Meski usianya telah memasuki 40 tahun, Emmanuel Dapidran Pacquiao, atau lebih dikenal di atas ring tinju sebagai Manny Pacquiao, masih haus mengumpulkan gelar. Tampaknya pria yang kini menjabat Senator Filipina itu masih belum bisa melupakan kenangan menyakitkan. Pada tahun 2015 dia kehilangan tiga gelar juara dunia sekaligus, yaitu sabuk juara kelas welter versi WBO, WBC, dan WBA Super setelah menyerah pada Floyd Mayweather.
Kesibukannya di dunia politik sebagai senator membuat Pacquaio hanya punya sedikit peluang untuk mencari lawan. Namun, kemenangan Errol Spence Jr melawan Mikey Garcia di Stadion AT&T Stadium, Arlington, Texas, Amerika Serikat akhir pekan lalu, membuat Pacquaio mulai melirik peluang. Malam itu, Spence mempertahankan sabuk juara dunia kelas welter IBF dari tantangan Garcai, yang naik dua kelas dari kelas ringan khusus untuk menantang Spence.
Sebelum melirik Spence, Pacquaio yang memegang sabuk juara dunia kelas welter WBA (Reguler) sudah mengantungi nama lain, yaitu Keith Thurman sang juara WBA Super. Namun, Spence lebih menjanjikan bagi Pacquiao, karena dia berpeluang untuk kembali tampil di stadion milik klub sepak bola Amerika Dallas Cowboy. Di tempat itu, dia pernah dua kali menang angka mutlak dalam duel sengit yang berselang delapan bulan tahun 2010, melawan Joshua Clottey dan Antonio Margarito.
“Saya ingin kembali ke sini (Texas) dan memberi pertunjukan terbaik,” kata Pacquaio.
Usai laga, Pacquaio berkesempatan mendekati Spence di atas ring, saat Spence merayakan kemenangan dan mempertahankan gelar juara dunia welter IBF untuk ketiga kalinya. “Kamu melawan saya? Mengapa tidak?” kata Pacquaio seperti ditulis laman boxingnews.
Spence adalah peluang Pacquaio yang ingin kembali mengoleksi gelar. Sang senator itu memulainya sejak 2016, setelah kekalahannya dari Mayweather. Dimulai dari gelar WBO Internasional, satu kasta dibawah juara dunia WBO, ia berebut dengan Timothy Bradley Jr dari AS dan berhasil mendapatkan gelar itu.
Masih di tahun yang sama, Pac Man mengincar gelar juara dunia WBO Jessie Vargas dan berhasil merebutnya di Las Vegas AS. Namun gelar itu direbut Jeff Horn yang menantangnya di Suncopr Stadium Brisbane (2017).
Pacquiao kemudian meninggalkan WBO dan beralih ke WBA. Di badan tinju itu Pacquiao mengincar gelar WBA milik Lucas Martin Matthysse. Di Axiata Arena Kuala Lumpur (2018), tempat keduanya bertarung, Pac Man mendapat gelar WBA setelah menghentikan petinju Argentina itu di ronde tujuh.
Tiga gelar welter masih berada di luar jangkauan Pacquaio. Selain gelar IBF milik Spence, masih ada Keith Thurman yang memegang WBA Super. Merebut gelar WBA Super ini sangat penting bagi Pac Man agar tidak ada gelar ganda di WBA, sehingga ia tercatat sebagai juara dunia sesungguhnya, bersama dengan deretan juara dunia lainnya di kelas welter. Di WBC ada Shawn Porter, dan gelar WBO dipegang Terrence Crawford, keduanya dari AS.
Dengan rekor 61 kali menang, 7 kali kalah, dan 2 laga seri, dengan 39 kali menang KO, petinju yang dijuluki Pac Man ini belum mau menyerah dan tidak gentar menghadapi petinju muda. Rata-rata usia pemegang gelar dunia itu sekitar 30-an tahun.
Pacquaio membuktikan ia masih bersemangat ketika melawan Adrien Broner (33-4-1, 24 KO). Pada pertarungan mempertahankan gelarnya, Pac Man menyulitkan Broner di ronde tujuh dan sembilan. Pac Man akhirnya memenangi 12 ronde pertarungan itu dengan kemenangan mutlak di Las Vegas.
Kembali ke Texa, akhir pekan lalu, Spence sempat menunjuk Pacquiao dan mengatakan akan memberi dia pensiun yang sesungguhnya. Spence yang masih berusia 29 tahun itu menyambut bangga tantangan Pac Man. "Tentu saja saya dan Pac Man akan bertarung sengit. Pria tua itu punya darah dan keberanian luar biasa sebagai petinju. Saya akan memberinya kesempatan terakhir,” kata Spence.