Wabah Virus Korona Batalkan Ajang Pemanasan Olimpiade
Tiga atlet atletik Indonesia yang dipersiapkan untuk tampil di Olimpiade Tokyo 2020, gagal mengikuti ajang pemanasan pada kejuaraan dalam ruangan di Hangzhou, China. Ajang itu dibatalkan karena wabah virus korona.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Awabh virus korona di China telah membatalkan penyelenggaraan Kejuaraan Asia Atletik Dalam Ruangan 2020 yang dijadwalkan dihelat di Hangzhou, 12-13 Februari. Tim pelatih PB PASI yang sedang mempersiapkan atlet menuju Olimpiade Tokyo 2020 pun bergerak cepat. Mereka mengalihkan fokus atlet untuk berlatih dalam negeri.
Presiden Asosiasi Atletik Asia (AAA) Dahlan Al Hamad, Minggu (26/1/2020) malam, menyatakan Kejuaraan Asia Atletik Dalam Ruangan 2020 dibatalkan. Hal itu dampak dari menyebarnya virus korona yang sangat cepat. Hingga kemarin, korban meninggal akibat virus itu mencapai 100 orang.
Awalnya, PB PASI akan mengirimkan tiga atlet ke Hangzhou, sebagai persiapan menuju Olimpiade 2020. Mereka adalah sprinter Lalu Muhammad Zohri, pelari gawang putri Emilia Nova, dan pelompat jauh putra Sapwaturrahman.
Bagi Zohri dan Emilia, batalnya kejuaraan itu tidak terlalu berefek negatif. Sebab, sejak awal, ajang dua tahunan itu hanya menjadi wadah untuk meningkatkan mentalitas. Untuk Zohri yang sudah lolos Olimpiade 2020, ajang itu menjadi pemanasan sebelum tampil di Tokyo pada 24 Juli-9 Agustus.
Untuk Emilia yang masih mengejar batas waktu Olimpiade, yaitu 12,84 detik, ajang tersebut menjadi pemanasan sebelum tampil dalam sejumlah kejuaraan kualifikasi Olimpiade. Pasalnya, lintasan kejuaraan dalam ruangan itu hanya 60 meter. Sedangkan untuk luar ruangan panjang lintasan lari gawang putri adalah 100 meter. ”Pembatalan gelaran ini tidak seberapa berpengaruh terhadap persiapan saya yang sedang mengejar batas waktu Olimpiade 2020. Sebab, hasil perlombaan ini tidak berpengaruh apa-apa terhadap hasil kualifikasi Olimpiade,” ujar Emilia di Jakarta, Selasa (28/1/2020).
Bagi Sapwan, sapaan Sapwaturrahman, batalnya kejuaraan itu cukup berefek buruk. Sebab, kejuaraan itu menjadi salah satu ajang kualifikasi Olimpiade 2020. Sapwan yang punya rekor lompatan terbaik 8,09 meter (dibuat ketika meraih perunggu Asian Games 2018) berupaya menembus batas lolos Olimpiade 2020 yaitu lompatan sejauh 8,22 meter.
Adapun lintasan perlombaan lompat jauh dalam ruangan maupun luar ruangan tidak berbeda. ”Batalnya gelaran ini cukup merugikan Sapwan karena berlomba dalam ruangan cenderung lebih kondusif dibanding luar ruangan. Tapi, pembatalan itu karena bencana (wabah virus korona). Kalau tetap digelar, belum tentu kami mau datang karena risikonya nyawa,” kata pelatih lompat gawang Arya Yuniawan Purwoko.
Persiapan dalam negeri
Pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini mengatakan, setelah pasti tidak berlomba di Kejuaraan Asia Atletik Dalam Ruangan, mereka langsung memfokuskan Zohri berlatih lebih intens di dalam negeri. Program latihan umum bisa diperpanjang dari yang dijadwalkan tuntas pada akhir Januari menjadi pada pertengahan Februari. Itu sekalian mengganti sejumlah hari yang hilang karena masa liburan Natal dan Tahun Baru kemarin.
Dalam masa itu, Eni pun akan memanggil sejumlah mantan pelari jarak pendek pelatnas, seperti Eko Rimbawan, Mochammad Bisma Diwa, hingga Joko Kuncoro Adi untuk menjadi rekan tes kecepatan Zohri. ”Dengan kehadiran para mantan pelari pelatnas itu, kami berupaya tetap menghadirkan suasana perlombaan untuk Zohri,” tuturnya.
Zohri menuturkan, berlomba dengan pelari lokal justru memberikan tantangan lebih. Sebab, dia ada rasa malu kalau kalah dengan pelari lokal. Otomatis dirinya tidak akan berlomba setengah-setengah dengan para pelari lokal tersebut. ”Memang, saya tidak dapat suasana perlombaan internasional karena Asian Indoor batal. Tapi, saya tetap dapat suasana persaingan dengan tes kecepatan bersama para pelari lokal,” ujar pelari kelahiran Lombok Utara, NTB, 1 Juli 2000 itu.
Arya mengutarakan, dirinya berupaya mengambil hikmah pembatalan itu. Setidaknya, dia bisa memberikan program latihan teknis lebih banyak pada Sapwan. Saat ini, Sapwan fokus latihan kecepatan, tiga langkah terakhir, dan take off. Khusus latihan kecepatan, atlet berusia 25 tahun itu diberi tambahan beban saat lari yang biasanya 25 kilogram menjadi 30 kilogram.
Jarak latihan lari dengan beban itu pun ditambah dari 25 meter menjadi 30 meter. Tujuannya, agar agresivitas Sapwan meningkat sehingga dia bisa menolakkan tubuh dengan lebih kuat ketika melakukan take off. ”Dengan persiapan lebih panjang di dalam negeri ini, mudah-mudahan Sapwan bisa lebih siap ikut kualifikasi Olimpiade 2020 pada Kejuaraan Dunia Atletik Dalam Ruangan 2020 (dijadwalkan di Nanjing, China, 13-15 Maret),” pungkasnya.