Eko Yuli menempati peringkat kedua dunia dan sudah menjalani enam ajang kualifikasi.
Oleh
DENTY PIAWAI NASTITIE
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lifter andalan Indonesia, Eko Yuli Irawan, memastikan diri tampil pada Olimpiade Tokyo 2020. Kepastian Eko meraih tiket ke Olimpiade diraih setelah lifter senior itu meraih tiga keping emas pada Kejuaraan Fajr Cup di Rasht, Iran, Minggu (2/2/2020).
Di ajang kualifikasi Olimpiade ini, Eko bermain di kelas 67 kilogram atau naik kelas dari kelas andalan 61 kg. Eko Yuli mencatatkan total angkatan 310 kg (snatch 138 kg, clean and jerk 172 kg). Eko Yuli merasa puas bisa meraih tiga keping emas dan memulihkan angkatan SEA Games 2019.
”Sekarang perjalanan saya fokus ke Olimpiade. Saya harus berlatih maksimal dan memastikan tidak cedera,” kata peraih medali emas Asian Games ini saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (5/2/2020).
Eko Yuli merupakan lifter senior yang berpengalaman tampil pada tiga ajang Olimpiade. Menjelang Olimpiade Beijing 2008, Eko mengalami cedera hamstring atau otot paha belakang. Lalu, pada London 2020, tulang keringnya retak.
Pada Olimpiade Rio 2016, Eko mengalami cedera lutut sehingga penampilannya kurang maksimal. Kali ini, pada Olimpiade Tokyo 2020, Eko berharap bisa tampil dengan kondisi fisik prima demi memenuhi ambisi meraih medali emas untuk pertama kali.
Oleh karena itu, Eko menjelaskan, program latihan yang baik, didukung dengan nutrisi, dan program pemulihan tubuh yang maksimal diperlukan. Eko berharap dapat menjalani latihan intensif dan menjaga fisik agar bebas cedera.
”Kalau dari atlet, latihan harus maksimal, teknik disempurnakan, gerakan-gerakannya diperbaiki, power ditambahkan. Namun, atlet tidak bisa kerja sendiri. Atlet harus didukung pelatih, manajer, dan pengurus yang bisa memaksimalkan potensi,” ujar juara dunia angkat besi 2018 itu.
Berdasarkan aturan Federasi Angkat Besi Internasional, lifter yang tampil pada Olimpiade Tokyo harus menempati peringkat delapan dunia dan wajib menjalani enam ajang kualifikasi. Saat ini, Eko Yuli menempati peringkat kedua dunia dan sudah menjalani enam kualifikasi.
Kejuaraan Asia, yang akan bergulir di Kazakhstan, April mendatang, menjadi uji coba terakhir Eko sebelum Olimpiade. Saat ini, Eko Yuli berada di peringkat kedua dengan poin 4.162,7503. Eko berada satu level di bawah musuh bebuyutan Li Fabin (China) yang menempati peringkat pertama dunia dengan poin 4.387,4657.
Poin peringkat dunia dalam perhitungan IWF didasarkan pada robi poin. Apabila mampu melakukan angkatan melewati rekor dunia, lifter akan mendapatkan poin 1.000.
Pelatih kepala tim angkat besi Indonesia, Dirdja Wihardja, mengatakan, posisi Eko Yuli tidak akan tergeser. ”Dengan hasil di Iran, Eko Yuli mendapatkan tambahan sekitar 800 poin peringkat dunia. Itu artinya, poin peringkat dunia Eko bertambah dari sebelumnya sekitar 4.000 menjadi sekitar 5.000. Posisi Eko tidak akan tergeser dari delapan besar dunia karena di bawah Eko Yuli tidak ada lifter yang menembus poin 4.000,” ujar Dirdja.
Sekitar lima bulan menuju Olimpiade, Dirdja mengatakan, persiapan Eko harus dilakukan dengan maksimal, antara lain dengan melibatkan dokter, ahli nutrisi, dan ahli pemulihan tubuh. ”Makanan yang dikonsumsi Eko harus diperhatikan agar bisa menjaga berat badan 66 kg,” ujarnya.
Dirdja menjelaskan, selain Eko Yuli, Indonesia masih berpeluang menambah kuota atlet ke Olimpiade melalui lifter Windy Cantika Aisah (49 kg), Nurul Akmal (+87 kg), Deni (67 kg), serta Triyatno dan Rahmat Erwin Abdullah (73 kg).
”Nurul Akmal saat ini berada di peringkat ke-10 dunia. Dia punya peluang naik ke peringkat kedelapan atau ketujuh,” katanya.
Dua lifter muda Indonesia, Windy dan Erwin, akan mengikuti kualifikasi pada Kejuaraan Asia Yunior di Tashkent, Uzbekistan, 13-19 Februari 2020. Kedua lifter berusia di bawah 17 tahun ini diharapkan bisa melewati rekor angkatan pribadi terbaik demi pengumpulan poin Olimpiade.