Cedera Wlodarczyk Buka Kans Pelontar Martil Lain Raih Medali Emas
Cedera Anita Wlodarczyk (34) yang membuatnya tidak bisa turun pada nomor lomba martil putri di Kejuaraan Dunia Atletik 2019, di Doha, Qatar, membuka peluang atlet lain untuk meraih medali emas.
Oleh
Korano Nicolash LMS
·3 menit baca
DOHA, KAMIS — Cedera Anita Wlodarczyk (34) yang membuatnya tidak bisa turun pada nomor lomba martil putri di Kejuaraan Dunia Atletik 2019 di Doha, Qatar, membuka peluang atlet lain untuk meraih medali emas. Sebab, selama ini Wlodarczyk terlalu mendominasi.
Wlodarczyk yang berasal dari Polandia menjadi pemegang rekor dunia lontar martil putri. Dia menjadi atlet perempuan pertama yang mampu melakukan lontaran martil sejauh 82,98 meter. Dari setiap gelaran Kejuaraan Dunia Atletik sejak 2009, rekor itu belum ada yang mampu melampaui.
Dengan tak bisa tampilnya Wlodarczyk, atlet di nomor sama yang berpeluang meraih medali emas jatuh pada tiga atlet lontar martil putri asal Amerika Serikat (AS). Ketiganya menempati urutan pertama hingga ketiga entry lists IAAF untuk nomor lontar martil putri.
Mereka adalah DeAnna Price dengan catatan lontaran martil terjauh musim ini, 78,24 meter. Kemudian Brooke Andersen (76,75 meter) dan Gwen Berry (76,46 meter).
Namun, di antara ketiganya, Price tampaknya menjadi kandidat terkuat. Ini karena penampilannya yang terus meningkat. Dari tujuh kejuaraan yang pernah diikutinya, Price mampu menang di lima kejuaraan.
Di luar atlet AS, atlet lontar martil putri asal China, Wang Zheng, juga berpeluang. Dia meraih medali perak saat Kejuaraan Dunia Atletik 2017 di London. Sebelumnya, saat Kejuaraan Dunia Atletik 2013 di Moskwa, Zheng meraih medali perunggu. Dari 12 kejuaraan yang diikutinya, Zheng menang di 11 kejuaraan. Lontaran terbaiknya musim ini sejauh 76,26 meter.
Atlet lontar martil putri asal Perancis, Alexandra Tavernier, menjadi kandidat lain yang berpeluang. Dia peraih medali perunggu Kejuaraan Dunia Atletik 2015 di Beijing. Tavernier juga berhasil mempertajam rekor nasionalnya setelah melakukan lontaran sejauh 74,84 meter pada Juni lalu.
Di samping itu, masih ada andalan Belarus, Hanna Malyshchyk, yang merupakan salah satu finalis Kejuaraan Dunia London dan Olimpiade 2016. Lontaran terbaik Malyshchyk yang baru mencapai usia 25 tahun, 4 Februari lalu, sudah mencapai 72,39 meter, ketika menempati urutan keempat di Kejuaraan Atletik Eropa di Berlin, Jerman, tahun lalu.
Partai final nomor lontar martil putri ini akan berlangsung pada hari kedua Kejuaraan Dunia Atletik 2019, Sabtu (28/9/2019) malam waktu Doha.
Jalan cepat
Dari nomor jalan cepat putri, persaingan medali emas diperkirakan bakal sengit. Setidaknya ada sejumlah atlet yang berpeluang meraihnya, yaitu Ines Henriques dari Portugal, Liu Maocuo dari China, Paola Perez dari Ekuador, Valentyna Myronchuk dari Ukraina, dan Maria Czakova dari Slowakia.
Adapun pada kategori putra jalan cepat 50 km, atlet Yohann Diniz dari Perancis, pemegang rekor dunia, berpeluang meraih medali emas. Dia akan bersaing ketat dengan Matej Toth, peraih medali emas pada Olimpiade 2016. Kemudian Wang Qin dari China yang tampil cemerlang di dua kejuaraan bergengsi musim lalu.
Selain itu, ada Hyato Katsuki, juara Asian Games 2018 Jakarta-Palembang. Kemudian, eks pemegang rekor nasional Jepang, Tomohiro Noda.
Andalan Norwegia, Havard Haukenes, peraih medali perunggu pada Kejuaraan Eropa, Dzmitry Dziubin dari Belarus, serta Evan Dunfee yang mewakili Kanada menjadi kandidat lain peraih medali emas.