Tim Liga Inggris Mulai Berguguran Hadapi Tim Kasta Rendah
Piala FA yang merupakan turnamen tertua di dunia, yakni mulai diselenggarakan pada 1871-1872, menjadi tempat bagi tim-tim kecil unjuk gigi. Mereka bisa menjadi momok bagi klub Liga Inggris yang kelelahan.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
BRIGHTON, MINGGU — Selain bertabur bintang dunia yang berlaga, sepak bola Inggris juga menyuguhkan tontonan menarik. Salah satunya adalah hasil akhir yang sulit ditebak. Pada babak ketiga Piala FA, Sabtu (4/1/2020), dua klub kasta teratas tumbang dari tim kasta kedua.
Brighton & Hove Albion yang berada di peringkat ke-14 Liga Inggris dan musim lalu mampu melaju ke babak semifinal Piala FA takluk dari Sheffield Wednesday dengan skor 0-1 di Stadion Falmer, Brighton. Sheffield Wednesday merupakan penghuni Divisi Championship.
Hal serupa juga dialami Aston Villa saat berkunjung ke kandang Fulham. Tim promosi tersebut harus mengakui keunggulan Fulham dengan skor 2-1.
Banyaknya perubahan pada tim inti menjadi salah satu penyebab kekalahan Brighton dan Aston Villa. Brighton memasukkan tujuh pemain berbeda dibanding saat bermain imbang 1-1 melawan Chelsea pada Rabu (1/1/2020).
Pada babak kedua, Brighton tampil buruk. Hingga akhirnya pemain sayap Sheffield Wednesday, Adam Reach, membobol gawang David Button pada menit ke-65 melalui tendangan jarak jauh.
”Kredit untuk Sheffield Wednesday, mereka layak lolos. Kami cukup kerepotan dan kinerja babak kedua kami mengecewakan. Kami perlu berbuat lebih baik,” ujar manajer Brighton & Hove Albion, Graham Potter.
Kami cukup kerepotan dan kinerja babak kedua kami mengecewakan. Kami perlu berbuat lebih baik.
Sama seperti Brighton, manajer Aston Villa, Dean Smith, juga melakukan perubahan besar dengan mengubah sembilan pemain pada tim inti. Mereka lebih memprioritaskan pertandingan Liga Inggris karena posisi mereka hanya satu tingkat dari zona degradasi.
”Saya tidak suka kalah dalam kompetisi apa pun, tetapi semua orang bisa melihat ini tidak berada dalam daftar teratas dari prioritas kami karena tiga pemain kunci kami mengalami cedera,” ujar Smith.
Hasil mengejutkan ini tidak hanya terjadi pada musim ini. Pada musim lalu, beberapa tim dari kasta tertinggi Liga Inggris juga takluk dari tim dari kasta yang lebih rendah.
Fulham yang musim lalu masih berada di kasta tertinggi harus mengakui keunggulan dari tim kasta keempat, Oldham Athletic, dengan skor 1-2. Begitu juga dengan Leicester City yang takluk dari Newport County dengan skor yang sama. Hal serupa terjadi pada Cardiff City, Southampton, dan Huddersfield Town yang menyerah dari tim kasta kedua serta ketiga.
Hasil di atas menunjukkan ketatnya persaingan dalam sepak bola Inggris. Piala FA yang merupakan turnamen tertua di dunia, yakni mulai diselenggarakan pada 1871-1872, menjadi tempat bagi tim-tim kecil unjuk gigi. Mereka bisa menjadi momok bagi klub Liga Inggris yang kelelahan akibat ketatnya persaingan dan padatnya jadwal pertandingan di kasta teratas.
Tim-tim dari kasta yang lebih rendah akan tampil secara maksimal untuk dapat mengalahkan tim dari kasta yang lebih tinggi. Turnamen ini juga menjadi tempat bagi pemain dari klub kasta yang lebih rendah untuk memperlihatkan kemampuannya.
Turnamen ini juga menjadi tempat bagi pemain dari klub kasta yang lebih rendah untuk memperlihatkan kemampuannya.
Seperti yang ditunjukkan dua pemain Fulham, Anthony Knockaert dan Harry Arter, yang berhasil membobol gawang Aston Villa melalui tendangan jarak jauh dari luar kotak penalti. Manajer Fulham, Scott Parker, pun memuji dua gol tersebut sebagai gol yang istimewa.
Kemenangan ini tidak hanya membuat Fulham lolos ke babak selanjutnya. Namun, mereka juga berada dalam kepercayaan diri yang tinggi karena mampu mengalahkan tim dari kasta tertinggi.
Semangat tersebut menjadi modal besar bagi mereka untuk dapat promosi pada akhir musim. Saat ini, Fulham berada di peringkat kelima Divisi Championship sehingga memiliki peluang untuk dapat kembali ke kasta tertinggi Liga Inggris. (AFP)