Impian Kenneth To (26) untuk tampil di Olimpiade Tokyo 2020 pupus setelah perenang Hong Kong itu meninggal saat menjalani sesi latihan di Florida, Amerika Serikat, 19 Maret 2019. To berada di Florida untuk menjalani kamp latihan selama tiga bulan bersama klub renang Gator di University of Florida, Gainesville, Florida.
Belum diketahui penyebab kematian perenang yang semasa remaja hingga tiga tahun lalu membela Australia tersebut. ”Dia merasa kurang sehat saat berlatih dan segera dibawa ke rumah sakit. Sayangnya, To meninggal.” Pernyataan resmi itu dikeluarkan Institut Keolahragaan Hong Kong. To adalah atlet elite pemenang beasiswa olahraga sejak 2016.
Seperti ditulis The Guardian, pemuda murah senyum itu mengenal renang sejak ia dibesarkan di Sydney, Australia. Orangtuanya membawa To pindah dari Hong Kong ke Australia saat ia berusia dua tahun. Di Sydney, nama To melejit sebagai perenang muda setelah ia memecahkan rekor nomor 200 meter gaya ganti. Rekor itu selama 16 tahun dipegang oleh perenang populer Australia, Ian Thorpe.
Karier To mulai bersinar pada 2010 ketika ia memperkuat tim renang Australia ke Olimpiade Remaja 2010 di Singapura. Dia membawa pulang enam medali, termasuk medali emas di nomor 4 x 100 meter estafet gaya ganti.
”To sangat populer dan disukai rekan-rekan satu tim serta lawan-lawannya. Dia adalah sosok yang hangat, periang, dan baik hati. Kematiannya yang tiba-tiba membuat kami sangat kehilangan,” kata pejabat di Institut Keolahragaan Hong Kong itu.
Sebelum berpindah warga negara dari Australia kembali ke Hong Kong pada 2016, To mencetak banyak prestasi untuk negara tempat dia dibesarkan tersebut. Ia mengikuti dua Kejuaraan Dunia, yaitu pada 2011 dan 2013, dan memenangi medali emas di nomor 4 x 100 meter estafet gaya ganti di Barcelona 2013.
Setahun kemudian, To menyabet medali emas nomor 4 x 100 meter estafet gaya bebas dan perak 4 x 100 meter gaya ganti pada Pesta Olahraga Negara Persemakmuran 2014 di Glasgow, Skotlandia.
Pelatih nasional renang Australia, Acco Verhaeren, mengaku sangat terkejut dan sedih mendengar berita kematian To. Ia mengenang To sebagai sosok yang sangat dicintai timnya dan memiliki semangat dan tujuan kuat serta kepribadian yang mengesankan.
Tawaran beasiswa atlet berprestasi dari Hong Kong turut membuatnya kembali ke negara kelahirannya pada 2016. Ia pun disiapkan untuk memperkuat Hong Kong pada Olimpiade Tokyo 2020, termasuk dengan mengikuti program latihan di Florida tersebut.
Federasi Renang Internasional (FINA) mengeluarkan pernyataan berduka atas kematian To dan menyebut perenang itu sebagai referensi dan contoh baik untuk generasi muda. Perenang top Australia James Magnussen juga menyatakan dukacita lewat akun Instagram-nya.
”Sangat terkejut mendengar berita kematian To, pesaing dan juga sahabat. Saya dan To berjuang dan berkompetisi bersama sejak kami berusia 16 tahun”, tulis Magnussen, yang mengatakan To merupakan salah satu lawan yang paling sulit ditaklukkan. (AP/REUTERS)