CR7 dan Messi adalah ”Teroris” Tulen
Betapa beruntungnya kita generasi penikmat sepak bola yang hidup pada era sekarang saat dua pemain terhebat Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi terus berproses menjadi legenda. Bahkan, saat keduanya sudah memasuki usia pertengahan 30-an, mereka seolah tidak menunjukkan penurunan performa.
Dunia harus berterima kasih kepada dua ”makhluk asing dari galaksi lain” ini yang tidak hanya memberikan tontonan keindahan dan keagungan sepak bola, tetapi juga menjadi hiburan jiwa tak ternilai yang membuat umat manusia melupakan segala kesulitan hidup.
Tengah pekan lalu, Cristiano Ronaldo atau populer dengan sebutan CR7 mencetak hattrick ke gawang Atletico Madrid untuk membawa klub barunya, Juventus, melaju ke babak perempat final Liga Champions. Seolah terpicu oleh CR7, malam berikutnya Messi memimpin Barcelona melumpuhkan Lyon untuk membawa pasukan Catalonia ke babak delapan besar.
Bahagianya warga dunia adalah saat kedua master sepak bola ini bersaing, sejumlah rekor baru segera pula tercipta.
Bahagianya warga dunia adalah saat kedua master sepak bola ini bersaing, sejumlah rekor baru segera pula tercipta. Persaingan mereka yang paling getir sekali pun tetap menyisakan ruang bagi kaum muda untuk menginspirasi semua aksi yang mereka ciptakan di lapangan hijau.
Setelah mencetak tiga gol ke gawang Jan Oblak, CR7 mencatat delapan hattrick di Liga Champions untuk menyamai rekor yang digenggam Messi. Dua atlet super ini juga tercatat sebagai pencetak hattrick terbanyak di kompetisi antarklub paling bergengsi tersebut.
Selain itu, CR7 juga telah mencatat total 124 gol di Liga Champions (UCL), dengan 63 di antaranya pada babak gugur, terbanyak di antara pemain mana pun, termasuk Messi. Dengan gol-golnya yang terus mengalir, CR7 telah sembilan kali beruntun membawa klub yang dibelanya mencapai babak perempat final.
”Inilah mengapa Juventus membawa saya ke klub besar ini untuk mencapai prestasi yang belum pernah mereka capai sebelumnya,” papar CR7 yang mencetak 18 gol dalam 14 laga Liga Champions terakhir di fase gugur. Dia juga terlibat dalam 77 gol dalam 77 laga fase gugur (62 gol dan 14 asis).
Yang menarik, dari persaingan antara CR7 dan Messi, kedua pemain ini seolah-olah saling menginspirasi meski kenyataannya mereka memang dua atlet paling konsisten penampilannya, baik di klub maupun saat membela negara.
Di UCL 2019, jika CR7 membawa satunya-satunya wakil Italia ke babak delapan besar, demikian pula dengan Messi yang mengantarkan Barcelona, satu-satunya wakil Spanyol. Bagi Messi, dia memang sangat berambisi kembali merebut mahkota Eropa yang terakhir direbut oleh Barca pada 2015.
Dalam laporan BBC, antara CR7 dan Messi memang terjadi persaingan pribadi yang membuat sepak bola menancapkan standar yang lebih tinggi dibandingkan dengan era-era sebelumnya. Secara pribadi, CR7 dan Messi setara dalam semua hal, baik rekor maupun pencapaian. CR7 sedikit lebih unggul dalam hal piala untuk negara setelah mengantarkan Portugal menjadi juara Piala Eropa, sebuah ”momok” yang selalu menghantui Messi saat membela Argentina.
CR7 adalah tipikal bintang yang tak pernah puas. Wajahnya tak akan ceria sebelum dia mencetak gol. Bahkan, setelah mencetak gol pun, keceriaan itu hanya sebentar karena dia ingin mencetak gol lebih banyak lagi. Para pengamat meyakini, gairah yang seolah tanpa batas melesakkan bola ke gawang itulah yang membuat pencapaian sepanjang karier profesionalnya sangat fantastik.
Setali tiga uang dengan Messi, dengan perspektif yang berbeda. Dewa sepak bola yang mengabdikan sepanjang kariernya untuk Barca ini, selain predator gol, juga pemberi asis (umpan penghasil gol) bagi mitranya di lini depan. Saking hebatnya Messi, kita bahkan kadang hanya mengingat saat dia mencetak gol, padahal rekor asisnya juga menawan.
Messi, bahkan, kerap memberi asis saat dirinya dalam posisi mencetak gol. Dibandingkan dengan CR7 yang lebih individualis, Messi lebih punya hati terhadap tim. Dia selalu merayakan gol dengan memberi ”penghargaan” kepada siapa pun yang membantunya dengan berlari dan memeluk si pemberi asis, kemudian secara personal mengucapkan terima kasih kepada ”yang di atas” dengan menengadah sembari mengacungkan jari pada kedua tangannya.
Brendan Rodgers, mantan pelatih Liverpool dan Celtic, mengatakan, antara CR7 dan Messi tercipta suatu ”hubungan kimiawi” yang mendorong mereka saling menginspirasi satu sama lain. ”Mungkin tanpa disadari keduanya saling memberi sokongan,” ujar Rodgers yang kini menangani Leicester City.
Messi lebih unggul
Dilihat dari sudut pandang mana pun, sangat sulit sebenarnya memisahkan CR7 dan Messi dalam prestasi individu ataupun tim. Messi barangkali jauh lebih bertalenta teknis dan itu diakui CR7. ”Seandainya saya dianugerahi kaki kiri seperti Messi, saya akan sempurna sebagai pemain bola,” kata CR7 suatu saat. Kaki kiri Messi memang luar biasa karena hampir 90 persen golnya (dan juga asisnya) dilakukan dengan kaki kiri!
Meski demikian, jika mengacu pada laga-laga besar dalam ajang agung antarnegara, CR7 lebih sukses dibandingkan dengan Messi.
Beberapa jam setelah leg kedua Liga Champions tengah pekan kemarin, legenda sepak bola Inggris, Garry Lineker, mengadakan jajak pendapat lewat akun Twitter-nya. Dia hanya bertanya, siapa yang lebih hebat, CR7 atau Messi. Jajak pendapat itu berlangsung selama 24 jam. Secara mengejutkan, sebanyak 380.000 follower Lineker memberikan suaranya.
Hasilnya adalah, 62 persen follower mengatakan Messi lebih hebat, sementara 38 persen mengatakan CR7 yang terbaik.
Hasil jajak pendapat versi Lineker ini tentulah sebuah penilaian yang kental unsur subyektivitasnya. Dalam kenyataan, antara CR7 dan Messi tipis sekali jeda untuk mengatakan siapa yang lebih hebat. Perlu diingat, Lineker adalah mantan pemain Barcelona sehingga kemungkinan besar mereka juga adalah fans Barca yang sangat fanatik dengan Messi, sang Mesiah bagi warga Catalonia.
Patut ditunggu adalah kemungkinan pertemuan antara CR7 bersama Juventus-nya dan Messi bersama Barcelona-nya di final UCL 2019 yang akan berlangsung di Stadion Wanda Metropolitano, Madrid, 1 Juni mendatang. Dalam undian perempat final Jumat kemarin, Juventus dan Barcelona berada di kluster berbeda sehingga memungkinkan mereka bertemu pada laga puncak.
Juventus harus melewati dulu hadangan wakil Belanda, Ajax Amsterdam, yang secara mengejutkan menggusur juara bertahan Real Madrid pada babak perdelapan final. Jika lolos dari hadangan Ajax, ”Si Nyonya Besar” (bukan Si Nyonya Tua) harus menyingkirkan Manchester City atau Tottenham Hotspur. Di atas kertas, siapa pun lawan Juventus, sangat sulit menggeser CR7 dan kawan-kawan.
CR7 dan Messi juga adalah ’teroris’ bagi penggila sepak bola di seluruh jagat akibat rekor-rekor dan pencapaian yang telah mereka raih.
Sementara Barcelona tampaknya dalam posisi lebih diunggulkan saat bertemu Manchester United pada perempat final. Setelah itu, Messi dkk akan berhadapan dengan pemenang antara Liverpool dan FC Porto. Liverpool sepertinya akan melaju, tetapi untuk mengalahkan Barcelona butuh sedikit keberuntungan dan keajaiban.
Jika skenario ini mulus, pertemuan epik antara CR7 dan Messi tak terhindarkan. Mereka adalah mahabintang sekaligus ”teroris” bagi kubu pertahanan lawan masing-masing. CR7 dan Messi juga adalah ”teroris” bagi penggila sepak bola di seluruh jagat akibat rekor-rekor dan pencapaian yang telah mereka raih. Mereka meneror pikiran dan jiwa kita dengan standar yang agak mustahil kita capai sebagai orang kebanyakan.