Christian Taylor yang memiliki lompatan terbaik sejauh 18,21 meter pada dua kesempatan lompatan pertamanya mengalami diskualifikasi.
Oleh
Korano Nicolash LMS
·2 menit baca
DOHA, SENIN — Bagi sejumlah atlet tentu membuat kesalahan pada awal pertarungan bisa berakibat fatal. Apalagi kalau sampai dua kali. Namun, bagi Christian Taylor, kesalahan di awal pertarungan justru menjadi pemicunya meraih gelar juara.
Hal ini dibuktikan Taylor pada babak final lompat jangkit Kejuaraan Atletik Dunia IAAF 2019 Doha yang berlangsung Minggu (29/9/2019) pukul 21.45 waktu Doha atau Senin (30/9/2019) pukul 01.45 WIB, di Stadion Internasional Khafila, Doha, Qatar.
Christian Taylor yang memiliki lompatan terbaik sejauh 18,21 meter pada dua kesempatan lompatan pertamanya mengalami diskualifikasi. Itu sebabnya, justru 11 atlet lainnya, termasuk rekan senegaranya Will Claye, justru mampu mencetak lompatan sejauh 17,61 meter.
Claye dan Taylor sejauh ini memang menjadi atlet lompat jangkit nomor tiga dan nomor dua karena lompatan terbaik mereka berada di belakang rekor dunia.
Jonathan Edward asal Inggris menjadi pemilik rekor dunia lompat jangkit putra yang diciptakan di Gothenburg, Swedia, 7 Agustus 1995, dengan lompatan sejauh 18,29 meter. Lompatan terbaik Taylor dalam IAAF 2015 di Beijing, China, 27 Agustus 2015, mencapai 18,21 meter.
Itu sebabnya, meski sempat tertinggal, Taylor tetap fokus pada lompatannya. Sementara atlet lainnya mulai merasa lelah pada lompatan pertama dan kedua.
Lihat saja ketika Hugues Fabrice Zango asal Burkina Faso yang melompat sejauh 17,18 meter, Pedro Pablo Pichardo dari Portugal (17,49 meter), dan Cristian Napoles asal Kuba (17,36 meter).
Taylor terus berusaha membuat lompatan terjauh dalam empat kesempatan lagi. Pada lompatan ketiga dia melompat sejauh 17,42 meter serta terus meningkatkannya pada lompatan keempat menjadi 17,86 meter dan lompatan kelima sejauh 17,92 meter.
”Doha adalah kota yang sangat istimewa bagi saya,” kata Taylor, yang membuat satu dari empat lompatannya yang mencapai 18 meter di Doha pada 2015.
”Saya selalu mendapatkan banyak kasih sayang di sini dan keadaannya selalu sempurna. Makanya, saya sebenarnya ingin melakukan lompatan lebih jauh lagi, tetapi saya bersyukur atas kemenangan ini,” tambah Taylor, seperti yang dikutip Iaaf.org.