ASEAN School Games yang diselenggarakan di Kota Semarang, Jawa Tengah, 17-25 Juli 2019 diharapkan menjadi ajang pembekalan mental para atlet belia. Dengan mentalitas yang terus dipupuk, mereka akan siap dan matang saat masuk ke level senior.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - ASEAN School Games yang diselenggarakan di Semarang, Jawa Tengah, 17-25 Juli 2019 diharapkan menjadi ajang pembekalan mental para atlet belia. Dengan mentalitas yang terus dipupuk, mereka akan siap dan matang saat masuk ke level senior.
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, pada pengukuhan dan pelepasan kontingen Indonesia untuk ASEAN School Games (ASG) 2019, di Semarang, Rabu (17/7/2019), mengatakan, ASG menjadi pintu pertama bagi atlet untuk berkembang di level internasional.
Menurut Imam, pemerintah harus menjaga para atlet belia berprestasi yang tampil di ASG 2019. "Ini menjadi pintu masuk, sebelum ke senior, baik di ASEAN, Asia, hingga dunia. Mereka perlu terus dibekali hingga cita-cita tertinggi, memenangi Olimpiade, berhasil," kata Imam.
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi memberi keterangan di sela-sela pengukuhan dan pelepasan Kontingen Indonesia untuk ASEAN School Games 2019, di Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (17/7/2019).ASG 2019 diikuti 10 negara ASEAN, mempertandingkan sembilan cabang olahraga yakni atletik, renang, tenis, tenis meja, sepak takraw, bulu tangkis, voli, basket, dan pencak silat. Total, ada 117 nomor yang dilombakan pada ajang tahunan ini.
Kontingen Indonesia diperkuat 250 orang, terdiri atas 183 atlet, 38 pelatih, 9 manajer, dan 20 ofisial. Atlet-atlet tersebut diambil dari Sekolah Khusus Olahraga, Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar, serta klub-klub cabang olahraga. Indonesia ditargetkan meraih 36-38 emas untuk menjadi juara umum.
Imam menjanjikan apresiasi apabila target itu tercapai. "Saya akan meminta jajaran Kemenpora untuk memberi apresiasi. Tentu, (bentuk apresiasi) berbeda dengan senior yang diberi bonus. Di tingkat pelajar, apresiasi berupa beasiswa maupun penjenjangan lebih lanjut," kata Imam.
Ketua Kontingen Indonesia untuk ASG 2019, Yayan Rubaeni, menuturkan, ajang ASG, yang pertama kali diselenggarakan di Thailand pada 2009, penting untuk pembentukan mentalitas atlet. Dengan demikian, mereka akan siap saat memasuki peralihan ke tingkat senior.
Menurut Yayan, selama ini, peralihan atlet-atlet muda ke senior kerap kali tak mulus. "Bisa karena faktor sekolah, keluar, atau memang tak mampu bersaing. Maka, penting untuk membekali mental dan penambahan jam terbang sejak awal. Kami mendorong optimisme dan pembentukan karakter sebagai atlet," katanya.
Renang dan atletik
Yayan mengemukakan, dua cabang unggulan Indonesia pada ASG 2019 adalah renang, yang ditargetkan merebut 12-14 emas, serta atletik dengan target 8 emas. Namun, cabang lain seperti bulu tangkis dan silat pun diyakini bakal memberi kontribusi bagi kontingen Indonesia.
Kontingen Indonesia untuk ASEAN School Games 2019 berfoto bersama Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi usai pengukuhan kontingen di Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (17/7/2019).
Di cabang renang, Indonesia turun dengan perenang lapis kedua karena sejumlah perenang terbaik tak bisa turun. "Kejuaraan renang yunior di Kamboja (Juni 2019) lalu, jadi patokan. Catatan waktu kita hanya beda tipis dengan Singapura dan Thailand. Semoga bisa memberi kejutan," ucap Yayan.
Pelatih bola voli putra Indonesia pada ASG 2019, Odi Hermanto, mengemukakan, meski kehilangan tiga pilar yang mesti berkonsentrasi di PraPON dan pelatnas, dirinya optimistis voli akan menyumbang emas. Itu karena beberapa pemain berpengalaman di Proliga dan Divisi Utama.
Mirawan (16), atlet lari estafet 4×4 putra, asal Nusa Tenggara Barat, mengatakan, persiapan sudah cukup baik setelah sekitar 15 hari latihan terpusat di Semarang. "Kami yakin bisa menyumbang emas dari 8 emas yang ditargetkan di atletik. Namun, teman negara lain tetap perlu diwaspadai," katanya.