"Hoaks" Picu Tingginya Angka Kematian dalam Ajang Lari Indonesia
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Ajang lari semakin dimintai di Indonesia dalam beberapa tahun ini. Namun, seiring meningkatnya gaya hidup sehat itu, justru berbanding lurus dengan potensi korban meninggal saat mengikuti ajang tersebut. Salah satu penyebab utama adalah penanganan yang salah dan hoaks kesehatan terkait olahraga lari.
Menurut Sekretaris Jakarta Berlari Muhammad Nur Kamaluddin, geliat ajang lari terus meningkat di Indonesia. Lomba lari meningkat 33 persen dari 288 kegiatan pada 2017 menjadi 341 kegiatan pada 2018. Hingga pertengahan 2019, sudah ada 253 kegiatan dan berpotensi terus bertambah.
Ajang lari itu harusnya menjadi kegiatan menyehatkan. Namun, tak sedikit korban yang timbul ketika mengikuti ajang tersebut. ”Jakarta Berlari mencatat, ada lima korban meninggal dari kegiatan berbeda-beda sejak awal 2018 hingga awal Agustus 2019,” ujar Kamaluddin dalam siaran pers yang diterima Kompas dari ILUNI FKUI di Jakarta, Selasa (20/8/2019). ILUNI FKUI akan menggelar KedokteRAN 2019 atau ajang lari keluarga besar FKUI di Kampus UI, Depok pada 17 November.
Ketua Pelaksana Kedokteran 2019 dokter Jack Pradono Handojo mengatakan, lari adalah olahraga yang penuh risiko cedera bila tidak disiapkan dengan matang. Risikonya, antara lain bisa cedera langsung (traumatic injury) atau cedera tak langsung (overused injury). ”Jika penanganannya salah, risiko tertinggi bisa memicu kematian mendadak,” ujarnya.
Selain penanganan yang salah, Jack menambahkan, risiko cedera juga bisa timbul karena hoaks kesehatan terkait lari. Hoaks kesehatan adalah informasi terkait kesehatan yang keliru dan belum terjamin serta teruji secara medis. Hal itu banyak terjadi di masyarakat.
Salah satu contohnya adalah informasi larangan minum selama berlari agar tidak muntah. ”Faktanya, lari adalah aktivitas yang membuat tubuh berkeringat. Untuk itu, tubuh harus terhidrasi atau banyak dapat asupan air agar terhindar dari potensi sengatan panas tinggi (heat stroke),” tutur Jack.
Untuk itu, Jack berpesan, para pecinta lari harus mencari informasi yang tepat dan benar sebelum mengikuti ajang lari. Tujuannya, agar gaya hidup sehat dengan mengikuti ajang lari bisa memberikan manfaat positif bagi tubuh peserta. ”Menggali dan memahami informasi yang tepat menggenai kesehatan terkait lari merupakan bagian untuk mencapai prinsip zero accident or death,” tegasnya.