Kompetisi yang rutin dan pembinaan berjenjang menjadi kunci polo air putri Jawa Barat mampu terus berprestasi.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim polo air Jawa Barat menguasai Kejuaraan Akuatik Indonesia Terbuka atau Indonesia Open Aquatic Championship (IOAC) 2019. Pada Sabtu (14/12/2019) di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Jakarta, tim polo air putri Jawa Barat berhasil menduduki peringkat pertama setelah mengalahkan DKI Jakarta dengan skor 10-8.
Tim polo air putri Jawa Barat berhasil mengumpulkan poin sempurna. Kemarin, mereka mengalahkan Jambi dengan skor 31-3 dan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan skor 20-4.
Kompetisi yang rutin dan pembinaan yang berjenjang menjadi kunci polo air putri Jawa Barat mampu terus berprestasi. Pelatih kepala tim polo air putri Jawa Barat, Henry Marciano, mengatakan, dalam setahun Jawa Barat mengadakan dua kali kejuaraan polo air untuk usia 17 tahun ke bawah.
Dari kompetisi tersebut, dipilih atlet terbaik untuk memperkuat tim senior di kejuaraan nasional. ”Proses pembibitan dan pembinaan paling gampang adalah dengan membuat kompetisi sesering mungkin. Ketika ada pertandingan, atlet pasti akan berlatih,” ujar Henry.
Ia mengatakan mudah untuk membentuk tim yang solid karena setiap pemain telah berlatih di klub masing-masing untuk kejuaraan daerah. Selain itu, sebagian besar anggota timnya adalah pemain tim nasional.
Kesuksesan tim polo putri Jawa Barat juga diikuti tim putra. Pada pertandingan pertama, mereka berhasil mengalahkan Sumatera Utara dengan skor telak 25-5.
Sejak babak pertama hingga ketiga, Jawa Barat dapat menguasai pertandingan. Serangan cepat Jawa Barat selalu berakhir dengan gol. Sementara Sumatera Utara sering kesulitan dalam melewati penjagaan lini belakang Jawa Barat. Tembakan para pemain Sumatera Utara juga selalu kandas di tangan kiper M Rafi Alfariz.
Di babak keempat, Jawa Barat mulai kelelahan. Sumatera Utara mencetak dua gol, tetapi Jawa Barat juga masih mampu mencetak tiga gol.
Asisten pelatih tim polo air putra Jawa Barat, Otep Baskara, mengatakan, timnya mulai kelelahan karena baru seminggu lalu latih tanding dengan salah satu klub polo air dari Jepang. Uji coba tersebut menjadi bagian dari persiapan Pra-PON dan PON 2020.
Pada kualifikasi PON kali ini, Jawa Barat menurunkan komposisi pemain yang didominasi usia di bawah 20 tahun. ”Kami hanya membawa empat pemain senior dan sisanya pemain yunior. Tim ini dipersiapkan tidak hanya untuk menghadapi PON 2020, tetapi juga PON 2024,” kata Otep.
Ia optimistis tim putra dapat menyusul tim putri menjadi juara IOAC 2019 meskipun timnya didominasi pemain yunior. Menurut Otep, kemampuan para pemain yunior tersebut tidak kalah dari pemain senior. Mereka diperoleh dari kompetisi internal yang mempertemukan klub polo air yang ada di Jawa Barat.
Para pemain terbaik dalam kompetisi tersebut dikumpulkan menjadi satu untuk mewakili Jawa Barat dalam kejuaraan nasional. Otep mengatakan, pada tahun depan kejuaraan tersebut akan dibuka untuk klub dari daerah luar Jawa Barat, bahkan internasional, untuk meningkatkan kualitas kompetisi.
Sumbang ke timnas
Otep berharap, Jawa Barat dapat menjadi bagian dari proses perkembangan polo air di Indonesia. Pada SEA Games 2019 di Filipina, Jawa Barat mengirimkan empat atlet untuk tim nasional yang berhasil merebut medali emas.
Salah satu atlet tersebut ialah kapten tim Zaenal Arifin yang berposisi sebagai pemain belakang. Pada pertandingan melawan Sumatera Utara, pengaruh Zaenal sangat besar dalam menggalang pertahanan Jawa Barat sehingga sulit ditembus lawan.
Kepiawaiannya dalam menggalang pertahanan Jawa Barat pada kejuaraan nasional membuat Zaenal dipanggil tim nasional. Ia bergabung dengan pelatnas sejak dua tahun lalu.
Sebelum menjadi bagian dari timnas pada SEA Games 2019, ia juga terlibat pada SEA Games 2017 dan Asian Games 2018. ”Sulit membayangkan pengalaman kemarin saat memperoleh medali emas. Hasil tersebut buah dari kekompakan tim setelah bersama-sama berjuang di tiga kompetisi,” ujar Zaenal.
Ia berharap, polo air semakin dikenal dan populer di Indonesia. Zaenal menceritakan ketika pertama kali tertarik pada olahraga ini tahun 2009.
Pada awalnya, ia adalah atlet renang yunior. Namun, karena sulit berprestasi, ia beralih ke sepak bola. Zaenal berlatih dengan salah satu sekolah sepak bola di Bandung.
Akan tetapi, ketika berenang, ia melihat ada beberapa orang yang bermain polo air. Sejak saat itu, ia menekuni olahraga ini karena menggabungkan antara renang, sepak bola, basket, gulat, hingga bela diri. Zaenal menyebutkan, olahraga ini memiliki banyak tantangan sehingga sangat menarik.