Pemain U-16 Jadi Korban Kericuhan Laga Pembuka Liga 1
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS—Anggrianto Faisal (15), gelandang PSS Sleman U-16, menjadi salah satu korban kerusuhan pada laga pembuka Shopee Liga 1 antara PSS Sleman melawan Arema FC, di Stadion Maguwoharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (15/5/2019).
Hingga Jumat (17/5), pemain asal Ternate itu masih terbaring dan dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Ia mengalami luka pada bagian mata kanannya sewaktu menyaksikan laga pembuka kompetisi kasta tertinggi di Indonesia itu.
Kepala Bagian Humas RS Dr Sardjito Banu Hermawan mengatakan, terdapat dua robekan pada bagian mata kanan Anggrianto. Operasi tahap pertama fokus untuk membersihkan luka dan menghentikan pendarahan. Operasi tersebut telah dilakukan pada Kamis (16/5).
“Kami mencegah infeksi lebih jauh. Masih ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Kami masih melakukan observasi ke depan terkait dengan luka ini. Masih harus dipantau lebih lanjut,” kata Banu.
Banu menjelaskan, saat ini, Anggrianto sedang memulihkan kondisi fisiknya setelah menjalani operasi tahap pertama. Dalam kurun waktu tiga hari, tim medis akan terus memantau apakah ia sudah bisa melanjutkan pengobatan dengan metode rawat jalan atau masih memerlukan rawat inap.
“Kami harap ada kabar baik. Kemudian, pasien (Anggrianto) setelah boleh rawat jalan akan melakukan kontrol setiap minggu. Kami pantau dalam 3 bulan ke depan. Dalam kurun waktu itu, ada beberapa tindakan seperti USG Mata dan penghitungan persentase penglihatan. Kami berusaha seoptimal mungkin,” kata Banu.
Manajer Umum Akademi PSS Sleman Yohanes Sugianto mengatakan, klub akan bertanggung jawab terhadap insiden yang menimpa Anggrianto. Semua biaya pengobatan hingga kesehatannya pulih akan ditanggung klub tempat pemain muda itu merumput.
Yohanes menceritakan, pada laga itu, Anggrianto bersama 21 anggota tim U-16 lainnya bertugas membawa giant flag. Ia baru naik ke tribune untuk menonton pertandingan setelah PSS Sleman mencetak gol pertama. Tiba-tiba situasi menjadi ricuh dan tak terkendali. Terjadi aksi saling lempar antara kedua kelompok suporter tim yang berlaga. Ia juga heran mengapa peristiwa itu bisa terjadi karena tidak ada sejarah permusuhan antara suporter dari kedua klub.
Tak diketahui pasti siapa yang melakukan pelemparan pertama kali. Berbagai benda melayang dari satu tribun ke tribun lainnya. Benda-benda yang dilempar itu mulai dari minuman kemasan gelas plastik hingga pecahan keramik. Bunyi gemeretak keramik yang pecah terdengar berulang kali setiap pecahan keramik itu jatuh pada beton tribune.
Pertandingan pun sempat dihentikan sekitar 50 menit. Kemudian, Yohanes menerima kabar bahwa Anggrianto dilarikan ke rumah sakit terdekat karena terkena lemparan. Ia langsung menyusul ke rumah sakit agar pemain muda itu bisa segera ditangani.
“Kita berharap Anggri tetap bisa bermain bola. Karena dia memang bercita-cita menjadi pemain bola. Dia sangat bangga menjadi bagian dari tim PSS Sleman. Itu yang sering dia katakan,” ujar Yohanes.
Secara terpisah, Direktur Reserse Kriminal Polda DIY Komisaris Besar Hadi Utomo mengatakan, sempat ada enam orang penonton yang ditangkap polisi di dalam stadion saat kericuhan terjadi. Mereka hanya penonton biasa dan bukan bagian dari suporter dari kedua tim yang sedang berlaga. Sebagian besar masih berstatus sebagai siswa sekolah.
“Mereka membuat provokasi. Mereka meneriaki salah satu suporter pendukung yang bertanding. Kami amankan untuk menghentikan mereka. Kalau tidak diamankan, teman-temannya yang lain lebih berani menimbulkan kekacauan,” kata Hadi.
Hadi menambahkan, saat ini, enam orang tersebut sudah dilepaskan. Sewaktu dilakukan pendalaman, ia tak menemukan bukti permulaan yang cukup. “Saat diperiksa tidak membawa senjata tajam, tidak sedang melakukan perbuatan melawan hukum, tidak ada unsur pidana. Hanya saja saat diamankan mereka memprovokasi penonton lain,” katanya.