Ajang lomba lari Semarang 10K yang dihelat untuk kedua kalinya, Minggu (15/12/2019) di Kota Semarang, Jawa Tengah, untuk pertama kalinya mengikutsertakan secara khusus para pelari kategori pelajar.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA/KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Ajang lomba lari Semarang 10K yang dihelat untuk kedua kalinya, Minggu (15/12/2019) di Kota Semarang, Jawa Tengah, untuk pertama kalinya mengikutsertakan secara khusus para pelari kategori pelajar. Sekitar 50 pelari cilik, mengikuti lomba yang dilepas tepat pukul 06.00 di bawah cuaca cerah.
Dari 2.000 peserta Semarang 10K, sekitar 2,3 persen atau 50 pelari mengikuti kategori pelajar. Adapun para pelari mulai berdatangan di kompleks Balai Kota Semarang sekitar pukul 04.45. Start dilepas dari Jalan Pemuda, di depan Balai Kota Semarang. Setibanya di Balai Kota, mereka mempersiapkan diri masing-masing dengan pemanasan dan melenturkan otot-otot tubuh.
Mayoritas peserta melakukan pemanasan, mengisi karbo, dan di sekitar lokasi perlombaan. Persiapan lain dengan melakukan pemanasan, menghidrasi dirinya, dan makan.
Sutikno (45) salah satu peserta asal Kudus, Jateng melakukan pemanasan di sekitar garis start. Sutikno mengaku, dirinya sudah melakukan persiapan setidaknya sejak beberapa bulan terakhir.
"Saya melakukan persiapan secara rutin sejak beberapa bulan terakhir. Sehingga, kalau ada perlombaan saya sudah siap," kata Sutikno.
Pelari lain asal Surakarta, Ari (27) juga melakukan pemanasan di sekitar lokasi. Menurutnya, pemanasan merupakan salah satu hal penting yang harus dilakukan sebelum lomba untuk meminimlkan kemungkinan cedera.
Pengarah lomba Andreas Kansil mengatakan, cuaca adalah salah satu tantangan dalam Semarang 10K. Ia menyarankan supaya pelari tetap memperhatikan kondisi tubuhnya dengan melakukan hidrasi.
Berdasarkan perkiraan cuaca, pada Minggu, sebagian Kota Semarang akan berawan dengan suhu 25-32 derajat celsius. Adapun kelembapan udara 60 persen.
Pelari asal Purwodadi, Bondhan (27) mengatakan sangat senang dengan cuaca bagus. Sebagai bonus, ia ingin menikmati suasana Semarang.
Tak hanya pelari, keluarga pelari juga antusias mendukung perlombaan. Andriyani (46), salah satu keluarga pelari asal Kabupaten Batang mengaku datang sejak Sabtu (14/12/2019) untuk mendukung anaknya dalam kategori pelajar.
"Anak saya sudah melakukan pemanasan sejak sebulan lalu. Saya datang untuk memberikan semangat kepada anak saya supaya dia bisa berlari dengan semangat dan finis dengan selamat," ujar Andriyani.
Semarang 10K hasil kerja sama Pemerintah Kota Semarang dan Harian Kompas. Ajang ini diikuti 2.000 peserta yang terbagi dalam tiga kategori, yakni 10K Open, 10K Nasional, dan 10K Pelajar, seluruhnya putra-putri. Sebanyak 68 persen peserta dari luar Semarang dan pelari asing sebanyak 13 peserta.
Rute yang akan dilalui peserta adalah Balai Kota Semarang-Tugu Muda-Jalan Pandanaran-Simpang Lima-Jalan Ahmad Yani-Jalan MT Haryono-Simpang Jalan Kartini-Bundaran Bubakan-Jalan Letjen Suprapto Kota Lama-Jembatan Mberok-Jalan Pemuda-Balai Kota Semarang. Di sepanjang rute itu, peserta akan disuguhi gedung-gedung berarsitektur Eropa, seperti Gereja Blenduk, Gedung Marba, dan Kantor Pos Besar Semarang.
Ada sejumlah pelari elite. Peserta elite laki-laki antara lain James Karanja (Kenya), Tariku Demelash Abera (Ethiopia), Agus Prayogo (Indonesia), dan Nur Shodiq (Indonesia). Adapun elite perempuan di antaranya Jackline Nzivo (Kenya), Isabellah Kigen (Kenya), Odekta Elvina Naibaho (Indonesia), dan Triyaningsih (Indonesia).
Dampak ekonomi
Sport tourism atau wisata olahraga seperti Semarang 10K berpotensi menghadirkan efek domino yang berujung meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah. Terkait ini, perlu ada sinergi sehingga perputaran ekonomi dapat dirasakan oleh berbagai sektor.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Semarang Arnaz Agung Andrarasmara, di Semarang, Sabtu (14/12) malam, mengatakan, pada Semarang 10K, para pelari tak hanya ikut lombanya saja. Namun, mereka pasti akan menginap, berbelanja, dan berwisata di Semarang. Akan ada dampak bagi sektor usaha, dari hulu ke hilir.
"Jika seluruh sektor bisa menampilkan produk-produk terbaik mereka, bukan tidak mungkin tahun depan para wisatawan akan kembali lagi," kata Arnaz.
Keberhasilan sebuah event olahraha, menurut Arnaz, juga akan menarik minat investor atau promotor kegiatan untuk berinvestasi atau menggelar acara di suatu daerah. Dengan begitu, perputaran uang bisa terjadi di daerah tersebut dan perekonomian masyarakat akan ikut terdongkrak.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Jawa Tengah Benk Mintosih menambahkan, pelibatan pelaku usaha dan masyarakat penting dalam event wisata olahraga. Sebab, hal tersebut akan membuat jangkauan publikasi semakin luas.
"Tak hanya itu, keberlanjutan sebuah sport event juga harus diperhatikan. Jika setiap tahun rutin digelar, secara otomatis masyarakat akan familiar dan kegiatan tersebut akan ditunggu-tunggu oleh masyarakat," kata Benk.
Menurut Benk, melalui wisata olahraga, rata-rata masa huni wisatawan di Kota Semarang bisa bertambah jika sinergi antarpa pemerintah, pelaku usaha, media, dan masyarakat sudah terbentuk. Saat ini, rata-rata lama tinggal wisatawan di Kota Semarang sekitar 1,7 hari, lebih tinggi dari rata-rata Provinsi Jateng yang 1,4 hari.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Indriyasari, mengemukakan, Semarang 10K menawarkan kesan dan pengalaman bagi para pelari. Sebab, rute yang dilalaui yakni sejumlah bangunan ikonik yang ada di Kota Semarang. Karena itu, Semarang 10K juga menjadi ajang promosi.
Diharapkan, kesan dan pengalaman itu diceritakan kembali oleh pelari kepada rekan-rekan di daerah asalnya, sehingga akan semakin banyak yang tertarik berkunjung ke Semarang. "Apalagi, kami juga mengangkat budaya dan kearifan lokal Semarang sebagai daya tarik," kata Indriyasari.