baik dengan selalu diberi kepercayaan,” tuturnya.
Punya potensi
Dibandingkan dengan para pemain putri lain di tim putri Benteng Muda IFA, Azra tergolong pemain yang paling menonjol. Ia tegolong cepat, punya akselerasi dan skill yang baik, mampu melepaskan umpan silang, serta pandai membaca alur permainan saat menyerang ataupun bertahan.
Dengan kelebihannya itu, pelatih tim putra Benteng Muda IFA Frido Yuanto membawa Azra dalam tim yang baru saja promosi ke Liga Kompas musim ini. ”Saya tidak ragu membawa Azra karena kemampuannya mendekati pemain putra. Saya ingin dia bisa lebih berkembang dengan bermain di kelompok putra,” ujarnya.
Kelebihan Azra juga diakui rekan pemain putra. Kapten Benteng Muda IFA Fachrial Samudra (15) menilai Azra punya kapasitas untuk bermain bersama tim putra. Bahkan, rekan-rekan pemain putra pun nyaman bermain dengan Azra.
”Kami juga sadar bahwa Azra butuh kompetisi. Sebab, kan, jarang kompetisi yunior untuk pemain putri. Mudah-mudahan, dengan bermain di sini (Liga Kompas Kacang Garuda U-14), kemampuan Azra bisa meningkat,” katanya.
Azra masih ada kekurangan yang harus dibenahi. Terutama saat berlaga dengan pemain putra, Azra terlihat masih takut untuk berduel merebut bola. ”Secara keseluruhan, fisik Azra mungkin yang harus dibenahi. Dia harus lebih ngotot. Tapi, di sini, mungkin Azra takut adu fisik karena lawannya kan pemain putra semua,” tutur Fachrial.
Dengan kelebihan dan kekurangannya, Azra menjadi oasis bagi dunia sepak bola putri Indonesia. Direktur Teknik PSSI Danurwindo ketika ditemui mengatakan, pihaknya masih kesulitan untuk mengembangkan sepak bola putri. Selain belum ada kompetisi kelompok usia khusus putri, semua klub profesional di Indonesia juga belum sadar membentuk tim putri.
Di sisi lain, banyak kompetisi kelompok usia juga belum memiliki kesadaran untuk menghimbau tim yang berpartisipasi membawa pemain putri. ”Selagi merencanakan kompetisi khusus pemain putri, kami berharap lebih banyak kompetisi kelompok usia yang berinisiatif untuk lebih banyak melibatkan pemain putri,” ujar Danurwindo.
Azra adalah pemain putri kedua yang bermain di Liga Kompas setelah pemain putri SSB ASIOP Apacinti Zahra Muzdalifah pada musim 2015/2016. Sama halnya dengan Zahra yang sekarang rutin dipanggil tim nasional putri Indonesia kelompok usia, Azra pun sudah turun membela timnas putri Indonesia kelompok usia di berbagai ajang internasional.
Azra sudah masuk radar pelatih timnas putri Indonesia U-16 yang diasuh legenda sepak bola Rully Nere. Terbaru, Azra dipanggil untuk persiapan mengikuti Piala AFF U-15 putri dan Piala Asia U-15 putri. Kehadiran Azra maupun seniornya, Zahra diharapkan menjadi momen pembinaan sepak bola putri yang lebih baik. Sebab, pemain putra maupun putri memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berprestasi.