Pelatih Inter Milan Antonio Conte sudah lama berharap bisa mendapatkan tambahan pemain untuk memperkuat lini tengahnya. Dengan hadirnya Christian Eriksen, ia mulai tersenyum.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
MILAN, KAMIS - Inter Milan sudah memiliki duet Romelu Lukaku dan Lautaro Martinez yang terbukti mematikan pada musim ini. Fokus pelatih Inter, Antonio Conte, saat ini beralih ke penguatan lini tengah. Kehadiran Christian Eriksen sudah menjadi angin segar.
Semangat untuk menguatkan lini tengah itu semakin berkobar setelah Inter berhasil mengalahkan Fiorentina, 2-1, pada laga perempat final Piala Italia, di Stadion Giuseppe Meazza, Milan, Kamis (30/1/2020) dini hari WIB. Tim ”Nerazzurri” akan menghadapi Napoli pada dua laga semifinal yang akan berlangsung pada Februari dan Maret.
Conte sangat membutuhkan lini tengah yang stabil untuk mengaplikasikan skema 3-5-2 favoritnya. Dari lini tengah yang solid, Inter bisa mengatur serangan dan memasok bola ke para penyerang dengan lebih baik. Namun, jelang laga kontra Fiorentina, Conte mendapati para gelandangnya, Stefano Sensi dan Marcelo Brozovic masih cedera.
Gelandang lainnya, Borja Valero, juga kurang siap malam itu sehingga tidak ada pilihan bagi Conte selain mempercepat debut Eriksen yang baru bergabung, Selasa (28/1). Eks gelandang Tottenham Hotspur itu masuk lapangan menit ke-66 menggantikan Alexis Sanchez.
”Kami sebenarnya tidak ingin terburu-buru memainkan Eriksen karena dia baru saja ikut berlatih. Namun, gelandang yang ada hanya Matias Vecino dan Nicolo Barella,” ujar Conte. Eriksen masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi dan memahami gaya permainan yang diinginkan Conte.
Namun, Eriksen masuk Inter sudah unggul 2-1 sehingga ia tidak terlalu terbebani. Ia tampak masih mencoba menyesuaikan ritme permainan tim barunya.
Meski baru tampil untuk pertama kalinya, optimisme terpancar di benak Conte dengan hadirnya Eriksen yang dinilai lebih mampu menghidupkan lini tengah. ”Eriksen adalah pemain berkarakter dan mampu meningkatkan kualitas permainan tim,” ujar Conte.
Gelandang yang dibeli dari Spurs seharga 20 juta euro (Rp 300 miliar) itu dinilai Conte sebagai pemain yang cerdas. Eriksen diburu karena merupakan pengatur serangan yang juga pintar memanfaatkan sektor kiri lapangan. Pemain asal Denmark itu akan diplot sebagai pembuka pintu serangan karena keahliannya mencari ruang maupun pencetak gol berkat akurasi tendangannya dari jarak jaruh.
Eriksen menjadi jawaban atas kegelisahan Conte melihat para pemain lini tengahnya yang masih muda dan dinilai kurang berpengalaman dalam laga besar. Conte mengeluhkan hal itu jauh sebelum bursa transfer pemain dibuka pada Januari ini. Pemain berpengalaman seperti Eriksen sangat dibutuhkan jika Inter memasang target tinggi di level Eropa terutama Liga Champions.
Peran penting
Laga kontra Fiorentina itu menjadi bukti pentingnya peran lini tengah Inter pada laga-laga krusial. Dua gol Inter ke gawang Fiorentina malam itu dicetak oleh penyerang sayap Antonio Candreva pada menit ke-44 dan Barella menit ke-67. Tidak ada gol dari Lukaku maupun Martinez malam itu.
Para pemain di lini tengah maupun sayap bisa menjadi jaring pengaman dalam konteks serangan, karena Conte tidak bisa selalu berharap kepada Lukaku dan Martinez untuk bisa mencetak gol pada setiap laga. Apalagi Martinez pada laga terakhir Serie A mendapat kartu merah dan bakal menjalani sanksi larangan tampil sebanyak dua kali.
Setidaknya Conte sudah mendapat tambahan kekuatan untuk memperkuat serangan setelah mendatangkan dua bek sayap, Ashley Cole dan Victor Moses pada Januari. Menjadi bek sayap di Inter berarti juga menanggung tugas yang berat. “Conte minta para bek sayapnya untuk bisa langsung maju membantu penyerang begitu kami mendapat bola,” kata bek Inter, Kwado Asamoah, dikutip ESPN.
Melalui permainan yang solid di lini tengah, Inter bisa menyulitkan lawan seperti yang dirasakan Fiorentina pada laga kemarin. “Kami membiarkan Inter menguasai permainan pada babak pertama. Kami terlalu mudah memberikan bola kepada mereka,” kata pelatih Fiorentina, Giuseppe Iachini seperti dikutip Football-Italia.
Tren kemenangan Fiorentina pada era Iachini pun berakhir malam itu. Mereka harus mengubur mimpi untuk bisa tampil pada laga semifinal seperti pada musim lalu. Iachini beralasan timnya memiliki banyak pemain muda yang belum terbiasa menghadapi tekanan besar pada laga seperti ini.
Dengan gugurnya Fiorentina dan melihat tim-tim yang tampil pada babak semifinal, dua derbi paling sengit di Italia akan bisa terjadi pada laga final Piala Italia musim ini. Jika Inter menyingkirkan Napoli, mereka bisa mewujudkan derby d’Italia jika bertemu Juventus atau derby della madonnina jika bertemu AC Milan. (AFP/REUTERS)