Atletico Madrid mewujudkan derbi Madrid di final Piala Super Spanyol 2019-2020 seusai membekap Barcelona 3-2, Jumat dini hari WIB di Jeddah. Derbi Madrid ini adalah sebuah anomali.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
JEDDAH, JUMAT – Final Piala Super Spanyol 2019-2020 pada Senin (13/1/2020) dini hari WIB mendatang mempertemukan dua tim sekota, Atletico Madrid dan Real Madrid. Final ini bisa dikatakan keanehan, karena Real dan Atletico bukan juara Liga Spanyol maupun Copa Del Rey. Ini memungkinkan terjadi karena format baru turnamen.
Bintang Barcelona, Lionel Messi, nampak kesal setengah mati seusai dibekap Atletico Madrid 2-3 di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah, Arab Saudi, Jumat (10/1/2020) dini hari WIB. Kekesalannya itu bisa dimaklumi. Timnya memonopoli jalannya laga itu dengan penguasaan bola hingga 72 persen dan peluang gol yang nyaris dua kali lebih banyak dari tim Atletico.
“Blaugrana” pun sempat memimpin lewat gol Messi dan Antonine Griezmann hingga pertengahan babak kedua gol itu. Keunggulan itu bahkan bisa bertambah jika dua gol lainnya, yaitu masing-masing dicetak Messi dan Gerard Pique, tidak dianulir wasit Jose Gonzalez. Kedua gol Barca itu tidak disahkan Gonzalez karena berbau handsball dan offside.
Para pemain Barca, juara bertahan Liga Spanyol, lantas patah hati karena kebobolan dua gol di menit-menit akhir laga itu, yaitu lewat penalti Alvaro Morata dan tendangan Angel Correa. Itu menjadi kekalahan pertama Barca dari Atletico dalam kurun nyaris empat tahun, yaitu tepatnya sejak April 2016 silam.
“Kami mengontrol laga selama 80 menit, bermain dengan kecepatan tinggi dan terus menerus menyerang serta menciptakan peluang. Namun, pada sepuluh menit terakhir laga ini, kami membuat kesalahan besar dan tergelincir,” ujar Messi yang menyebut kesalahan timnya di menit-menit akhir laga itu sebagai tindakan kekanak-kanakan.
Akibat kekalahan Barca itu, untuk pertama kalinya dalam sejarah sepak bola Spanyol, tidak ada juara bertahan liga domestik di final Piala Super Spanyol. Tiada pula juara Copa del Rey alias Piala Raja Spanyol di laga puncak turnamen itu. Valencia, juara bertahan Copa del Rey, dikalahkan Real Madrid 1-3 di semifinal lainnya, Kamis dini hari WIB.
Padahal, secara tradisi dan menjadi kelaziman di negara lainnya, Piala Super Spanyol edisi-edisi sebelumnya selalu mempertemukan juara liga dan copa. Tradisi itu kini terputus sebagai konsekuensi perluasan format Piala Super Spanyol yang mempertemukan empat tim di Spanyol, yaitu para finalis Copa del Rey dan tim peringkat satu dan dua di Liga Spanyol, mulai edisi 2019-2020.
Format itu bertujuan lebih mempopulerkan Liga Spanyol di luar Eropa, khususnya Timur Tengah. Hingga tiga tahun ke depan, turnamen mini yang sebelumnya biasa digelar menjelang musim baru itu bakal diadakan di Arab Saudi. Mirip dengan yang dilakukan oleh Liga Italia, final Piala Super Spanyol itu kini digelar di musim dingin. Bedanya, Italia masih memakai format dua tim peserta.
“Pada dasarnya, sepak bola menjadi bisnis dan butuh pemasukan. Itulah alasan mengapa kami semua (empat tim peserta) ada di sini (Saudi) dan pergi jauh dari rumah. Ini jelas hal baru. Sekilas, format baru ini menarik. Namun, dari aspek olahraga, saya tidaklah yakin,” ujar Pelatih Barcelona Ernesto Valverde menjelang bergulirnya turnamen baru itu.
Korban format baru
Seperti dikhawatirkan Valverde, timnya menjadi korban dari format baru itu. Barca gagal memperpanjang rekor kepemilikan trofi Piala Super Spanyol terbanyak, yaitu 13 kali. Rekor mereka kini berpotensi didekati Real yang total mengemas sepuluh trofi itu. Implikasi lainnya, kekalahan dari Atletico itu kian menekan posisi Valverde di Barca.
Tidak sedikit suporter Barca yang menuntut Valverde mundur. Mereka khawatir dengan tren penurunan performa Blaugrana. Dalam liga laga terakhirnya, mereka hanya bisa sekali menang. Bahkan, sepanjang tahun baru ini, Barca tidak pernah bisa menang. Pada laga sebelumnya, mereka ditahan Espanyol 2-2. Hasil imbang itu membuat Barca kini dikejar oleh rivalnya, Real Madrid, di Liga Spanyol.
Meskipun demikian, Messi berkata, timnya masih mendukung Valverde. “Kami masih percaya dengannya. Kami akan bekerja keras agar kami bisa tampil lebih baik di laga-laga selanjutnya. Adalah hal wajar muncul ketidakpuasan ketika kami kalah dan tidak tampil sesuai diinginkan,” tutur Messi kemudian.
Di kubu sebaliknya, kemenangan atas Barca menegaskan geliat kebangkitan Atletico, khususnya di 2020 ini. Sempat menderita dua kekalahan beruntun pada awal Desember, “Los Rojiblancos” kini mencatatkan lima kemenangan beruntun di berbagai kompetisi. Mereka pun kian termotivasi meraih trofi Piala Super Spanyol yang terakhir kali diraih 2014 silam.
“Itu (mencapai final) adalah sangat penting bagi suporter, tim, maupun para pemain. Kami sempat menderita dan menghadapi situasi yang nyaris mustahil (saat melawan Barca). Itu adalah laga sulit melawan salah satu tim terbaik di dunia,” ujar Pelatih Atletico Madrid Diego Simeone dikutip Goal.com. (AFP/Reuters)