Kobe Bryant yang menjadi ikon basket dunia, memiliki hubungan yang sangat dekat dengan sepak bola. Dia menyerap taktik sepak bola ke dalam permainan basket, juga ikut berjuang mempopulerkan sepak bola di Amerika Serikat.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
CALIFORNIA, MINGGU – Walau dikenal sebagai legenda bola basket Amerika Serikat, Kobe Bryant sangat lekat dengan olahraga lain, terutama sepak bola. Bahkan, ketika menjalani masa kecil di Italia pada 1984-1991, Kobe kecil gemar bermain sepak bola. Olahraga itu pun menjadi inspirasi yang membentuk permainan basket Kobe hingga menjadi bintang Los Angeles Lakers di NBA.
Kobe mensintesis karakter permainan sepak bola ke dalam permainan basket, terutama taktik dan pemanfaatan ruang. Gaya permainan itu menjadi warisan Kobe yang meninggal dalam kecelakaan helikopter di kawasan Calabasas, Los Angeles, California, Amerika Serikat, Minggu (26/1/2020). Putri Kobe, Gianna Maria-Onore Bryant (13), juga menjadi salah satu korban tewas dalam kecelakaan itu.
Kobe memiliki sejarah mendalam dengan sepak bola. Saat masih berusia 6 tahun, bocah kelahiran Philadelphia, Pennsylvania, 23 Agustus 1978 itu, ikut kedua orangtuanya pindah ke Italia. Saat itu, ayahnya, Joe ”Jellybean” Bryant mencoba peruntungan bermain di sejumlah klub basket Italia, setelah mengarungi karir di Philadelphia 76ers, San Diego Clippers, dan Houston Rockets di NBA.
Di Italia, sepak bola adalah olahraga paling populer. Kobe yang gemar basket pun lama-lama mengenal dan menggemari sepak bola karena sering melihat anak-anak seusianya bermain olahraga tersebut. ”Jarak lapangan dan rumah saya cukup jauh. Tapi, banyak anak-anak bermain sepak bola. Saya tidak terlalu mengerti tapi tidak ingin pulang. Akhirnya, saya ikut bermain. Melihat saya memiliki tangan panjang dan tinggi, anak-anak selalu menyuruh saya menjadi penjaga gawang,” ujar Kobe menceritakan pengalaman pertamanya mengenal sepak bola pada ESPN.
Ternyata, sepak bola memberikan banyak inspirasi untuknya. Menurut Kobe, dari sepak bola, dirinya pertama kali belajar strategi segitiga pada basket. ”Sepak bola adalah olahraga yang sangat mengutamakan taktik dan strategi. Anda harus bisa membaca situasi dan arah gerak dengan cepat sebelum bola datang. Itulah yang membuat saya senang menggerakan bola dengan cepat dan memanfaatkan ruang dengan maksimal,” kata pria bertinggi 198 sentimeter itu.
Karena lama tinggal di Italia, Kobe menjadi sangat menggemari olahraga tersebut. Bahkan, dia dengan terang mengatakan menjadi penggemar klub AC Milan. ”Jika tangan kiri saya dipotong, darahnya akan mengeluarkan darah berwarna merah-hitam (AC Milan). Jika tangan kanan saya dipotong, darahnya akan mengeluarkan darah berwarna kuning-biru (LA Lakers),” tutur Kobe yang semasa aktif hanya bermain untuk satu tim, yakni LA Lakers selama 20 tahun, pada 1996-2016.
Bukti lain kegemaran Kobe pada sepak bola ditunjukkan dengan upayanya mempopulerkan olahraga itu di AS. Kembali ke AS sekitar 1991, Kobe menyadari sepak bola tidak populer di Negara Paman Sam. Situasi tersebut memberinya inspirasi untuk membantu mempopulerkan sepak bola di sana. Pada masa aktifnya sebagai pebasket NBA, Kobe aktif melakukan kampanye untuk meningkatkan popularitas sepak bola di kalangan masyarakat AS.
Kobe ikut sejumlah iklan sepak bola yang digagas aparel Nike dan FIFA. Dia pun ikut sejumlah laga sepak bola untuk amal dan solidaritas. Dirinya juga bekerjasama dengan liga sepak bola Amerika Serikat, Major League Soccer (MLS) untuk meningkatkan citra olahraga tersebut.
Melawan rasisme
Salah satu usaha Kobe untuk membenahi citra sepak bola itu adalah dengan melawan rasisme di olahraga itu. Semasa kecil di Italia, Kobe melihat rasisme di sepak bola sudah begitu parah. Hal itu pun menggerakan hatinya untuk ikut melawan rasisme di dunia olahraga, terutama sepak bola. Hal itu ditunjukkan dengan seringnya dirinya mengunjungi sejumlah tempat latihan tim sepak bola dunia di AS maupun di belahan dunia lain.
Beberapa kali, Kobe menyaksikan langsung laga sepak bola MLS. Dia pun beberapa kali mengunjungi tempat latihan tim Serie A, seperti AC Milan. Dirinya juga sempat berulang kali mengunjungi tempat latihan Barcelona ketika tim asal Catalan, Spanyol itu, mengunjungi AS maupun di negara mereka langsung. Dan, tak terhitung kegiatannya bersama bintang sepak bola dunia maupun klub-klub sepak bola dunia lain.
”Perlu ada pendekatan bintang olahraga terkenal untuk melawan rasisme. Kita perlu bicara dan mengambil sikap atas kondisi tersebut,” ujar Kobe ketika menanggapi aksis rasisme media Italia yang memuat gambar Romelo Lukaku dan Chirs Smalling dengan tajuk Black Friday jelang laga Serie A antara Inter Milan dan AS Roma beberapa waktu lalu.
Karena kedekatan Kobe dengan dunia sepak bola, kepergiannya untuk selama-lamanya pun menjadi duka bagi para pesepak bola aktif maupun nonaktif dan klub sepak bola dunia. Hal itu ditunjukkan oleh AC Milan yang menjadi tim yang paling digemari Kobe. ”Kami tidak bisa berkata-kata dengan kepergian Kobe. Dia adalah salah satu olahragawan terbaik dunia yang pernah ada. Dia pun penggemar Rossoneri,” ujar manajemen AC Milan dalam akun Twitter resminya, @acmilan.
Rasa belasungkawa mendalam juga ditunjukkan oleh Barcelona. Dalam laman fcbarcelona.com, tim asal Spanyol tersebut mengisahkan betapa dekatnya Kobe dan Barca. Mereka berulang kali melakukan kegiatan bersama sejak 2006 hingga terakhir 2017. ”Sangat berduka atas kepergian Kobe. Dia adalah seorang atlet teladan yang melampaui batas lapangan basket,” kata manajemen Barcelona dalam akun Twitter resmi, @fcbarcelona_es.
Ratusan bahkan ribuan ucapan belasungkawa dari segenap lapisan masyarakat tak lepas dari sosok Kobe yang dikenal sangat rendah hati, ramah, dan mau berbagi dengan siapa saja walaupun statusnya sebagai salah satu megabintang olahraga. ”Kobe adalah legenda. Dia rendah hati dan ramah kepada siapa saja. Dia lambang kualitas dan kerja keras,” ujar penyerang timnas AS Jozy Altidore dalam akun twitternya @jozyaltidore.