Menjelang Olimpiade Tokyo 2020, sprinter andalan Indonesia Lalu Muhammad Zohri, akan menjalani fokus latihan penguatan kaki, dan mematangkan mental dengan bertanding di kejuaraan internasional.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Memasuki 2020, pelari jarak pendek andalan Indonesia Lalu Muhammad Zohri fokus untuk penguatan kaki. Tahun lalu, sprinter berusia 19 tahun itu sempat mengeluhkan nyeri di lutut kiri, sehingga membuat dirinya batal tampil pada Grand Prix Asia 2019 di Chongqing, China, pada Juni. Hal itu diduga karena salah satu kaki pelari asal Lombok Utara, NTB itu, panjang sebelah.
”Beberapa hari lalu, tim medis melakukan pengecekan ke Zohri. Ternyata, salah satu kakinya panjang sebelah. Hal itu membuat kaki kirinya lebih banyak menumpu dan rawan untuk cedera. Di sisi lain, sewaktu di daerah, mungkin latihan penguatan kakinya kurang, sehingga semakin memperbesar potensi cedera,” ujar kepala pelatih sprint PB PASI Eni Nuraini di Jakarta, Senin (6/1/2020).
Dengan kondisi itu, Eni mengatakan, pihaknya akan memberikan program khusus penguatan untuk Zohri menjelang Olimpiade Tokyo 2020. Namun, porsi latihan untuk kaki kiri akan lebih banyak dibanding kaki kanan. Hal itu untuk menyeimbangkan kekuatan dua kakinya.
”Karena kaki kiri lebih rawan cedera, latihan kaki kiri akan lebih dominan,” ujar peraih penghargaan Pelatih Asia Terbaik pada 2019 tersebut.
Menurut Eni, latihan penguatan otot kaki akan dimulai usai program latihan umum selesai pertengahan Januari ini. Hal itu juga demi persiapan Zohri mengikuti sejumlah agenda kejuaraan internasional yang kemungkinan diawali pada Australia Terbuka 2020 di akhir Februari nanti.
”Tahun ini, Zohri akan lebih banyak ikut kejuaraan internasional untuk meningkatkan mental berlombanya. Tujuannya, agar dia lebih matang pada Olimpiade nanti,” kata Eni.
Selain itu, Eni berharap Zohri bisa mendapatkan kesempatan melakukan pemusatan latihan di luar negeri, terutama di Amerika Serikat. Berkaca dari persiapan menuju Asian Games 2018 Jakarta-Palembang di AS selama kurang lebih sebulan, hal itu memberikan efek besar terhadap performa Zohri. Setelah pemusatan latihan itu, Zohri bisa berlari 10,18 detik dan menjadi juara dunia Kejuaraan Dunia U-20 2018 di Finlandia.
”Pemusatan latihan di luar negeri, terutama di AS sangat penting. Di sana, Zohri bisa mengikuti banyak perlombaan yang berkualitas. Di sisi lain, pelatih maupun atletnya juga bisa bertemu banyak orang yang lebih bagus, sehingga bisa saling bertukar informasi maupun pengalaman untuk peningkatkan grafik atlet,” tutur Eni.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PB PASI Tigor M Tanjung menyampaikan, salah satu titik lemah Zohri memang pada mental berlomba. Hal itu terlihat ketika Zohri tampil pada Kejuaraan Dunia 2019 di Doha, Qatar, September lalu. Untuk itu, tahun ini, PB PASI ingin memberikan kesempatan Zohri tampil lebih sering di kejuaraan internasional.
Selain itu, PB PASI juga tidak menutup kemungkinan mengirim Zohri melakukan pemusatan latihan di AS. ”Dengan persiapan ini, kami harap Zohri lebih siap saat tampil pada Olimpiade nanti. Target kami tidak muluk-muluk, setidaknya dia bisa lari di bawah 10 detik agar lolos ke final 100 meter Olimpiade,” ujar Tigor.
Di awal 2020 ini, kondisi fisik Zohri dalam kondisi bagus. Itu terlihat dari sesi latihan kemarin, di mana para atlet mengawali dengan tes lari 3.000 meter untuk putra dan 2.000 meter untuk putri. Di kategori putra, Zohri membuat catatan waktu terbaik di antara rekan-rekannya, yakni 13,45 menit. Sedangkan pelari lain catatan waktunya antara 14-16 menit.
”Secara fisik, kondisi kebugaran Zohri cukup stabil. Selama libur Natal dan Tahun Baru di kampungnya, dia memang diminta tetap berlatih untuk menjaga kebugaran,” kata Eni.
Menanti atlet muda
Sementara itu, pelatih sprint Agustinus Ngamel memastikan ada tujuh atlet senior dari 12 atlet bimbinganya yang sudah dikembalikan ke daerah masing-masing. Memasuki 2020, dirinya sedang menanti kehadiran tiga atlet remaja ataupun yunior baru yang diprediksi bergabung ke pelatnas pertengahan Januari ini.
Salah satu atlet yang dinanti adalah pelari putri asal Sulawesi Utara Valentine V Lonteng. Pelari yang masih berusia 14 tahun itu, membuat kejutan pada Pekan Olahraga Pelajar Nasional 2019 di Jakarta, November lalu. Walau masih belia dan baru berlatih sekitar satu tahun, Valentine yang tampil di kategori U-18 mampu menjuarai lari 100 meter dengan waktu 12,04 detik dan juara lari 200 meter dengan waktu 24,84 detik.
Pencapaian Valentine ini mengejutkan, karena catatan waktunya melebihi catatan normal pelari seusianya.
Menurut Agustinus, jika pun sangat hebat, pelari putri berusia 14 tahun biasanya hanya berlari 100 meter dalam 12,5 detik, dan pada 200 meter sekitar 25,5 detik. ”Valentine punya bakat sangat besar. Dengan teknik yang belum terlalu bagus saja, dia sudah bisa mencatat waktu sebaik itu, apalagi kalau dilatih dengan benar. Kalau bisa melatihnya, itu akan sangat membanggakan,” pungkas Agustinus.