Inter Milan akhirnya menggaet gelandang Tottenham Hotspur, Christian Eriksen. Pemain yang dijuluki “Si Penyihir” itu menjadi amunisi baru Inter mengejar target juara Liga Italia musim ini.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
MILAN, SENIN — Teka-teki mengenai nasib bintang Tottenham Hotspur, Christian Eriksen, akhirnya berakhir pada Senin (27/1/2020). Pemain berjuluk “si penyihir Skandinavia” itu terbang ke Milan untuk merampungkan kepindahannya ke klub Italia yang penuh ambisi musim ini, Inter Milan.
Eriksen, gelandang kreatif berusia 27 tahun, tiba di Milan dengan pesawat jet pribadi untuk menjalani tes medis pada Senin. Kehadirannya disambut meriah fans dan jurnalis di Italia. ”Tentunya (saya senang berada di sini),” ujarnya singkat saat ditanya wartawan seusai tiba di Airport Milan, seperti dikutip Football-Italia.
Kehadirannya di Italia mengakhiri saga panjang Eriksen di jendela transfer pemain musim dingin ini. Selain Inter, ia sempat diperebutkan tiga klub lainnya, yaitu Manchester United, Paris Saint-Germain, dan Juventus. Namun, sepekan menjelang penutupan jendela transfer, Manajer Tottenham Hotspur Jose Mourinho berupaya mempertahankan Eriksen di klub Inggris itu.
Namun, Spurs tidak mampu membendung keinginan besar Eriksen hijrah ke Italia. Inter pun menggaet jebolan Akademi Ajax Amsterdam itu dengan harga ”diskon”, yaitu 20 juta euro atau hanya setara Rp 301 miliar. Eriksen dibeli murah oleh Inter karena kontraknya di Spurs hanya tersisa enam bulan.
Spurs pun bersedia menerima tawaran Inter itu ketimbang melepasnya dengan gratis sebagai pemain bebas transfer pada musim panas mendatang. Hanya saja, sebagai tambahan dari kesepakatan, Inter dipaksa menggelar laga persahabatan kontra Spurs pada musim baru mendatang. Seluruh pendapatan dari penjualan tiket laga itu akan masuk ke kas Spurs.
”Kami tidak bisa menutup-nutupi bahwa negosiasi Eriksen telah memakan waktu yang panjang. Namun, kami optimistis transfer itu segera terealisasi secepat mungkin, apalagi jendela transfer akan ditutup Jumat (31/12) ini,” ujar CEO Inter Milan Beppe Marotta kepada DAZN.
Eriksen, yang bakal segera diumumkan sebagai pemain baru Inter, merupakan nama besar ketiga yang berlabuh ke Nerazzurri pada musim dingin ini. Inter sebelumnya juga telah mendatangkan duo bek sayap, Ashley Young dan Victor Moses. Young bahkan, langsung membela Inter dan mencetak satu asis saat menghadapi Cagliari di Liga Italia pada Minggu lalu.
Morten Bisgaard, mantan pemain Liga Italia, menilai, Eriksen bakal sukses di Liga Italia. Ia bisa mengharumkan nama negara asalnya, Denmark, di liga itu. ”Meskipun tidak mudah menjalani liga baru di paruh musim, saya bisa melihat dia bakal tampil bagus di Liga Italia. Dia adalah pemain yang sangat cerdas,” ujarnya.
Eriksen bakal menjadi amunisi baru yang sangat penting di Inter. Kreativitas serta umpan-umpan akuratnya bakal memanjakan barisan penyerang Inter seperti Romelu Lukaku dan Lautaro Martinez. ”Dia bakal cocok bermain di lini tengah dengan sistem 3-5-2 Inter saat ini. Ia bakal cepat beradaptasi dengan gaya sepak bola Antonio Conte (Pelatih Inter),” ujar Bisgaard kemudian.
Tak ayal, Inter bakal kembali bergairah mengejar target juara Liga Italia musim ini. Mereka telah memiliki amunisi mumpuni untuk mengejar pemuncak klasemen sekaligus tim juara bertahan, Juventus. Inter kini hanya tertinggal tiga poin dari Juve, tim yang dikalahkan Napoli, 1-2, pada laga Senin dini hari WIB.
Rakitic dibidik Juve
Seolah tidak mau kalah, Juve juga berambisi mendatangkan gelandang kreatif baru, yaitu Ivan Rakitic dari Barcelona. Calciomercato menyebutkan, Juve ingin menukar Emre Can dengan gelandang Barca berusia 31 tahun itu. Namun, sejauh ini, Barca belum menunjukkan lampu hijau dari transaksi ”tukar guling” pemain itu.
Padahal, Juve memang membutuhkan tambahan pemain kreatif. Itu dibuktikan dari kekalahan mereka di Naples. ”Si Nyonya Besar” kehilangan kreativitasnya ketika gelandang andalan mereka, Miralem Pjanic, tampil kurang optimal dan menderita cedera di pertengahan laga itu. Pemain kreatif seperti Pjanic menjadi otak kesuksesan Juve mendominasi Liga Italia delapan musim terakhir.
Sebelum Pjanic, peranan penting itu diemban Andrea Pirlo. Mantan pemain timnas Italia itu didatangkan Juve dengan gratis dari AC Milan pada 2011. Juve pun langsung juara di musim pertamanya bersama Pirlo. Menariknya, ketika itu, Pirlo didatangkan Marotta dan Conte, dua tokoh di balik kebangkitan prestasi Juve satu dekade terakhir.