Ajang ”Border Battle” untuk Tingkatkan Prestasi Tinju NTT
Mantan juara dunia kelas bulu Chris John melayani pukulan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi dan Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Laiskodat di Gelanggang Olahraga Oepoi, Kota Kupang, Minggu (7/7) malam. Pertandingan eksebisi ini digelar hanya satu ronde atau selama tiga menit.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Mantan juara dunia kelas bulu, Chris John, melayani pukulan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi dan Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Laiskodat di Gelanggang Olahraga Oepoi, Kota Kupang, Minggu (7/7/2019) malam. Pertandingan ekshibisi ini digelar hanya satu ronde atau selama 3 menit.
Laga itu menjadi bagian dari pergelaran tinju bertajuk ”Border Battle 2019”. Dalam ajang itu, digelar pertandingan nongelar antara petinju dari Indonesia, Timor Leste, Filipina, dan Australia. Kegiatan ini dalam rangka meningkatkan prestasi tinju di NTT.
Promotor ajang ini adalah Elsa Elisabeth Liu, pengusaha dari Atambua, dan didukung sejumlah sponsor lokal. Turut hadir dalam kesempatan ini mantan tinju profesional Ellyas Pical, perwakilan warga Timor Leste, dan sejumlah pengusaha lokal NTT.
Imam Nahrawi mengatakan, ”Border Battle” merupakan sejarah besar yang dirancang dari NTT untuk tinju di Tanah Air. Kegiatan ini sangat cocok digelar di NTT karena banyak potensi tinju yang belum dipoles.
”Suatu ketika nanti akan lahir Chris John dan Ellyas Pical baru. Tidak hanya di bidang tinju, tetapi juga cabang-cabang olahraga lain pun perlu dibina dan dibentuk dari NTT. Saatnya, NTT bangkit di bidang olahraga,” kata Imam.
Imam mengatakan, anak-anak NTT yang punya bakat di bidang olahraga harus terus didorong, dipoles, dan diberi dukungan penuh. Tujuannya agar mereka bisa melangkah lebih jauh sesuai bakat dan prestasi mereka.
Viktor Laiskodat mengatakan, olahraga tinju harus semakin dikenal masyarakat NTT. Ketua Umum Pertina saat ini dari NTT, Brigadir Jenderal (Pol) Johanis Asadoma.
Dia adalah mantan petinju professional, meraih medali emas Sea Games XII di Singapura (1983), mewakili Indonesia dalam Olimpiade XXII di Los Angeles (1984), meraih medali emas kelas layang kejuaraan sarung tinju emas ke-7 di Denpasar (1982), dan mewakili NTT. Selain itu, masih ada petinju yang dikenal orang NTT, yakni Hermensen Ballo.
Ia mengatakan, orang NTT memiliki bakat menjadi petinju. Karena itu, harus ada petinju professional lahir dari NTT. ”Momentum ekshibisi dan gelar tinju non-gelar ini untuk mengangkat kembali pamor tinju di NTT. NTT harus bangkit untuk menyajikan kesuksesan di bidang olahraga dan bidang lain kepada daerah lain,” kata Laiskodat.
Sementara itu, Chris John mengatakan, dalam waktu dekat bersama Pemprov NTT akan dibangun camp pelatihan tinju di Kota Kupang. Pusat pelatihan ini untuk membentuk dan melahirkan petinju profesional dari daerah ini.
Tinju
Gelar tinju ekshibisi pada sesi pertama antara Viktor Laiskodat dan Chris John hanya berlangsung satu ronde atau tiga menit. Kedua petinju tetap mengenakan celana panjang. Tim juri memberi angka imbang bagi kedua petinju.
Partai kedua, giliran Chris John meladeni Imam Nahrawi. Menpora memperagakan tinju santai dan sering membuat lelucon dengan berpura-pura jatuh di atas ring. Sebelum wasit memulai pertandingan, dia langsung menghampiri Chris John dan mengajak berduel. Riuh penonton pun menggema di arena pertandingan. Tim juri memberikan kemenangan kepada Imam Nahrawi.
Sementara itu, dalam tinju nongelar, empat petinju Indonesia menang atas lawan-lawannya. Tibo Monabesa menang atas Omari Kimweri (Australia). Petinju John Ruba menang angka atas Joepher Montano (Filipina). Emanuel Nahak menang melawan Hironimo Coreia (Timor Leste). Terakhir, Silem Serang unggul atas Filipe Ataide Soares (Timor Leste).