Memacu Adrenalin dan Prestasi pada Olahraga Dirgantara
Bermunculannya berbagai kegiatan seperti gantole dan paralayang di sejumlah daerah diharapkan bakal terus menumbuhkan minat masyarakat pada aero sport atau olahraga dirgantara.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Bermunculannya berbagai kegiatan seperti gantole dan paralayang di sejumlah daerah diharapkan terus menumbuhkan minat masyarakat pada aero sport atau olahraga dirgantara. Pada akhirnya, hal itu juga bakal menumbuhkan semangat daya saing yang berujung prestasi.
Nanang Wawan (42), salah satu peserta Telomoyo Cup 2019 di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumat (20/9/2019), mengatakan, gantole, perlu terus dikembangkan. Apalagi, akan perlu regenerasi para penerbang gantole. Jika tidak, Indonesia akan sulit berkompetisi di kancah internasional.
Menurut Nanang, sebagian besar orang sudah mengkhawatirkan mahalnya harga alat gantole, yang mencapai puluhan juta rupiah. "Mahal-murah tentunya relatif. Namun, yang utama asal mau mencoba dulu dan belajar. Bisa bergabung dengan klub-klub yang ada dan mengikuti berbagai event. Jika peminat banyak, olahraga ini akan terus berkembang," ujar atlet asal Kalimantan Timur itu.
Telomoyo Cup digelar pada 15-22 September 2019. Sebanyak 43 peserta, termasuk dari Jerman dan Jepang, ambil bagian pada kompetisi itu. Mereka meluncur dari puncak Gunung Telomoyo dan mendarat di Desa Sraten, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.
Dalam kompetisi gantole lintas alam tersebut, para peserta, yang dibekali GPS, diberi tugas untuk melewati beberapa titik koordinat. Peserta yang mampu menuntaskan semua tugas dengan waktu tercepat akan mendapat nilai terbaik. Jumat merupakan hari keempat mereka berlomba.
Berdasarkan pantauan, Jumat, sejumlah pengunjung menyaksikan proses lepas landas gantole di puncak Gunung Telomoyo, dengan ketinggian 1.750 meter di atas permukaan laut. Ratusan pengunjung juga memadati persawahan di Desa Sraten, guna menyaksikan para penerbang mendarat.
Danang (25), warga Ambarawa, Kabupaten Semarang sengaja datang ke Desa Sraten untuk melihat para penerbang gantole mendarat. "Seru, terutama detik-detik mau mendarat. Acara seperti ini hanya ada setahun sekali, jadi sayang kalau dilewatkan," ucapnya.
Sekretaris Jenderal Federasi Aero Sport Indonesia (FASI), Marsekal Pertama TNI Basuki Rochmat, mengatakan, banyaknya event diharapkan membuat olahraga dirgantara makin dikenal. "Sudah banyak atlet aero sport yang berkompetisi di internasional. Semoga peminatnya terus tumbuh," katanya.
Salah satu kegiatan yang terus didorong oleh FASI yakni Telomoyo Cup di Kabupaten Semarang, yang sudah memasuki tahun kelima. Menurutnya, dengan dukungan Pemkab Semarang dan Pemprov Jateng, event tersebut akan semakin menggeliatkan olahraga dirgantara.
Saat ini, meski masih dalam skala lokal, telah bermunculan kegiatan gantole dan paralayang di sejumlah daerah di Jateng. Selain Kabupaten Semarang, ada juga Kabupaten Karanganyar, Kebumen, dan Batang.
Basuki menambahkan, event-event serupa terus didorong. Namun, di sisi lain, dia juga menenkankan pentingnya keselamatan. "Keamanan dan keselamatan atlet dalam melakukan kegiatan olahraga dirgantara ini harus diutamakan," kata Basuki.
Dampak pada wisata
Ketua Panitia Telomoyo Cup 2019, Haryo Yudiantoro, menambahkan, dengan adanya sejumlah kegiatan di berbagai daerah, olahraga dirgantara diharapkan semakin dikenal masyarakat. Pada akhirnya, bukan hanya prestasi olahraga, tetapi juga dampak ikutan pada tingkat kunjungan wisata di daerah.
Menurut Haryo, koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan menjadi hal penting. "Seperti Telomoyo Cup, yang sejak tahun keempat didukung penuh oleh Pemprov Jateng, yang membangun jalan desa dan Pemkab Semarang yang menyelenggarakan kegiatan di tempat pendaratan," kata dia.
Dengan pengembangan akses dan atraksi, antusiasme warga yang menyaksikan olahraga dirgantara kian meningkat. Hal tersebut dapat memacu antusiasme para peserta, termasuk dari luar negeri. Menurut dia, Telomoyo disukai karena aksesnya yang sudah bagus dan pemandangan yang indah.
Bupati Semarang Mundjirin, mengatakan, Telomoyo Cup menjadi salah satu event andalan di Kabupaten Semarang. Pasalnya, kegiatan itu juga menjadi bagian dari rencananya menjadikan Kabupaten Semarang sebagai daerah unggulan dalam pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran (MICE).
"Prospek Kabupaten Semaramg menjadi daerah MICE cukup besar, dengan topografi, sejarah, kekayaan budaya, hotel, dan restoran yang ada. Namun, memang masih perlu peningkatan sarana prasarana. Kami terus mendorong ini, salah satunya dengan terus memperbanyak kegiatan acara," ujar Mundjirin.
Pengembangan pariwisata berbasis olahraga dirgantara juga nantinya diharapkan terus meningkatkan jumlah kunjungan wisata di Jateng. Menurut data Disporapar Jateng, jumlah wisatawan di provinsi tersebut pada 2018 yakni 48,9 juta orang atau meningkat dari 2017 yang 40,1 juta orang.