JAKARTA, KOMPAS – Tim panahan Indonesia memperoleh anugerah dua tiket Olimpiade Tokyo 2020 untuk kategori putra dan putri, melalui atlet andalan Riau Ega Agatha dan Diananda Choirunisa. Anugerah ini menjadi jalan dan motivasi agar kedua atlet bisa mengukir hasil terbaik di Olimpiade.
Ditemui di Jakarta, Jumat (2/8/2019), Riau Ega Agatha mengatakan, siap berlatih eksta keras demi bisa tampil maksimal dalam pesta olahraga multicabang dunia. “Ini pengalaman kedua saya tampil di Olimpiade. Saya siap \'sekarat\' berlatih di sini, asalkan ada peningkatan prestasi di Olimpiade,” ujar peraih medali perunggu nomor recurve putra Asian Games 2018 itu.
Berdasarkan prosedur kualifikasi Olimpiade, peraih medali emas dalam Asian Games 2018 berhak tampil di Olimpiade Tokyo. Di nomor recurve putra, Korea Selatan memastikan tiket ke Tokyo 2020 dengan meraih medali emas dan perak melalui atlet andalan mereka, Kim Woo-jin dan Lee Woo-seok. Setelah Korea Selatan menjadi juara dunia 2019 dan lolos sebagai tim penuh di Olimpiade 2020, kuota Olimpiade kemudian diserahkan kepada Riau Ega yang memperoleh medali perunggu recurve putra Asian Games 2018.
Demikian juga kuota untuk peraih medali emas Asian Games nomor recurve putri, Zhang Xinyan (China), diberikan kepada Diananda Choirunisa yang meraih perak. Seperti Korea Selatan, China mengamankan kuota tim penuh di Kejuaraan Dunia 2019. Selain Indonesia, tim Korea Utara juga mendapatkan anugerah tiket Olimpiade pada nomor recurve campuran karena Jepang, yang menjadi juara di Asian Games 2019, mendapatkan kuota penuh sebagai tim tuan rumah Olimpiade 2020.
Riau Ega mengatakan, berdasarkan pengalaman tampil di Olimpiade Rio de Janeiro 2016, dia menyadari bahwa latihan memegang peranan paling penting untuk mencetak hasil maksimal. “Ketika di Rio, saya berlatih fisik jam 5 pagi. Ternyata, lawan saya dari Italia sudah selesai berlatih jam 5 pagi. Latihan keras itu ternyata terlihat di kejuaraan, dia bisa tampil lebih baik dari saya,” ujarnya.
Riau Ega merupakan pemanah putra Indonesia yang punya pengalaman manis menyingkirkan juara dunia dan calon terkuat peraih medali emas nomor recurve putra perorangan Olimpiade Rio de Janeiro, yaitu Kim Woo-jin (Korea Selatan). Namun, Riau Ega gagal melanjutkan langkahnya ke babak perempat final nomor recurveputra Olimpiade 2016 setelah kalah dari Mauro Nespali (Italia) dengan skor 0-6.
Belajar dari pengalaman itu, Riau Ega ingin mempersiapkan diri dengan lebih baik. Dia dituntut mempunyai fisik dan stamina yang selalu prima agar dapat berkonsentrasi dan tampil konsisten saat lomba. Untuk mempertajam teknik, Riau Ega melepaskan 500-600 anak panah per hari.
Latihan panahan dijalani setiap hari di bawah terik matahari. Riau Ega juga berlatih fisik dengan lari dan berenang untuk menjaga kebugaran tubuh. Selain itu, ada pendampingan mental dan psikologi. Seusai menjalani latihan utama, Riau Ega biasanya menambah latihan mandiri dengan berenang atau berlari selama 30 menit. “Untuk urusan latihan, saya harus selalu merasa kurang,” ujarnya.
Riau Ega mengatakan, dengan latihan yang lebih baik dari persiapan Olimpiade sebelumnya, bukan tidak mungkin dirinya bisa menyumbangkan medali untuk Indonesia. “Saya ingin menunjukkan, bisa tampil lebih baik. Sekarang saya lebih yakin untuk mendapatkan medali,” katanya.
Diananda juga mempunyai keyakinan yang besar untuk memperoleh medali Olimpiade. Tampil untuk pertama kali dalam kegiatan multicabang dunia, tidak membuat pemanah putri Indonesia itu takut. “Saya tidak mau menjadikan ini sebagai beban. Saya hanya ingin tampil maksimal dan melakukan yang terbaik,” ujarnya.
Pelatih panahan Indonesia Nurfitriyana mengatakan, Indonesia masih mengincar tambahan dua atlet putra dan dua atlet putri lagi untuk bersaing di Olimpiade Tokyo 2020. “Target kami bisa meloloskan enam atlet ke Olimpiade karena peluangnya lebih besar di nomor beregu,” kata peraih medali perak di Olimpiade Seoul 1988 itu.
Ketua Umum PB Perpani Kelik Wirawan mengatakan, tim Indonesia sudah menjalani pelatnas sejak April lalu. “Kami juga sudah uji coba ke Belanda untuk memberi pengalaman kepada atlet-atlet bersaing dengan tim negara lain yang lebih kuat. Evaluasinya adalah semangat dan mental juara harus selalu ditumbuhkan agar tidak grogi menghadapi negara lain,” ujarnya.