Musim ini Liverpool membuktikan bahwa selalu akan ada langit cerah selepas mendung dan badai. Mereka kini menanti fajar baru kejayaan di Liga Inggris setelah tiga dekade melewati penderitaan.
Oleh
YULVIANUS HARJONO
·5 menit baca
Hampir setengah abad lalu, manajer legendaris Liverpool, Bill Shankly, pernah sesumbar, dirinya ingin membangun tim yang tidak terkalahkan. ”Jadi, mereka harus mengirim tim dari (planet) Mars untuk bisa mengalahkan kami!” kata manajer peraih tiga trofi Liga Inggris pada kurun 1964 hingga 1973 silam itu.
Kesombongan Shankly itu tidak terbukti sepenuhnya, setidaknya hingga pada masa milenium lain, yaitu pada abad ke-21 saat ini. Pada masanya, ”Si Merah” memang perkasa dan sangat percaya diri. Shankly, ”bapak” perintis kesuksesan Liverpool abad ke-20, membawa tim itu keluar dari satu dekade pengasingan, yaitu promosi ke Divisi Pertama pada 1962.
Sejak itu, ”The Reds” mulai menjelma menjadi kekuatan baru di Inggris dengan dua kali menjadi juara liga tersebut pada 1964 dan 1966. Namun, dominasi sesungguhnya klub Merseyside baru dimulai tahun 1973, yaitu pada akhir era Shankly. Saat itu mereka menjadi ”dinasti” baru, yaitu dengan raihan 11 gelar juara Liga Inggris dan empat trofi Liga Champions, hingga 1990.
Namun, tidak seperti diharapkan Shankly, Liverpool tidak pernah menjadi tim superior meskipun dalam masa emasnya, empat dekade silam. Hingga akhir hayatnya, pada 1981, Shankly tidak pernah menyaksikan Si Merah yang menawan, tidak terkalahkan, dan nyaris tidak punya saingan. Sebaliknya, seiring berpulangnya Shankly, pada dekade berikutnya, dinasti The Reds mengalami kehancuran.
Sejak 1991 hingga detik ini, The Reds tidak pernah menjadi kampiun Liga Inggris. Langit Liverpool, yang tadinya indah dan penuh cahaya kuning keemasan, mendadak gelap. Tiga kali percobaan menjadi juara Liga Inggris, yaitu pada musim 2008-2009, 2013-2014, dan 2018-2019, selalu berakhir dengan kekecewaan, bahkan tragis. Maksimal mereka hanya menempati peringkat kedua.
Pada 2014, misalnya, gelar juara—yang telah di depan mata—tergelincir menjelang garis finis akibat terpelesetnya Steven Gerrard pada laga kontra Chelsea. Setengah dekade berlalu, pada 2019, mereka kembali gagal juara meskipun mengemas poin fantastis, 97 angka. Tidak ada tim Inggris sebelumnya yang meraih poin sebanyak itu, tetapi gagal juara.
Trofi yang lama didamba Liverpool lagi-lagi ”dicuri” tim kaya raya, Manchester City, pada kedua musim yang menyakitkan itu. Pahitnya pula, Liverpool tercatat sebagai tim yang paling sering menemui antiklimaks penampilan di Liga Inggris. Dari 11 musim terakhir Liga Inggris, hanya Liverpool (tiga musim) yang gagal menjadi juara meskipun sempat memimpin pada hari Natal.
Dian Malau (37), penggemar Liverpool asal Indonesia, bahkan sampai lupa merasakan indahnya momen ketika tim kesayangannya itu menjuarai Liga Inggris. Maklum, terakhir kali Liverpool menjadi juara Inggris adalah ketika Malau duduk di bangku sekolah dasar. Ia bahkan belum rutin mendukung The Reds saat itu.
”Sudah terlalu lama tidak juara,” tutur pria yang pernah menyaksikan laga Liverpool di Stadion Anfield itu.
Pengalaman patah hati bertubi-tubi dan dahaga juara itu menjadi lecutan bagi tim Liverpool asuhan Juergen Klopp untuk habis-habisan di Liga Inggris musim ini. Hasilnya, Si Merah kini mendekati bayangan yang diimpikan Shankly. Liverpool menjadi satu-satunya tim di lima liga terbesar Eropa yang belum pernah kalah musim ini.
Rekor Arsenal
Jika dihitung sejak musim lalu, total 42 laga mereka tidak terkalahkan di Liga Inggris. Mereka hanya butuh tambahan tujuh laga tidak terkalahkan untuk menumbangkan rekor Arsenal, tim yang pernah dijuluki ”The Invincibles”, pada 2004 silam. Tidak hanya itu, untuk pertama kalinya sepanjang sejarah keikutsertaan klub itu di Liga Premier, Liverpool mampu mengalahkan semua dari 19 tim di liga itu musim ini.
Inilah performa yang persis digambarkan Shankly. Dari total 25 laga, 24 laga telah dimenangi Liverpool dan hanya sekali imbang, yaitu dari Manchester United, 1-1. Nyanyian ”You’ll Never Walk Alone” pun kini terasa sedikit janggal bagi fans The Reds seperti Malau.
Untuk pertama kali dalam sejarah panjang Liga Inggris, yaitu sejak 1888 silam, The Reds berjalan jauh sendirian di depan sehingga bayangannya pun tidak lagi terlihat oleh para pesaingnya. Liverpool kini unggul 22 poin atas tim peringkat kedua, Manchester City. Martin Samuel, jurnalis Inggris, menyebut Liverpool saat ini sebagai tim dari ”planet lain”.
Menurut Jose Mourinho, salah satu manajer tersukses di Liga Inggris, dirinya telah menyadari Liverpool akan menjadi juara sejak November lalu. ”Liverpool telah bersama Klopp hampir lima tahun terakhir. Jadi, fisik mereka telah beradaptasi total dengan sepak bola yang ia (Klopp) inginkan. Mereka barangkali adalah tim terbaik di dunia saat ini,” ujar Mourinho, dikutip Dailymail.
Gairah baru
Dalam wawancara khusus dengan Kompas pada Maret 2016 silam, Simon Mignolet—eks kiper Liverpool—berkata, kehadiran Klopp menghadirkan gairah dan suasana baru bagi The Reds. Klopp datang ke Liverpool pada akhir 2015 silam. Pada awal kedatangannya, Klopp memberikan kejutan dengan meningkatkan intensitas latihan fisik hingga dua kali lipat.
Pola latihan keras itu memaksa adaptasi hebat dari skuad Liverpool. ”Belum pernah terjadi perubahan masif seperti ini sebelumnya sejak saya ada di klub ini (2013-2019). Kami harus beradaptasi. Namun, semua pemain dan staf (pelatih) menjadi jauh lebih terpacu sejak kehadirannya,” tutur Mignolet dalam wawancara lewat telepon dari Melwood, markas latihan The Reds di Inggris.
Liverpool kini tinggal menunggu hasil perjuangan kerasnya selama lima tahun itu. The Reds hanya butuh tambahan 18 poin atau enam kemenangan untuk mengunci gelar juara Liga Inggris. Artinya, jika mereka terus memenangi enam laga ke depan, Liverpool bakal bertamu ke Stadion Etihad, markas City, pada 4 April mendatang sebagai kampiun.
Duel itu bakal menjadi momen paling epik bagi The Reds, tim yang dua kali beruntun dilukai City. Tidak hanya merebut gelar juara dari City, rival tersengitnya, Liverpool saat ini juga tengah melucuti satu per satu ”ornamen” hebat City. Mereka telah menyamai rekor 20 kemenangan kandang beruntun City di Liga Inggris. Kemungkinan besar pula, Liverpool akan melampaui rekor City, yaitu 100 poin, saat menjadi juara musim 2017-2018 lalu.
The Reds pun kini di jalur yang tepat untuk mencetak sejarah baru lainnya yang belum pernah diukir tim asal Inggris, termasuk oleh Liverpool pada era Shankly ataupun oleh Manchester United pada masa Sir Alex Ferguson. Mereka ingin menjadi tim Inggris pertama yang dapat menjuarai Liga Inggris sekaligus mempertahankan gelar juara Eropa alias Liga Champions.
”Ketika kami sudah menyetel di lapangan, kami tidak akan terhentikan,” ujar Klopp yang kini memimpin Liverpool menuju fajar keemasan barunya.