Filosofi hidup yang dibagikan bintang basket Kobe Bryant selepas pensiun, yakni Mentalitas Mamba, menginspirasi banyak atlet lain untuk bangkit dan tidak mudah menyerah.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
Setelah pensiun sebagai atlet pada 2016, Kobe Bryant tak menyimpan sendiri kisah hidup dan perjuangannya menjadi atlet. “Mamba Mentality”, filosofi hidupnya, dia bagikan pada orang lain. Mentalitas itu akhirnya memberi dampak pada kehidupan orang lain.
“Kobe adalah mentor saya. Saat saya cedera siku, lalu berjuang mengatasi masalah mental dan emosi karena turunnya peringkat dan masalah lain, Kobe adalah salah satu orang yang selalu ada untuk saya. Dia memberi saya nasehat yang sangat berharga, yaitu agar saya percaya pada diri sendiri dan percaya pada proses bahwa saya bisa mengatasi semua masalah itu,” tutur petenis tunggal putra peringkat kedua dunia, Novak Djokovic.
Djokovic bercerita tentang pengalamannya itu saat diwawancara stasiun TV ESPN di Melbourne Park, Australia, Sabtu (25/1/2020), di sela keikutsertaannya dalam Grand Slam Australia Terbuka. Cerita itu disampaikan Djokovic sehari sebelum kematian Bryant dalam kecelakaan helikopter di California, AS, yang juga menewaskan putrinya, Gianna. Djokovic pun berduka atas kematian temannya itu.
Apa yang disampaikan Bryant untuk membangkitkan motivasi Djokovic adalah bagian dari pengalamannya bermain di arena NBA selama 20 tahun (1996-2016). Bryant menyebut filosofinya selama bertanding itu dengan “Mamba Mentality” atau Mentalitas Mamba.
Mamba berasal dari “Black Mamba”, julukan yang diberikan dirinya sendiri setelah menonton film “Kill Bill”. Dalam film tersebut, nama ular itu digunakan sebagai kode para pembunuh. Bryant ingin diingat sebagai atlet yang memiliki insting membunuh di lapangan.
Mentalitas Mamba adalah filosofi hidup Bryant yang menuntut fokus secara penuh, disiplin, dan antusiasme untuk mewujudkan cita-cita.
Versi terbaik
Bryant, yang bersama Los Angeles Lakers lima kali menjuarai NBA, menjelaskan, secara singkat Mentalitas Mamba adalah kemampuan untuk selalu mencoba menjadi versi terbaik diri sendiri. “Hari ini harus selalu lebih baik dari kemarin,” ujar Bryant yang menuliskan pengalaman dan filosofinya itu menjadi buku “Mamba Mentality : How I Play”.
Dalam pengantar buku tersebut, salah satu sosok yang paling berpengaruh dalam karier Bryant, Phil Jackson (pelatih Lakers pada 1999-2004), memberi contoh mentalitas anak didiknya itu. Bryant tak hanya ingin mengantarkan Lakers menjadi juara, dia juga ingin menjadi versi terbaik dirinya sendiri, yaitu menjadi salah satu pencetak poin terbanyak di NBA.
Awalnya, keinginan Bryant itu menjadi problem karena Jackson hanya peduli pada skor akhir pertandingan. “Tetapi, tekad besar telah mengantarkannya ke tahap itu. Dia, bahkan, melebihi Michael Jordan,” ujar Jackson.
Saat ini, Bryant berada pada urutan keempat pencetak angka terbanyak NBA, dengan 33.643 poin. Dia berada di bawah Kareem Abdul-Jabbar, Karl Malone, dan LeBron James yang melampaui perolehan angka Bryant, sehari sebelum kecelakaan. Bryant sempat memberi ucapan selamat pada James. Jordan berada di peringkat kelima.
Jackson juga bercerita tentang kedisiplinan Bryant. Dia selalu datang pukul 06.00, lebih pagi dari teman-temannya, untuk latihan di tempat kebugaran. Setelah itu, beristirahat di mobilnya yang diparkir di sebelah mobil Jackson, sebelum berlatih bersama tim pada pukul 09.00. Bryant memberi contoh sikap disiplin itu pada rekan-rekan satu tim hingga masa pensiunnya pada 2016.
Jackson, bahkan, mengatakan, sikap Bryant dalam berlatih lebih baik ketimbang Jordan, bintang Chicago Bulls yang sempat dilatihnya. ”Jordan mungkin tak senang saya mengatakan ini, tetapi itulah kenyataannya. Bryant berlatih lebih keras dibandingkan dengan Jordan,” katanya.
Mentalitas itu ditularkan pada banyak orang, baik melalui interaksi langsung ataupun melalui bukunya. Pebaster Brooklyn Nets, Kyrie Irving, menerapkan filosofi itu saat mengantarkan Cleveland Cavaliers menjadi juara NBA 2015-2016. Dalam final ketat pada tujuh pertandingan, Cavaliers mengalahkan Golden State Warriors, 4-3.
“Sebelum pertandingan ketujuh, saya tak tak dapat tidur. Saya berpikir, bagaimana jika melakukan kesalahan, bagaimana jika mengecewakan teman-teman. Mentalitas Mamba membantu saya. Saya menyingkirkan hal lain dalam pikiran dan hanya fokus pada pertandingan,” kata Irving dalam The Washington Post.
Selain Irving dan Djokovic, atlet-atlet liga sepak bola Amerika (NFL), yang seangkatan maupun lebih muda dari Bryant, turut merasakan positifnya nilai-nilai hidup yang dijalankan Bryant.
“Mentalitasnya mengajarkan saya untuk untuk mewujudkan cita-cita dengan hasrat yang tinggi, tanpa takut dan ragu, serta jangan pernah berhenti. Saya belajar dari Kobe tentang hal itu,” kata pemain New Orleans Saints All-Pro, Demario Davis, pada USA Today.
Sebagai salah satu wujud nyata menularkan filosofi itu pada anak-anak muda, Bryant mendirikan Akademi Olahraga Mamba. Di sini, anak-anak muda itu diajarkan bekerja keras untuk mewujudkan cita-cita mereka melalui olahraga, seperti yang dilakukan Bryant.
“Mentalitas Mamba memberi harapan pada orang-orang. Dengan fokus dan kerja keras, cita-citamu dapat dicapai. Jangan ada seorang pun yang menghentikanmu”.