Babak playoff Grup II kejuaraan tenis beregu putra Piala Davis mempertemukan Indonesia dengan Kenya. Ini menjadi peluang bagi atlet-atlet Indonesia merasakan persaingan baru karena bertemu lawan dari luar Asia/Oseania.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Tim tenis Indonesia menyambut baik kesempatan bertanding dalam playoff Grup II kejuaraan beregu putra Piala Davis melawan Kenya di Stadion Tenis Gelora Bung Karno, Jakarta, pada 6–7 Maret 2020. Bagi tim “Merah Putih” ini menjadi pengalaman menarik karena untuk pertama kali mereka berhadapan dengan lawan di luar zona Asia/Oseania.
Mulai tahun ini, pertandingan Piala Davis untuk Grup I dan II tidak memakai sistem pertandingan zona benua seperti yang selama ini diterapkan. Dengan sistem baru, negara-negara Asia dan Oseania bisa bertemu lawan dari Eropa, Afrika, atau Amerika Selatan. Sebanyak 12 negara pemenang laga playoff akan bertahan di Grup II. Sementara negara-negara yang kalah akan terdegradasi ke Grup III.
Pelatih tim putra Indonesia Febi Widhiyanto mengatakan, pertandingan dalam Piala Davis Grup II akan berjalan kompetitif karena tidak akan bertemu lawan yang sama. “Semakin kompetitif, semakin banyak pengalaman untuk atlet-atlet. Ini jadi pengalaman berharga karena kami tidak akan bertemu dengan lawan yang itu-itu saja,” ujarnya di Jakarta, Jumat (10/1/2020).
Sejak 2014, Indonesia belum bisa keluar dari Grup II Zona Asia/Oseania. Sejak lima tahun lalu, tim “Merah Putih” sudah dua kali berhadapan dengan Sri Langka, Filipina, Kuwait, serta satu kali bertanding melawan Selandia Baru, Vietnam, Pakistan, Iran, dan Hong Kong.
Febi mengakui, dengan sistem baru tim “Merah Putih” bisa saja bertemu dengan lawan yang punya peringkat jauh lebih tinggi dan sangat berpengalaman. Namun, itu menjadi kesempatan untuk melatih mental dan menambah jam terbang. “Lagi pula, ini kejuaraan beregu. Jadi, berat atau ringan, yang terpenting adalah menyiapkan tim sebagai satu kesatuan,” katanya.
Meski Piala Davis akan bergulir dua bulan lagi, tim “Merah Putih” belum menentukan siapa saja atlet yang akan turun. Tetapi, diprediksi komposisi pemain terdiri atas 50 persen pemain senior, dan 50 persen yunior seperti tim SEA Games 2019. Atlet muda, yakni Ari Fahresi dan Rifqy Fitriadi kemungkinan besar akan kembali diajak bergabung dengan pelatnas. Demikian juga pemain senior Christopher Rungkat yang diharapkan dapat memperkuat timnas Indonesia.
Untuk menghadapi Kenya, persaingan tidak akan berjalan mudah, karena negara itu mempunyai pemain-pemain dengan peringkat dunia, seperti Ismael Changawa Ruwa Mzai yang pernah menempati peringkat tunggal 107. Namun, berdasarkan pengalaman di SEA Games 2019, menurut Febi, pemain-pemain Indonesia tidak ketinggalan dari lawan.
“Secara teknik, pukulan, fisik, kita sudah hampir sama dengan negara-negara yang bagus. Tetapi, memang soal pengalaman dan jam terbang ketinggalan. Mau tidak mau ya pengalaman itu harus didapatkan dari pertandingan,” ujar Febi.
Dalam waktu dekat, pemain-pemain pelapis Indonesia akan dipanggil untuk berlatih di pelatnas. “Saya masih punya pekerjaan rumah untuk menentukan siapa pemain yang akan diturunkan ke Piala Davis,” ujar Febi.
Pemain tenis David Agung Susanto menuturkan, dirinya belum tahu apakah akan turun di Piala Davis. “Untuk susunan pemain, silakan tanya Pelti karena mereka yang memutuskan. Tetapi, kalau saya dipercaya untuk tampil, saya siap untuk membela tim Indonesia,” kata David.
David merupakan pemain berpengalaman yang sudah turut membela Indonesia di Piala Davis sejak 2010. Ia punya statistik bermain pada nomor ganda tiga kali menang, tujuh kali kalah. Sementara pada nomor tunggal, David mengantongi enam kemenangan dan 13 kekalahan.
Pemain senior yang paling diandalkan adalah Christiopher Rungkat yang punya statistik lebih baik, yaitu 37 kali menang, 17 kalah. Kemenangan Christo terdiri atas 23 kali di nomor tunggal dan 13 kali di nomor ganda. Christo sudah membela Indonesia selama 12 tahun, pertama kali turun pada 2007. Namun, menurut Febi, belum ada kepastian apakah Christo akan turun di Piala Davis. “Semua tergantung Christo, kami pasti akan menawarkan. Tetapi dia harus menyesuaikan dengan jadwal tur dunia,” ujarnya.