Bertahun-tahun berkutat di Liga 2, klub sepakbola asal Banda Aceh, Persiraja akhirnya lolos ke Liga 1. Kemenangan 1-0 atas Sriwijaya FC memastikan “Laskar Rencong” naik kasta.
Oleh
ZULKARNAINI
·4 menit baca
Bertahun-tahun berkutat di Liga 2, klub sepak bola asal Banda Aceh, Persiraja, akhirnya lolos ke Liga 1. Kemenangan 1-0 atas Sriwijaya FC pada pertandingan Senin, 25 November 2019, di Bali memastikan ”Laskar Rencong” naik kasta. Warga Aceh pun menyambut bahagia.
Setelah wasit meniup peluit panjang pertanda pertandingan berakhir, tangisan Mukhlis, kapten Persiraja, pecah. Ia tak kuasa membendung air mata. ”Alhamdulillah ya Allah, air mata kesedihan ditutup dengan air mata kebahagiaan. Kado terindah untuk rakyat Aceh,” kata Mukhlis.
Tanpa mengesampingkan pemain lain, Mukhlis wajar menjadi pemain paling bahagia karena genap 10 tahun dia bermain untuk Persiraja. Persiraja menjadi satu-satunya klub sepak bola profesional dalam kariernya. Kepada penulis, Mukhlis pernah mengatakan ingin bermain untuk tim itu sampai gantung sepatu.
Pada 2011, saat Persiraja promosi ke Indonesia Premier League (IPL), Mukhlis mendapat banyak tawaran bermain ke klub di Pulau Jawa dan Kalimantan. Namun, ia tetap memilih setia kepada Persiraja. Dia ingin menjadi bagian dari sejarah perjalanan klub tanah kelahirannya.
Setelah memastikan lolos ke Liga 1, pemain, ofisial, pelatih, dan pendukung Persiraja larut dalam kebahagiaan. Lini masa media sosial diwarnai dengan ucapan selamat dan syukur atas capaian yang ditoreh Defri Rizki dan kawan-kawan. Aceh kini punya wakil di kompetisi sepak bola tertinggi di Indonesia.
Kehadiran Persiraja membuat liga Indonesia menjadi sempurna, Persipura sebagai wakil paling ujung timur dan Persiraja sebagai wakil paling barat. Ini baru namanya Liga Indonesia.
Persipura Jayapura melalui akun resminya telah mengucapkan selamat bagi Persiraja. ”Perjalanan tandang dari Jayapura ke Aceh akan menjadi pertandingan tandang terjauh di dunia,” tulis Persipura dalam akun Twitter-nya.
Pelatih Persiraja Hendri Susilo, seusai laga, menuturkan, keberhasilan ini buah kerja keras para pemain. Dia bersyukur, target yang diberikan oleh manajemen mampu dicapai.
Hendri bisa bernapas lega, padahal sepanjang pertandingan dia terlihat tertekan. Setelah kalah dari Persik Kediri di semifinal, Persiraja wajib menang melawan Sriwijaya FC untuk merebut juara ketiga dan lolos ke Liga 1.
Presiden Persiraja Nazaruddin Dek Gam memenuhi janjinya kepada warga Aceh untuk membawa Persiraja ke Liga 1. ”Dengan tekad keras para pemain, pelatih, ofisial, kita lolos. Padahal kami awalnya dianggap kuda hitam, tidak diunggulkan,” ujarnya.
Saat Nazaruddin mengambil alih saham dominan Persiraja, tahun 2017, tim itu dalam keadaan susah. Pada 2017, Persiraja nyaris degradasi ke Liga 3. Pada musim 2018, Persiraja bangkit, lolos ke babak delapan besar. Harapan untuk masuk ke Liga 1 kandas setelah dibantai 5-0 oleh PSS Sleman di pertandingan penentu.
Pada 2019, Hendri Susilo ditunjuk melatih Persiraja. Beberapa pemain lain dikontrak meski sebenarnya kualitas pemain tergolong rata-rata. Hampir separuh skuad adalah putra daerah, seperti Feri Kumol, Defri Rizki, Fakhrurrazi, Agus Suhendra, dan Ahsanul Rijal.
Pada musim ini, Persiraja tidak terkalahkan selama bermain di kandang, di stadion tua, H Dimurata Lampineung. Setiap Persiraja bermain, stadion klasik itu dipenuhi penonton. Tidak kurang dari 7.000 orang selalu hadir di lapangan.
Setiap Persiraja bermain, stadion klasik itu dipenuhi penonton. Tidak kurang dari 7.000 orang selalu hadir di lapangan.
Beberapa penonton berusia dewasa, yang mendukung tim itu sejak 1990-an. Nazaruddin menuturkan, warga Aceh patut berbangga, kini tim sepak bola mereka kembali diperhitungkan. Nazaruddin ingin Persiraja bertahan di Liga 1 dan menjadi klub besar.
”Malam sebelum pertandingan, saya panggil pemain satu per satu. Saya bilang kepada mereka, kalian bermain untuk lambang di dada dan untuk rakyat Aceh,” lanjutnya.
Nazaruddin kini menjadi anggota DPR. Sebagian besar warga Aceh memilihnya pada Pemilu Legislatif 2019 karena menaruh harapan, dia bisa membangkitkan Persiraja. Sebagai anggota DPR dan pengusaha, diharapkan keuangan Persiraja membaik dan jaringan untuk melobi sponsor semakin kuat.
Klub tua
Persiraja didirikan pada 28 Juli 1957 oleh klub-klub yang ada di Banda Aceh. Persiraja singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Kutaraja. Persiraja termasuk tim tua, seperti Persija Jakarta, Persib Bandung, PSM Makassar, PSMS Medan, dan Persipura Jayapura. Pada 1980, Persiraja menjuarai Perserikatan setelah mengalahkan Persipura di final.
Namun, konflik bersenjata di Aceh membuat Persiraja terpuruk. Beberapa tahun, Persiraja harus pindah kandang ke Stadion Teladan, Medan. Saat tsunami 2004, Stadion H Dimurtala hancur. Kapten Persiraja, Irwansyah, menjadi korban dan sampai kini tidak ditemukan jenazahnya.
Pada 2011, Persiraja berhasil melangkah ke final Divisi Utama meski dikalahkan Persiba Bantul di Stadion Manahan Solo. Waktu itu, Persiraja dan Persiba promosi ke liga tertinggi. Namun, celakanya, pada saat itu terjadi dualisme PSSI dan liga pun pecah menjadi Indonesia Premier League dan Indonesia Super League.
Konflik bersenjata di Aceh membuat Persiraja terpuruk. Beberapa tahun, Persiraja harus pindah kandang ke Stadion Teladan, Medan. Saat tsunami 2004, Stadion H Dimurtala hancur.
Persiraja memilih bermain di Indonesia Premier League. Namun, kembali terdampar ke kasta kedua. Kala itu, Persiraja dihidupkan melalui APBD Banda Aceh. Saat ada larangan memakai APBD untuk klub sepak bola profesional, Persiraja kian tertatih. Adapun klub lain di Aceh, seperti PSAP Sigli, PSSB Bireuen, dan PSLS Lhokseumawe, benar-benar ambruk. Kini mereka bermain di Liga 3.
Meski bermarkas di Kota Banda Aceh, sejatinya Persiraja adalah tim milik warga Provinsi Aceh. Karena itu, wajar apabila warga Aceh menyambut bahagia lolosnya Persiraja ke Liga 1. Selamat, Persiraja!