Shrewsbury Town memaksa Liverpool menggelar laga ulang di babak keempat Piala FA pada Februari mendatang. Namun, ”The Reds” akan memilih berlibur pada laga di Anfield itu.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
SHREWSBURY, SENIN - Manajer Liverpool Juergen Klopp memilih menyiapkan pasukan ”bocah ingusan” pada laga ulangan Piala FA, Februari mendatang. Klopp ingin meliburkan seluruh pemain seniornya di laga itu agar lebih segar saat kembali mengejar trofi Liga Inggris dan Liga Champions.
Kebijakan tidak populer itu terpaksa kembali dilakukan Klopp menyusul hasil 2-2 pada laga kontra Shrewsbury Town di babak keempat Piala FA, Senin (27/1/2020) dini hari WIB. Sempat unggul 2-0 lebih dulu, ”The Reds”—yang mengendurkan serangan—lantas kebobolan dua gol oleh striker pengganti tim tuan rumah, Jason Cummings, di babak kedua.
Kegagalan mengalahkan tim peringkat ke-16 di kasta ketiga Liga Inggris itu, bakal berdampak besar bagi Liverpool. Mereka harus menjalani laga ulang Piala FA di babak itu ketika mayoritas tim-tim Liga Inggris lainnya menjalani rehat musim dingin, yaitu 4 Februari mendatang. Ini situasi dilematis bagi The Reds, tim yang para pemainnya nyaris tidak pernah berlibur.
Mulai tahun ini, Liga Inggris memberlakukan jeda liburan musim dingin, yaitu pada 2 hingga 14 Februari. Kebijakan yang disambut positif klub-klub dan tim nasional Inggris itu, belum pernah dilakukan sebelumnya. ”Sebagian pemain internasional kami seperti Virgil van Dijk, Mohamed Salah, dan Sadio Mane, tidak pernah berlibur. Mereka butuh jeda liburan. Itu bagus untuk mental dan fisik mereka,” ujar Klopp.
Terkait kebutuhan itu, Klopp—yang terkenal dekat dengan para pemain—memilih berkorban. Ia membiarkan para pemain senior The Reds berlibur dan tidak memprioritaskan Piala FA dalam daftar trofi buruannya musim ini. Bagi sebagian orang, kebijakan Klopp itu ibarat menggarasikan sejenak mobil ”Ferrari mewahnya” di turnamen legendaris di Inggris itu.
Sebagai gantinya, Klopp akan menurunkan ”mobil kecilnya”, yaitu seluruh pemain muda dan akademinya pada laga ulang kontra Shrewsbury di Stadion Anfield, pekan depan. Tugasnya sebagai manajer di laga itu bahkan akan dia limpahkan kepada pelatih tim U-23, Neil Critchley.
”Saya sadar, kebijakan ini tidak populer. Namun, saya sudah berjanji ke para pemain dua pekan lalu bahwa kami akan rehat sejenak,” ujar Klopp.
Kebijakan menurunkan pemain akademi ini pernah dilakukan Klopp saat The Reds tampil di Piala Dunia Klub pada Desember 2019 di Qatar. Saat itu, Klopp membagi timnya ke dalam dua skuad, yaitu tim senior dan akademi. Tim senior diterbangkan ke Qatar, adapun pasukan yang jauh lebih muda ditinggal di Inggris untuk menghadapi laga kontra Aston Villa di perempat final Piala Liga.
Pengorbanan
Hasilnya, tim ”bau kencur” Liverpool pimpinan Critchley kala itu dilumat Villa 0-5. The Reds pun tersingkir di Piala Liga. Namun, di sisi lain, pengorbanan itu berbuah manis. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Liverpool meraih trofi Piala Dunia Klub setelah membekap Flamengo 1-0 di final. Mereka pun kini berhak menyandang status juara dunia.
Pengorbanan serupa kini akan dilakukan Klopp. Demi trofi Liga Inggris yang telah dinanti 30 tahun lamanya, sekaligus mempertahankan gelar juara Liga Champions, Klopp rela untuk tidak memperbaiki rekor buruknya di Piala FA. Sejak tiba di Inggris pada 2015, Klopp tidak sekali pun mampu membawa The Reds lolos ke babak kelima atau 16 besar Piala FA.
Tidak heran, sebagian pihak menyebut Klopp sebagai pecundang di turnamen yang telah berusia 149 tahun itu. Sebagian lagi menilai manajer asal Jerman itu tidak menghargai turnamen sepak bola tertua sejagat itu. Ia memang nyaris tidak pernah menurunkan penuh tim utamanya di turnamen itu.
Melawan sejarah
Klopp sadar bahwa tantangan menjuarai Liga Inggris sekaligus mempertahankan trofi Liga Champions sangat tidak mudah. Sepanjang sejarah, tidak satu pun klub Inggris dapat meraih trofi Liga Inggris ketika mempertahankan status juara Eropa di musim yang sama. Itu antara lain dialami Liverpool asuhan Robert Paisley pada musim 1977-1978, dan Manchester United di era Sir Alex Ferguson pada musim 1999-2000.
Meskipun demikian, kiper kedua Liverpool, Adrian, berkata, klubnya bukan berarti melepaskan Piala FA begitu saja di musim ini. Ia percaya, Liverpool masih punya kans lolos ke babak 16 besar meskipun diperkuat para pemain di bawah 20 tahun, seperti Ki-Jana Hoever, Luis Longstaff, dan Harvey Elliott. Para jebolan akademi Liverpool itu diyakini kian matang serta punya motivasi menggebu-gebu untuk menebus kegagalan mereka di Piala Liga.
”Para pemain harus mengerahkan kemampuan terbaiknya pada laga ulang di Anfield jika ingin lolos ke babak selanjutnya. Kami harus relaks, bercermin, mengkritisi diri sendiri, dan berupaya meningkatkan kemampuan seperti telah dilakukan di Liga Inggris sejauh ini,” tutur Adrian dikutip dari laman resmi Liverpool.
Sementara itu, para pemain Shresburry tidak sabar menjalani laga ulang di Anfield. Bagi mereka, itu adalah mimpi yang bakal segera terwujud. ”Kami bisa saja memenangi laga malam ini (kemarin). Namun, anak-anak sangat ingin menjalani laga ulang di Anfield. Tim ini punya gairah dan kepercayaan diri yang sulit dipercaya,” ujar Manajer Shrewsbury Sam Ricketts mengapresiasi para pemainnya. (AFP/Reuters)