Menanti ”Warisan” Besar Sepak Bola
Sejumlah daerah berbenah menyiapkan stadion dan sarana pendukungnya untuk Piala Dunia U-20 pada tahun depan. Stadion-stadion yang dimodernisasi ini bisa menjadi warisan besar bagi sepak bola Indonesia.
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah pusat, PSSI, dan sejumlah daerah aktif bergerak guna menyiapkan infrastruktur serta sarana pendukung Piala Dunia U-20 yang bakal digelar di Tanah Air pada 24 Mei hingga 12 Juni 2021. Pemerintah harus menyiapkan fasilitas stadion berkelas dunia dan dilengkapi teknologi video wasit (VAR) di setidaknya enam daerah.
Salah satu daerah yang proaktif menyiapkan diri sebagai tuan rumah hajatan akbar itu adalah Kota Surabaya, Jawa Timur. Pemerintah kota setempat telah melebarkan sejumlah akses jalan ke Gelora Bung Tomo (GBT), salah satu dari enam stadion di Tanah Air yang menjadi calon kuat arena Piala Dunia U-20 2021.
Jalan menuju stadion markas klub Persebaya Surabaya itu telah dilebarkan menjadi 25 meter sehingga bisa dibuat untuk empat lajur kendaraan. Pelebaran akses dari kawasan Pakal dan Benowo menuju kawasan itu ditargetkan selesai Oktober 2020. Target serupa berlaku pada penyelesaian jembatan layang dan Jalan Lingkar Luar Barat yang terhubung ke stadion tersebut.
Stadion GBT juga telah dilengkapi videotron atau layar raksasa dan sempat dipakai dalam kompetisi Liga 1 musim lalu. Pemerintah Kota Surabaya juga telah menyiapkan program renovasi masif dari stadion itu. Pada Maret, misalnya, stadion tersebut ditargetkan dilengkapi ruang media massa dan fasilitas internet berkecepatan tinggi untuk menopang teknologi VAR yang diminta FIFA.
Lalu, pada Juni-Juli akan dilakukan penambahan daya listrik untuk lampu dari 1.200 watt ke 2.400 watt serta pemasangan kursi berkapasitas 5.000 bangku VIP dan 41.806 reguler di tribune stadion ini. Terakhir, pada Agustus, akan dipasang rumput berstandar FIFA di GBT serta lima lapangan latihan pendukung di sekitarnya.
Menurut Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, pihaknya berkomitmen menyiapkan seluruh arena dan sarana prasarana untuk Piala Dunia U-20 itu dengan baik meski ia tidak lagi menjabat pada Februari 2021. ”Kami sangat serius mempersiapkan diri agar layak menjadi penyelenggara,” ujarnya, di Surabaya, akhir pekan lalu.
Dengan keseriusan itu, Risma berharap bisa meninggalkan warisan besar yang dapat dibanggakan warga di tanah kelahirannya, Surabaya. Untuk itu, pengerjaan renovasi GBT dan sarana prasarana pendukungnya akan terus dipantau dan mendapat perhatian khusus dari Risma yang telah dua periode menjabat sebagai Wali Kota Surabaya itu.
Komitmen serupa diperlihatkan Pemkot Surakarta, salah satu lokasi arena lainnya di Piala Dunia U-20. Menurut Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo, Stadion Mahanan yang akan disiapkan sebagai arena Piala Dunia di kota itu telah siap digunakan. Stadion tersebut telah selesai direnovasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada September 2019.
Lebih megah
Pascarenovasi bernilai kontrak Rp 301,33 miliar itu, Manahan memiliki kapasitas total penonton 20.003 yang seluruhnya berupa bangku tunggal. Stadion itu kini juga tampak lebih megah dengan atap melingkari seluruh areal tribune penonton. Sebelumnya, hanya tribune di sisi barat yang memiliki atap pelindung. Selain itu, juga telah dipasang dua layar elektronik besar di atas tribune utara dan selatan.
Rumput lapangan di stadion kebanggaan warga Surakarta tersebut juga telah diganti total dengan jenis Zoysia japonica, yaitu varian terbaik dalam standar FIFA. Adapun kamar ganti para pemain telah dilengkapi dengan fasilitas mewah, seperti tempat berendam, pancuran air, dan penyejuk ruangan. Ruang wasit dan konferensi pers juga telah dibangun.
”Stadion Manahan sudah siap dipakai. Jadi, tinggal penataan lanskap kawasan di stadion dan penyediaan lima lapangan pendukung untuk latihan. Itu akan dikerjakan pada tahun ini,” ujar Hadi dalam wawancara terpisah.
Ia menjelaskan, lima lapangan pendukung latihan itu membutuhkan perbaikan total karena belum satu pun memenuhi standar FIFA. Kelima lapangan itu yaitu Stadion Sriwedari, lapangan Kota Barat, lapangan Karangasem, lapangan Sriwaru, dan Banyuanyar. Kelimanya perlu dilebarkan dan dipanjangkan serta dilengkapi fasilitas ruang ganti pemain.
Terkait hal itu, Pemerintah Kota Solo meminta bantuan pemerintah pusat untuk mendanai perbaikan kelima lapangan latihan itu berikut sarana pendukungnya. Menurut Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Solo Joni Hari Sumantri, diperlukan anggaran hingga Rp 5,5 miliar untuk renovasi kelima lapangan latihan tersebut.
Sementara itu, di Yogyakarta, Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta masih menanti detail teknis guna menambah fasilitas Stadion Mandala Krida terkait persiapan Piala Dunia U-20. Muncul kekhawatiran jika penambahan fasilitas itu tidak sesuai dengan ketentuan jika tidak disertai detail petunjuk teknis dari pemerintah pusat.
Terkait hal itu, renovasi Mandala Krida belum dilakukan. Meskipun demikian, Pemprov DIY sudah menyiapkan anggaran Rp 60 miliar untuk melakukan renovasi dan melengkapi fasilitas di stadion itu agar laik dipakai di Piala Dunia U-20. Banyak hal yang harus direnovasi, mulai dari lampu, bangku penonton, papan skor, rumput, hingga ruang ganti di stadion itu.
”Kami masih menunggu detail teknisnya. Jangan sampai nanti sudah dibangun malah tidak pas. Harapannya, detail ini segera turun dari pihak pusat,” kata Kepala Balai Pemuda dan Olahraga, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Eka Heru Prasetya, dihubungi terpisah.
Terkait hal itu, Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali mengatakan, pemerintah pusat akan membantu perbaikan stadion-stadion melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). ”Kami tunggu hasil dari PSSI (kepastian penunjukan arena dari FIFA). Menteri PUPR sudah berjaga dan mengumpulkan data mengenai stadion,” katanya.
Momentum prestasi
Menurut Ketua Asosiasi Provinsi PSSI Yogyakarta Ahmad Syauqi, Piala Dunia U-20 bisa menjadi momentum pengembangan industri sekaligus pembinaan olahraga usia muda di Tanah Air, khususnya daerah itu. Arena baru yang berkualitas dunia bisa menjadi warisan untuk melecut prestasi sepak bola di daerah tersebut. ”Semoga ini bisa menjadi pengungkit dalam pembinaan (sepak bola) usia muda kita,” tuturnya.
Selain stadion megah dan berkualitas dunia, warisan infrastruktur lainnya yang bisa digunakan seusai Piala Dunia itu dalah VAR. David Elleray, Direktur Teknik International Football Association Board (IFAB), menyatakan, VAR bisa meningkatkan kualitas laga melalui keputusan wasit yang lebih adil. Seperti diketahui, di Indonesia, keputusan wasit ditengarai kerap menjadi biang keributan antarsuporter.
Dengan adanya VAR, potensi kericuhan atau masalah itu bisa ditekan. Hanya saja, butuh anggaran tidak sedikit dan sarana pendukung untuk mengimplementasikan teknologi itu mulai 2021 di Tanah Air. Indonesia akan meniru Jepang yang melakukan desentralisasi VAR, yaitu setiap stadion utama dilengkapi ruangan khusus untuk operasional wasit VAR. ”Akhir 2020 kami targetkan VAR sudah bisa diuji coba di Indonesia,” ujar David.
Inspeksi FIFA
Di Jakarta, Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto menyatakan, FIFA dijadwalkan melakukan inspeksi ke 10 stadion yang diajukan Pemerintah RI serta mengumumkan resmi arena yang dipilih pada Maret mendatang. Dari rapat terakhir antara PSSI dan FIFA pada 18 Januari lalu, kemungkinan enam stadion di Pulau Jawa dan Bali yang bakal dipilih FIFA.
Keenam stadion yang berpotensi besar dipilih itu adalah Stadion Gelora Bung Karno (Jakarta), Pakansari (Bogor), Mandala Krida (Yogyakarta), Manahan (Surakarta), Gelora Bung Tomo (Surabaya), dan I Wayan Dipta (Gianyar, Bali). Keenam stadion itu punya satu kelebihan, yaitu lokasinya saling berdekatan.
Piala Dunia U-20 akan diikuti 24 negara yang dibagi menjadi enam grup. Dengan demikian, butuh enam stadion yang jaraknya tidak terlalu berjauhan. Namun, menurut Gatot, tidaklah tertutup kemungkinan FIFA memilih arena di luar keenam stadion yang telah disebutkan itu. ”Itu terjadi kalau FIFA menilai enam stadion itu ada yang benar-benar tidak layak,” tuturnya, Selasa (28/1/2020).
Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan berkata, FIFA sebetulnya hanyalah meminta empat stadion. Namun, PSSI meminta tambahan, yaitu menjadi enam stadion. Dengan jumlah yang lebih banyak, PSSI berharap bisa memiliki stadion cadangan untuk mengantisipasi jika ada stadion yang batal atau ternyata tidak bisa dipakai.
Selain itu, penggunaan enam stadion dinilai akan memudahkan jalannya kompetisi dan memberikan jeda bagi setiap stadion untuk ”beristirahat”. Enam stadion yang diajukan itu pun dirancang agar bisa berpasangan atau saling berdekatan untuk memudahkan mobilisasi tim-tim peserta. ”Yang sudah lengkap itu hanya beberapa (stadion) saja. Masih banyak yang harus dibangun,” ujar Iriawan. (BRO/ETA/RWN/NCA/COK/DRI)