Selamat Datang Di Rumah Djokovic
Melbourne adalah rumah Novak Djokovic. Tujuh gelar Australia Terbuka membuktikan hal itu. Roger Federer, yang akan dihadapinya di semifinal, butuh lebih dari keajaiban untuk mengalahkannya.
MELBOURNE, RABU - Roger Federer membutuhkan lebih dari keajaiban saat berhadapan dengan Novak Djokovic pada semifinal Australia Terbuka. Federer bagai bertandang ke rumah Djokovic saat bertemu di Melbourne Park.
Laga itu akan berlangsung di Rod Laver Arena, Melourne Park, Kamis (30/1/2020), arena yang telah memberi Djokovic tujuh gelar juara dari tujuh final. Jumlah itu menjadikannya petenis putra dengan gelar terbanyak di Australia Terbuka.
Kesuksesan Djokovic bersaing di lapangan keras Melbourne Park juga ditandai dengan persentase kemenangan 89 persen sejak debutnya pada 2005. Ini lebih tinggi dibandingkan persentase di tiga Grand Slam lain, Perancis Terbuka, Wimbledon, dan AS Terbuka.
”Ini adalah lapangan favorit saya. Lapangan yang telah memberi paling banyak kesuksesan dalam karier saya,” kata Djokovic, seolah memberi ucapan selama datang bagi Federer yang akan menjadi tamu di rumahnya.
Sebelum Djokovic mengalahkan Rafael Nadal pada final 2019, dia dan Federer sebenarnya berbagi tempat sebagai tunggal putra dengan enam gelar juara, terbanyak pada era Terbuka. Maka, pertemuan Djokovic-Federer, Kamis, menjadi duel dua petenis yang mendominasi Australia Terbuka. Keduanya merebut total 13 gelar dalam 16 tahun terakhir.
Angka lain yang bisa mempertegas besarnya peluang menang petenis Serbia itu adalah keunggulan 3-1 atas Federer di Melbourne Park. Tiga kemenangan itu didapat pada semifinal 2008, 2011, dan 2016. Statistik ini bagian dari keunggulan Djokovic atas Federer, 10-6, di Grand Slam. Djokovic juga unggul, 26-23, pada semua pertemuan.
Perjalanan sejak babak pertama hingga semifinal di Melbourne Park tahun ini juga, menegaskan dominasi itu. Petenis Serbia itu tak kehilangan satu set pun dalam lima pertandingan. Hasil ini belum ditambah enam kemenangan saat mengantarkan Serbia memenangi kejuaraan beregu putra Piala ATP, awal tahun ini.
Salah satu kunci penampilan konsistennya yang paling mencolok adalah servis. Sejak babak kedua, hanya enam kali dia menghadapi break point. Dari enam itu, hanya satu yang akhirnya berbuah angka bagi lawan, yaitu saat berhadapan dengan Diego Schwartzman pada babak keempat.
Djokovic mengasah ketajaman servisnya pada masa persiapan menjelang 2020. Saat persentase servis pertamanya tinggi, dia pun merasa nyaman dan percaya diri untuk meraih poin. ”Bisa saya katakan, saat ini saya memiliki servis terbaik dalam karier,” katanya.
Dengan semua data yang menunjukkan keunggulan Djokovic itu, Federer pun membutuhkan lebih dari keajaiban seperti yang disebutnya telah mengantarkan dia ke semifinal. Kemenangan atas Tennys Sandgren, 6-3, 2-6, 2-6, 7-6 (10-8), 6-3, pada perempat final didapat setelah Federer menggagalkan tujuh match point lawan pada set keempat.
Federer menyebut kemenangan itu didapat karena keajaiban dan keberuntungan. Apalagi, dia menahan sakit pada otot pangkal paha kiri sejak set kedua, hingga meminta perawatan pada set ketiga.
Namun, Djokovic tak memandangnya seperti itu. ”Bagi saya, apa yang dilakukan Roger dalam usianya menunjukkan, dia masih berada pada level permainan yang tinggi. Dia adalah pejuang. Saya punya statistik kemenangan bagus melawan dia di Grand Slam, tetapi, Roger adalah Roger,” tuturnya.
Dalam kariernya, Federer memang tak pernah mundur saat bertanding. Dia selalu menyelesaikan 1.511 laga.
Federer sendiri tetap rileks meski telah melewati laga sulit pada perempat final dan akan berhadapan dengan salah satu lawan terberatnya. Dia beristirahat dan memulihkan rasa sakit pada pahanya dengan bantuan fisioterapis. Meski telah bermain lima set melawan Sandgren, dia tak merasa lelah.
Debut semifinalis
Semifinal lain akan mempertemukan Dominic Thiem dan Alexander Zverev. Ini tak hanya menjadi pertemuan petenis generasi penerus, tetapi menjadi pertemuan dua petenis yang baru kali ini melangkah ke semifinal Australia Terbuka.
Keduanya melangkah ke semifinal setelah menang atas manta juara Australia Terbuka. Thiem mengalahkan juara 2009, Nadal, 7-6 (7-3), 7-6 (7-4), 4-6, 7-6 (8-6), dalam laga selama 4 jam 10 menit, sedangan Zverev menang atas Stan Wawrinka (juara 2014), 1-6, 6-3, 6-4, 6-2.
Pertemuan Thiem dan Nadal adalah yang ke-15 sejak pertama kali bertemu pada Perancis Terbuka 2014. Namun, ini baru pertemuan kedua di luar lapangan tanah liat. Pada pertemuan pertama di lapangan keras Flushing Meadows, New York, Nadal menang pada semifinal AS Terbuka 2019.
”Butuh keberuntungan untuk mengalahkan Nadal di level ini pada Grand Slam. Sangat sulit mengalahkan salah satu petenis terbaik seperti dia,” komentar Thiem tentang persaingan sengitnya dengan petenis nomor satu dunia tersebut.
Thiem empat kali mengalahkan Nadal sebelum ini, dan berpengalaman menghadapi petenis Spanyol itu pada final Perancis Terbuka 2018 dan 2019. Namun, tekanan yang dirasakan petenis Austria itu begitu besar ketika untuk pertama kalinya bersaing di Melbourne.
Petenis berusia 26 tahun itu gagal memenangi pertandingan saat melakukan servis saat unggul 5-4 pada set keempat. Servisnya justru dicuri Nadal.
”Ini momen pertama saya mendapat match point lawan Rafa di Australia Terbuka. Harus punya mental kuat menghadapi situasi itu,” ujar Thiem yang akhirnya menang lewat tiebreak.
Bagi Zverev, laga melawan Thiem, Jumat, tak hanya menjadi semifinal pertama di Melbourne Park, tetapi juga akan menjadi debutnya dalam semifinal Grand Slam.
“Rasanya luar biasa. Saya meraih hasil bagus pada turnamen lain, juara di Final ATP dan Masters, tetapi belum bisa melakukannya di Grand Slam. Anda tak dapat membayangkan betapa kemenangan ini sangat berarti bagi saya. Semoga ini menjadi awal dari banyak hal baik lainnya,” ujar Zverev.
Zverev sebenarnya menjadi petenis era “Next Gen” yang lebih dulu menapak sukses. Pada 2017, dia menjuarai ATP Masters 1000 Roma dan Kanada. Pada tahun yang sama, saat berusia 20 tahun, dia menempat peringkat ketiga dunia.
Akan tetapi, dia kesulitan menembus kerasnya persaingan di ajang Grand Slam. Petenis muda lainnya, seperti Stefanos Tsitispas dan Daniil Medvedev, menyusulnya dengan meraih hasil lebih baik dalam turnamen mayor pada 2019. Tsitsipas bertahan hingga semifinal Australia Terbuka, sedangkan Medvedev tampil pada final AS Terbuka.
Sementara itu, semifinal tunggal putri yang akan berlangsung Kamis, mempertemukan Simona Halep dan Garbine Muguruza, serta Ashleigh Barty dengan Sofia Kenin. Kenin, dengan usia 21 tahun, menjadi yang termuda di antara keempatnya dan menjadi satu-satunya petenis tanpa gelar Grand Slam. (AFP/REUTERS)