Eko Yuli Raih Tiga Emas dan Penuhi Target Pemulihan Angkatan
Eko Yuli Irawan mulai memulihkan catatan angkatannya meski baru kembali berlatih satu bulan seusai meraih medali emas pada SEA Games 2019. Eko meraih tiga medali emas pada kejuaraan Piala Fajr di Rasht, Iran.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
RASHT, SENIN — Lifter senior Eko Yuli Irawan meraih tiga keping emas pada Kejuaraan Internasional Piala Fajr di Rasht, Iran, Minggu (2/2/2020) dini hari waktu Indonesia. Tampil di kelas 67 kilogram, Eko mencatat angkatan total 310 kg, terdiri dari snatch 138 kg dan clean and jerk 172 kg.
Meski hanya punya waktu latihan sekitar satu bulan untuk kejuaraan ini, jumlah angkatan Eko ini telah melampaui pencapaiannya ketika meraih medali emas pada SEA Games 2019. Ketika itu, lifter peraih medali emas Asian Games 2018 dan juara dunia 2018 ini tampil di kelas 61 kg yang menjadi andalannya dan membukukan jumlah angkatan 309 kg, terdiri dari angkatan snatch 140 kg serta clean and jerk 169 kg.
Deni, yang bermain pada kelas yang sama dengan Eko, meraih dua medali perak dan satu perunggu. Medali perak berasal dari angkatan total 285 kg dan clean and jerk 160 kg, sedangkan pada angkatan snatch harus puas dengan medali perunggu dengan angkatan 125 kg. Lifter Turkmenistan, Sezer Bunyami, meraih perak snatch dengan angkatan 128 kg, serta medali perunggu di angkatan clean and jerk dengan 142 kg dan angkatan total 270 kg.
Di kejuaraan yang termasuk dalam kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 ini, Indonesia juga mengirimkan Triyatno, lifter senior di kelas 73 kg. Peraih dua keping medali Olimpiade ini juga meraih tiga keping emas untuk angkatan snatch 136 kg, clean and jerk 170 kg, dan angkatan total 306 kg.
Meski meraih tiga medali emas, angkatan Triyatno masih jauh di bawah catatan terbaiknya di Kejuaraan Dunia Angkat Besi IWF 2019, yaitu membukukan jumlah angkatan 326 kg, terdiri dari snatch 145 kg serta clean and jerk 181 kg.
Manajer tim angkat besi Indonesia, Alamsyah Wijaya, mengatakan, Eko Yuli Irawan selalu siap memberikan yang terbaik.
Eko selalu tampil dalam keadaan siap. Deni mengalami sedikit cedera pinggang, sementara Triyatno tampil kurang persiapan.
Kondisi itu cukup mengganggu Deni, yang harus berjuang untuk lolos kualifikasi Olimpiade. Hasil yang diperolehnya di Rasht ini jauh di bawah prestasinya saat meraih medali emas SEA Games 2019 di Manila, Filipina. Saat itu, Deni mencatat angkatan total 315 kg, terdiri dari angkatan snatch 143 kg serta clean and jerk 172 kg.
Kejuaraan Fajr Cup termasuk dalam kualifikasi Olimpiade dengan level perak, atau menyediakan poin peringkat dunia lebih rendah dari Kejuaraan Dunia dan kejuaraan tingkat benua.
Alamsyah menjelaskan, lifter Indonesia yang diproyeksikan lolos ke Olimpiade Tokyo 2020 ini harus tampil lebih fokus pada ajang selanjutnya di Kejuaraan Asia di Nur Sultan, Kazakstan, pada 16-25 April 2020. Kejuaraan ini merupakan kualifikasi terakhir menuju Olimpiade Tokyo 2020. Kejuaraan Asia menyediakan poin peringkat dunia paling tinggi, setara dengan Kejuaraan Dunia.
Sebelum berangkat ke Iran, lifter Eko Yuli mengatakan, persiapannya menuju Kejuaraan Piala Fajr sangat kurang. Hal itu disebabkan lifter peraih medali perak Olimpiade Rio 2016 ini baru saja tampil di SEA Games 2019. Eko hanya mempunyai waktu satu bulan berlatih. Padahal, biasanya, jeda antarkejuaraan 3-4 bulan.
Dengan persiapan yang minim, Eko hanya ingin menjadikan kejuaraan di Iran sebagai ajang uji coba dan memenuhi kewajiban tampil pada minimal enam kejuaraan kualifikasi Olimpiade. Eko berharap, di Kazakstan, ia bisa tampil lebih baik sebagai strategi untuk menggertak lawan.
”Kalau di Iran, saya akan tampil untuk memulihkan angkatan, di Kejuaraan Asia saya akan tampil habis-habisan untuk menggertak lawan. Mudah-mudahan dalam tiga bulan ini latihan bisa berjalan lancar, dan angkatan saya bisa pulih,” katanya, sebelum berangkat ke Iran.