Peran Orangtua Besar dalam Mencetak Pesepak Bola Andal
Orangtua turut berkontribusi besar dalam mengembangkan pesepak bola usia dini. Kehadiran mereka tak hanya sebagai suporter, tetapi juga menjadi penentu perjalanan karier pesepak bola.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Orangtua turut berkontribusi besar dalam mengembangkan pesepak bola usia dini. Kehadiran mereka tak hanya sebagai suporter, tetapi juga menjadi penentu perjalanan karier pesepak bola.
Mantan penyerang Krama Yudha Tiga Berlian yang kini menjadi Pelatih Kepala SSB Bina Taruna Saut Tobing, di Jakarta, Rabu (2/10/2019), mengatakan, dalam pembinaan usia dini di Indonesia, pemain adalah milik orangtua dan bukan milik akademi seperti di Eropa. Oleh karena itu, peran orangtua sangat besar.
Orangtua bisa menarik pemain kapan saja jika ingin keluar dari klub. Alhasil, orangtua harus bijak dalam mengambil langkah demi perkembangan anaknya. Hal serupa terjadi pada sekolah sepak bola (SSB) lain peserta Liga Kompas Kacang Garuda U-14 musim 2019-2020, salah satunya SSB Big Stars Babek FA.
Pada Kamis (3/10/2019), terlihat beberapa orangtua menemani anaknya berlatih di Lapangan Babek TNI, Cilincing, Jakarta Utara. Mereka antusias mendukung anaknya dalam berlatih.
Salah satu orangtua, Kus Adi Prasetya (43) mengungkapkan, peran orangtua dalam pembinaan usia dini sangat besar. ”Mendidik anak untuk menjadi atlet lebih sulit daripada mendidik anak untuk menekuni profesi lain,” ujarnya.
Ayah dari Gani Fallah Wijaya, bek SSB Big Stars Babek FA, mengatakan harus memperhatikan seluruh kebutuhan anaknya mulai dari mengatur waktu antara sepak bola dan sekolah, nutrisi, hingga gaya hidup anak. Ia juga harus menanamkan nilai sportivitas dan disiplin pada anaknya agar bisa menjadi pesepak bola yang tangguh.
Selain itu, orangtua harus mengendalikan diri agar tidak memberikan tekanan yang berlebihan pada anak karena bisa membuat stres. Kus memberikan kebebasan kepada Fallah agar fokus mengejar karier sebagai pesepak bola.
Ia tidak khawatir dengan masa depan anaknya karena perkembangan industri sepak bola di Indonesia semakin baik dibandingkan pada saat dirinya meniti karier di PSM Madiun sekitar tahun 1990-an.
”Pola pembinaan usia dini di Indonesia saat ini mulai berjenjang. Beberapa kompetisi dan turnamen usia muda yang digelar lebih banyak serta berkualitas,” kata Kus.
Terlepas dari kompetisi senior yang belum tertata dengan baik dan menurunnya kualitas pemain ketika sudah menjadi pesepak bola profesional, Kus yakin industri sepak bola di Indonesia akan terus berkembang sehingga dirinya tak pernah ragu ketika anaknya ingin menjadi pesepak bola.
Kehadiran Kus berpengaruh pada semangat latihan Fallah. Ia pun menuruti segala instruksi pelatih dan berusaha keras untuk meningkatkan kemampuannya.
Manajer SSB Big Stars Babek FA Kashan Sunaryadi (47) menuturkan, orangtua menjadi tulang punggung bagi SSB. Mereka adalah penyandang dana utama.
”Selain iuran rutin, orangtua juga turut membantu pendanaan ketika klub membutuhkan biaya tambahan, seperti akomodasi dan transportasi ketika bertanding,” kata Kashan.
Mereka dengan sukarela bergotong royong agar klub dapat berkompetisi dan anak-anak mendapatkan pengalaman bertanding. Selain penyandang dana, orangtua juga turut menyumbang gagasan agar klub terus berkembang.
”Namun, sekalipun peran orangtua sangat besar, mereka tetap tidak boleh merasa lebih kuat karena dapat mengganggu keharmonisan klub,” ujar Kashan.