JAKARTA, KOMPAS – Tim angkat besi Indonesia mempunyai waktu sekitar empat bulan untuk mempersiapkan diri menghadapi Kejuaraan Dunia 2019 yang akan bergulir di Pattaya, Thailand, 18 – 27 September 2019. Jadwal kejuaraan yang padat membuat tim pelatih harus memutar otak mengatasi kejenuhan atlet sambil memastikan kemajuan hasil angkatan mereka.
Wakil Ketua PB PABBSI Djoko Pramono mengatakan, kejenuhan memang menjadi tantangan terberat atlet menghadapi Kejuaraan Dunia. “Kalau diperhatikan hampir setiap dua bulan atlet menjalani kejuaraan. Bagaimanapun juga, kami menghadapi manusia, bukannya sedang memahat besi,” katanya di Jakarta, Rabu (24/4/2019).
Untuk mengatasi kejenuhan, Djoko menjelaskan, menjelang Kejuaraan Dunia, pelatnas angkat besi akan digelar di Bali selama empat hingga lima pekan. Perubahan suasana latihan juga diyakini dapat mendukung peningkatan penampilan atlet. Selain itu, Pulau Bali dipilih karena mempunyai peralatan latihan dan fasilitas pendukung yang cukup lengkap.
PB PABBSI pernah memindahkan lokasi latihan dari Cibubur, Jaktim, ke Bandung, Jabar, menjelang SEA Games 2017. Sebelum Asian Games 2018, Eko Yuli dan kawan-kawan juga pernah menjalani pelatnas di Lampung. Setelah itu, pelatnas bergulir di Mess TNI AL Kwini, Jakpus.
Djoko mengatakan, tim pelatih harus menemukan sistem latihan yang bisa membuat atlet merasa nyaman berlatih sekaligus membuat kemajuan latihan meningkat. Tim pelatih dan atlet akan bertemu untuk mencari titik tengah mengatasi faktor teknis dan non-teknis di pelatnas.
Andalkan Eko
Berdasarkan hasil Kejuaraan Asia, yang bergulir di Ningbo, China, hingga Rabu (24/4/2019), dari delapan atlet yang dikirim hanya Eko Yuli Irawan yang menyumbang medali. Eko menyumbang dua medali perunggu di kelas 61 kilogram. Juara Dunia 2018 itu mendapatkan perunggu untuk angkatan clean and jerk 166 kg dan total 299 kg. Di angkatan snatch, Eko menempati posisi kelima dengan 133 kg.
Jumlah angkatan total Eko masih jauh daripada penampilannya di Kejuaraan Dunia 2018, November lalu. Di Ashgabat, Turkmenistan, itu Eko mampu mencapai total angkatan 317 kg. Lima bulan setelah tampil di Ashgabat, kemampuan angkatan peraih tiga medali Olimpiade itu belum pulih.
Adapun Deni menempati peringkat keenam kelas pada 67 kg. Mohammad Yasin, yang bermain di kelas yang sama, duduk di peringkat ke-14. Triyatno dan Rahmad Erwin Abdullah menempati peringkat ke-6 dan ke-9 pada kelas 73 kg.
Di kelompok putri, Windy Cantika Aisah menempati peringkat ketujuh. Namun, dia bisa memecahkan tiga rekor dunia remaja kelas 49 kg. Syarah Anggraini, yang mengisi kelas 55 kg, berada di peringkat kelima. Sementara itu, Nurul Akmal (kelas +87 kg) akan bermain pada Minggu.
Djoko mengatakan, penampilan atlet-atlet pelapis sudah sesuai ekspektasi. Tetapi, penampilan lifter senior seperti Eko Yuli dan Triyatno, masih perlu ditingkatkan lagi.
Pelatih kepala Dirdja Wihardja mengatakan, kekuatan dasar atlet harus diperbaiki menjelang Kejuaraan Dunia 2019. “Semoga dalam waktu empat bulan ini, penampilan bisa dimaksimalkan lagi,” katanya.
Sementara itu, Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PABBSI Alamsyah Wijaya menuturkan, banyak hal yang harus dibenahi dari faktor teknis dan non-teknis latihan menjelang Kejuaraan Dunia 2019.