Manchester City dianggap tertimpa bencana ketika gelandang geniusnya, Kevin de Bruyne, ditandu keluar lapangan saat menghadapi Tottenham Hotspur, akhir pekan lalu. Gelar juara Liga Inggris pun diyakini bakal menjauhi City seiring rintihan kesakitan pemain asal Belgia itu.
Kembali cederanya De Bruyne, yang sempat absen lama musim ini, dipercaya Gary Neville—mantan pemain Liga Inggris—bakal merugikan City. Ia harus absen paling tidak sepekan lamanya atau seusai laga krusial kontra Manchester United, Kamis (25/4) dini hari WIB ini. ”Cederanya De Bruyne mungkin sedikit akan menguntungkan Liverpool,” ujar Neville, seperti dikutip laman TheMirror.
Cederanya De Bruyne memang menjadi kehilangan besar bagi ”The Citizens” yang kini tengah bersaing sengit dengan Liverpool dalam perburuan trofi Liga Inggris. Kehadiran De Bruyne selama ini mampu menghadirkan ketenangan sekaligus kreativitas di lini tengah City, seperti saat mengalahkan Crystal Palace, 3-1, pekan lalu. Saat itu ia menciptakan dua asis untuk City.
Di tengah padatnya jadwal, saat City harus bermain hampir tiap tiga hari sekali, tim itu butuh lebih dari seorang pengatur serangan. City juga butuh sumber-sumber gol lainnya ketika barisan penyerang, seperti Sergio Aguero, Gabriel Jesus, Raheem Sterling, dan Leroy Sane, dilanda kejenuhan atau kelelahan.
Kebutuhan itu dijawab sekaligus oleh Phil Foden, gelandang 18 tahun yang selama ini hanya menjadi pemanas bangku cadangan. Tampil sebagai pemain mula pada laga kontra Spurs, Foden menjadi pahlawan kemenangan City. Meskipun baru dua kali tampil sejak menit awal pada musim ini, Foden mampu menunjukkan sumbangsih vitalnya dan membuat penggemar City tidak perlu menangisi cederanya De Bruyne.
Phil adalah pemain dengan talenta menakjubkan. Di Newport (pada Februari), ia mencetak dua gol. Setiap saat ia menciptakan peluang gol.
Sejarah berkata, gol-gol dari sumber tidak terduga, seperti dibuat Foden akhir pekan lalu, menjadi ciri khas tim-tim juara Liga Inggris. Hal itu, misalnya, dibuktikan Arsenal ketika menjuarai Liga Inggris pada musim 1997-1998. Dalam persaingan sengit dengan Manchester United, Christopher Wreh menjadi pahlawan tak dikenal Arsenal lewat golnya saat melawan Wimbledon di pengujung musim.
Serupa Foden, Wreh mencetak gol perdananya di Liga Inggris saat itu ketika barisan bintang tenar ”The Gunners” ketika itu, seperti Dennis Bergkamp, Nicolas Anelka, dan Marc Overmars, gagal melakukannya. Arsenal menyegel mahkota juara dengan keunggulan sangat tipis, yaitu satu poin atas MU. Sebelas tahun berselang, giliran pemain tidak terkenal lainnya, Federico Macheda, yang melakukan hal serupa untuk ”Setan Merah”.
Penampilan Foden saat melawan Spurs mengingatkan pencinta Liga Inggris akan Jack Wilshere, mantan gelandang Arsenal, pada usia mudanya, satu dekade silam. Namun, ia sedikit lebih hebat dari Wilshere karena tidak memiliki kaki dominan. Ia sempat memamerkan salah satu keunggulannya itu saat membuat gerakan tembakan menipu dengan kaki kiri yang lalu dilanjutkan drible kaki kanannya untuk mengecoh kiper Spurs, Paulo Gazzabiaga.
”Phil adalah pemain dengan talenta menakjubkan. Di Newport (pada Februari), ia mencetak dua gol. Setiap saat ia menciptakan peluang gol. Saya sangat memercayainya meskipun kami harus menanganinya dengan cara tepat,” ujar Manajer Manchester City Pep Guardiola memuji penampilan Foden, seperti dikutip ESPN.
Meskipun dianggap sebagai perjudian mengingat usianya yang masih sangat belia, Foden kini menjadi harapan City untuk mematahkan prediksi Neville. Ia sangat berpeluang tampil kembali sebagai pemain mula melawan Manchester United pada derbi Manchester, Kamis.