Waktu satu bulan sejak SEA Games 2019 belum cukup bagi Eko Yuli Irawan untuk kembali ke puncak prestasi. Kejuaraan di Iran, 1-5 Februari, dijadikan uji coba untuk kembali memulihkan diri menjelang Olimpiade Tokyo 2020.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lifter Eko Yuli Irawan menyiapkan strategi dan taktik untuk menggertak lawan terberatnya pada kelas 61 kilogram, Li Fabin (China). Langkah lifter senior ini menunjukkan persaingan sengit untuk meraih medali emas Olimpiade.
Eko bersama dua lifter senior lain, Deni (69 kg) dan Triyatno (73 kg), akan tampil pada kejuaraan Fajr Cup di Rasht, Iran, 1-5 Februari 2020. Kejuaraan ini termasuk dalam kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 dengan level perak atau menyediakan poin peringkat dunia di bawah kejuaraan dunia dan kejuaraan kontinental. Setelah tampil di Iran, Eko dan kawan-kawan akan kembali bersaing pada Kejuaraan Asia di Nur Sultan, Kazakhstan, 16-25 April 2020. Ini adalah kejuaraan terakhir sebelum Olimpiade.
Eko mengatakan, padatnya kejuaraan yang harus diikuti dua tahun terakhir membuat ia tidak bisa selalu mencetak angkatan terbaik setiap saat. Karena itu, Eko mengatur strategi, fokus, konsentrasi, dan target agar bisa mencapai angkatan terbaik di Olimpiade. Strategi ini juga dilakukan sebagai gertakan terhadap Li Fabin yang saat ini menempati peringkat pertama kualifikasi Olimpiade.
”Kalau di Iran saya tampil untuk memulihkan angkatan, di Kejuaraan Asia saya akan tampil habis-habisan menggertak lawan. Mudah-mudahan dalam tiga bulan ini latihan berjalan lancar dan angkatan saya bisa pulih,” katanya di Jakarta, Rabu (29/1/2020).
Eko terakhir tampil di SEA Games di Manila, Filipina, akhir 2019. saat itu Eko meraih emas dengan angkatan total 309 kg (snatch 140 kg, clean and jerk 169 kg). Setelah SEA Games, Eko hanya punya waktu satu bulan berlatih sebelum tampil di Iran. Selanjutnya, ia hanya punya waktu dua bulan menuju Kejuaraan Asia dan empat bulan menuju Olimpiade Tokyo 2020.
Tak pasang target
Dengan waktu latihan hanya satu bulan, Eko tidak bisa memasang target muluk untuk mencapai angkatan terbaik di Iran. Waktu pemulihan tubuh dan peningkatan intensitas latihan menuju kejuaraan biasanya memakan waktu 3-4 bulan.
”Setiap bulan, intensitas latihan atlet meningkat sebanyak 10 persen. Jadi, kalau setelah tampil di SEA Games, berat latihan saya hanya 70 persen. Pada bulan selanjutnya meningkat 80 persen, 90 persen, baru bisa mencapai 100 persen lagi pada bulan keempat,” katanya.
Dengan waktu yang mepet ini, Eko hanya memasang target memulihkan angkatan sesuai target latihan di Iran. Di Kejuaraan Asia, ia baru berharap bisa mencapai jumlah angkatan terbaik. Pada empat bulan menuju Olimpiade, ia mulai menerapkan strategi Olimpiade, yakni secara bertahap meningkatkan jumlah angkatan agar melewati rekor pribadi.
”Kejuaraan di Iran sebenarnya sangat penting. Namun, dengan kondisi saya baru saja tampil di SEA Games, tidak mungkin bisa maksimal hanya dengan latihan sebulan. Saya berharap dengan kondisi latihan yang lebih baik bisa tampil lebih baik di Kejuaraan Asia, kemudian di Olimpiade,” kata lifter yang saat ini menempati peringkat kedua kualifikasi Olimpiade.
Pelatih kepala tim angkat besi indonesia, Dirdja Wihardja, mengatakan, Kejuaraan Fajr Cup di Rasht, Iran, memang dimaksudkan untuk uji coba perlombaan bagi Eko Yuli. ”Kalau saya hitung, peringkat Eko Yuli sudah aman. Posisinya tidak akan tergeser ke luar peringkat sembilan dunia. Jadi, tidak ada target muluk untuk Eko,” katanya.
Target dibebankan untuk Deni dan Triyatno yang harus berburu tiket ke Olimpiade. Saat ini Deni menempati peringkat ke-13, sedangkan Triyatno di peringkat ke-20. Mereka harus masuk dalam peringkat delapan dunia agar bisa tampil di Olimpiade Tokyo 2020.