Laga kontra Shrewsbury Town memperlihatkan wajah Liverpool sebagai sebuah keluarga besar yang saling mendukung. Ketika sang kakak beristirahat, sang adik membantu mempertahankan jalur kemenangan.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
LIVERPOOL, RABU — Kemenangan Liverpool atas Shrewsbury Town, 1-0, pada laga ulangan putaran keempat Piala FA di Stadion Anfield, Rabu (5/2/2020) dini hari WIB, menghidupkan kembali nilai penting yang dimiliki ”The Reds”. Ini tidak saja kemenangan para pemain muda Liverpool atas tim liga kasta ketiga di Inggris, tetapi juga sebuah kemenangan bagi keluarga Anfield.
Kemenangan itu menunjukkan bahwa Liverpool tidak sekadar sebuah klub yang terjebak dalam strategi pragmatis demi meraih kesuksesan setiap musimnya. Lebih dari itu, Liverpool kembali tergambarkan sebagai sebuah keluarga besar yang setiap anggotanya saling mendukung.
Nilai kekeluargaan itu pernah disampaikan Pelatih Liverpool Juergen Klopp melalui narasi dalam sebuah video pendek yang dirilis pada 2018. ”Mereka punya stadion, kita punya rumah. Mereka punya lagu, kita punya lagu kebangsaan. Mereka punya manajer, kita punya pelindung. Mereka punya suporter, kita adalah keluarga. Kita adalah Liverpool,” ujar Klopp dalam video berjudul Liverpool: This Means More itu.
Ketika melawan Shrewsbury, penonton seperti melihat seorang kakak yang sedang menemani adik-adiknya bertanding dalam sebuah laga penting. Klopp sengaja menurunkan para pemain muda dari tim Liverpool U-23 pada laga ini. Sementara para pemain dari tim utama sedang menikmati liburan tengah musim.
Praktis Liverpool pada malam itu mengukir sejarah baru dengan menurunkan tim termuda sepanjang perjalanan klub, yaitu tim berisi pemain dengan usia rata-rata 19 tahun dan 102 hari. Curtis Jones juga menjadi kapten termuda dalam sejarah klub karena pada laga itu ia baru berusia 19 tahun dan 5 hari.
Tim muda itu ditemani Pelatih Liverpool U-23 Neil Critchley yang menggantikan peran Klopp. Meski Klopp tidak hadir pada laga itu, pelatih asal Jerman tersebut tetap memantau dari jauh dan terus memberikan pesan-pesan untuk memotivasi tim pada saat menjelang laga, turun minum, dan seusai laga. ”Klopp berpesan agar kami tetap bermain dengan cara Liverpool,” kata Critchley.
Bermain dengan cara Liverpool adalah bermain dengan terus menekan lawan dan terus bergerak seolah tidak pernah kehabisan energi. Para remaja tersebut berhasil melakukannya dengan baik dan muncul beberapa pemain yang bersinar, seperti Neco Williams dan Pedro Chirivella.
Para pemain muda itu mampu menguasai bola dengan baik dan menciptakan beberapa peluang. Gol kemenangan terjadi ketika Williams melepaskan umpan diagonal yang kemudian berubah menjadi gol bunuh diri yang dilakukan bek Shrewsbury, Ro-Shaun Williams, pada menit ke-75.
Kemenangan dengan satu gol itu sudah cukup untuk mengantar Liverpool melaju ke putaran kelima dan menghadapi Chelsea. Pada laga pertama, Liverpool dan Shrewsbury bermain imbang 2-2.
Inisiatif Milner
Langkah menurunkan para pemain muda ini ditempuh Liverpool agar para pemain tim utama bisa beristirahat dan fokus untuk memuluskan jalan mereka merebut gelar juara Liga Inggris yang pertama setelah menunggu selama tiga dekade. Selain itu, Klopp tidak ingin mendapati para pemainnya justru mengalami cedera dan kekuatan mereka menjadi goyah pada Februari ini ketika Liga Champions juga sudah kembali bergulir.
Para pemain tim utama Liverpool pun sedang tersebar di beberapa negara untuk memanfaatkan kesempatan ini. Beberapa pemain, seperti Alisson Becker, sedang mudik ke Brasil, Roberto Firmino sedang berjemur di Maladewa, dan Trent-Alexander Arnold sedang berlibur di Miami, Amerika Serikat. Meski berlibur, mereka tetap memantau laga dan memuji penampilan adik-adiknya melalui media sosial.
Namun, tidak semua pemain dari tim utama pergi berlibur seperti yang dilakukan James Milner. Gelandang Liverpool ini justru berinisiatif untuk ikut menemani adik-adiknya itu bertanding. ”Dia (Milner) ikut berlatih kemarin dan bertanya apakah bisa ikut hadir saat laga,” kata Critchley.
Tanpa berpikir panjang, Critchley langsung mengajak Milner bergabung. Bagi Critchley, kehadiran gelandang senior itu sangat penting bagi para pemain muda. Di kamar ganti, Milner pun turut memberi motivasi kepada pemain dan ketika berada di bangku tim, ia menunjukkan antusiasme. Milner malam itu menjadi sosok seorang kakak yang baik.
Milner, seperti dilansir BBC, menjalani debut kariernya di Leeds ketika berusia 16 tahun. Ia pun sangat memahami apa yang dirasakan dan dibutuhkan para pemain muda Liverpool malam itu. Apalagi, para pemain muda itu dipilih sebagai penentu langkah klub di ajang Piala FA.
Wajar apabila seusai laga para pemain tersebut berkeliling lapangan untuk menghormati para penonton. Mereka saling berpelukan dan merayakan kemenangan itu seolah memenangi laga final. ”Bisa menggantikan tim utama di Anfield, ditonton banyak orang, dan bisa melaju ke babak berikutnya menjadikan malam ini sangat spesial bagi kami,” ujar Williams dilansir laman Liverpool.
Bagi Liverpool, itu adalah malam spesial. Bagi klub lain, itu adalah malam penuh ancaman ketika melihat Liverpool tetap sulit ditaklukkan meski hanya menurunkan para pemain mudanya. (AFP/REUTERS)