ROMA, SELASA - Sinisa Mihajlovic nyaris menjerumuskan Bologna ke zona degradasi saat melatih tim tersebut pertama kalinya musim 2008-2009. Satu dekade berlalu, pelatih asal Serbia itu kembali menangani Bologna dan menebus kesalahan masa lalunya di Stadion Olimpico, Roma, Selasa (21/5/2019) dini hari WIB.
Mihajlovic menyelamatkan Bologna dari zona degradasi dengan menahan imbang Lazio 3-3. Ia berubah dari sosok yang dibenci menjadi pahlawan bagi klub berjuluk ”I Rossoblu” itu. “Beberapa bulan lalu, tidak ada seorang pun, termasuk saya, percaya Bologna bisa bertahan (di Serie A),” katanya.
Bologna memulai musim 2018-2019 di bawah asuhan Filippo Inzaghi atau Pippo, eks striker AC Milan dan tim nasional Italia. Nama besar dan pengalaman Pippo tidak mampu membuat Bologna menjadi tim yang tangguh. Sebaliknya, Bologna sering menelan kekalahan. Dalam 21 laga awal, mereka baru menang dua kali dan kalah 11 kali.
Bahkan, Bologna dilibas tim promosi Frosinone, 0-4 pada laga terakhir Pippo. Manajemen klub bertindak cepat dengan memecat Pippo dan memboyong Mihajlovic lagi pada akhir Januari 2019.
Mihajlovic membuktikan klub tidak salah pilih dengan membawa Bologna menang 1-0 atas Inter Milan. Perlahan, Bologna naik dari peringkat 18 ke peringkat ke-12 setelah laga di Olimpico. ”Sekarang kami mempersiapkan penampilan terbaik kami menghadapi laga terakhir lawan Napoli, akhir pekan nanti, agar bisa finis di peringkat 10,” ujarnya.
Bologna kini mengemas 41 poin dan aman dari degradasi. Genoa yang berada di peringkat 18, pintu zona degradasi, baru mengumpulkan 37 poin.
Keluarga Inzaghi
Dalam perjalanan kariernya, Mihajlovic kerap bersinggungan dengan keluarga Inzaghi. Ia menggantikan Pippo yang dipecat sebagai pelatih AC Milan pada Juni 2015. Namun, Mihajlovic juga gagal mengangkat Milan yang waktu itu hanya finis di peringkat 10 dan dipecat pada April 2016.
Dia kembali ke Bologna, lagi-lagi menggantikan Pippo, dan menyelamatkan Bologna dari degradasi musim ini di hadapan adik Pippo, Simone Inzaghi, yang menjadi pelatih Lazio. Mereka tampak akrab dan sempat berfoto bersama sebelum laga.
Inzaghi malam itu lebih rileks karena Lazio baru saja menjuarai Piala Italia dan lolos ke penyisihan grup Liga Europa musim depan. Ia tidak punya beban lagi pada laga terakhir Serie A, saat Mihajlovic masih harus menjauhkan Bologna dari zona degradasi.
Kedua tim tampil terbuka pada laga itu sehingga penonton bisa menyaksikan enam gol. Bologna sempat unggul 3-2 menit ke-63 setelah gol yang dicetak Riccardo Orsolini. Namun, Lazio masih bisa menyamakan kedudukan menit ke-80 melalui tendangan bebas Sergej Milinkovic-Savic.
Mihajlovic dan Inzaghi kebetulan juga menjadi dua pelatih yang sedang dilirik Juventus untuk menggantikan Massimiliano Allegri. Mereka muncul di antara nama-nama kandidat lainnya seperti Maurizio Sarri, Antonio Conte, Pep Guardiola, Mauricio Pochettino, hingga Jose Mourinho.
“Kami membutuhkan waktu untuk memilih pelatih yang tepat. Kami harus bersabar karena kami harus mengevaluasi setiap kandidat,” ujar Direktur Olahraga Juventus Fabio Paratici seperti dikutip Football-Italia. Beban bagi pelatih baru Juventus sangat berat. Ia harus mempertahankan dominasi di Serie A sekaligus memperbaiki penampilan di Liga Champions.
Meski dilirik Juventus, gelandang Lazio Marco Parolo mengatakan Inzaghi merupakan bagian penting dari proses panjang tim. “Inzaghi adalah pelatih kami dan proses (perkembangan tim) akan tetap berjalan bersama dia,” ujarnya seperti dikutip laman Corriere dello Sport.
Sementara itu, Mihajlovic memberikan sinyal bahwa ia siap untuk melompat lebih tinggi. “Ya, Juventus pernah menghubungi saya, lima tahun lalu. Sekarang saya sudah menjadi sosok pelatih yang berbeda dibandingkan dengan lima tahun lalu. Saya dilahirkan untuk siap,” ujarnya. (AFP)