Lazio gagal memanfaatkan peluang menyalip ke peringkat kedua Liga Italia seusai ditahan Hellas Verona 0-0, Kamis dini hari. Meski demikian, mereka masih punya kans menjadi juara.
Oleh
YULVIANUS HARJONO
·3 menit baca
ROMA, SELASA — Lazio menyamai rekor di masa kejayaannya dua dekade silam, yaitu 17 laga tidak terkalahkan di Liga Italia, Kamis (6/2/2020) dini hari WIB. Namun, mereka gagal mengoptimalkan peluang mengulang era emas itu setelah ditahan Hellas Verona 0-0 pada laga di Stadion Olimpico, Roma.
Musim ini, tim berjuluk ”Si Elang” itu tampil fenomenal meskipun masih di bawah bayang-bayang dua raksasa, Juventus dan Inter Milan. Produktivitas mereka di Liga Italia musim ini, yaitu 52 gol dari 22 laga, hanya bisa dikalahkan Atalanta yang telah mengemas 59 gol. Adapun Juve dan Inter masing-masing hanya mengemas 43 dan 44 gol sejauh ini.
Kegarangan Lazio semacam itu terakhir kali terjadi pada musim 1999-2000, yaitu ketika terakhir kalinya menjuarai Liga Italia. Di masa pelatih yang sama, Sven Goran-Erikssen, Si Elang mencatatkan prestasi menawan lainnya, yaitu tidak terkalahkan di 17 laga beruntun pada semusim sebelumnya.
Namun, seolah terbuai dengan kenangan kejayaan yang telah lama berlalu itu, Lazio tampil kurang tenang pada laga tunda kontra Verona. Untuk pertama kalinya sejak September lalu, Lazio gagal mencetak gol di Liga Italia. Padahal, mereka melepas 27 tembakan ke gawang di laga itu. Dua di antaranya mengenai tiang gawang Verona.
Dampak hasil imbang itu, Lazio tertahan di peringkat ketiga. Mereka gagal menyalip Inter, tim peringkat kedua yang memiliki satu poin lebih banyak. Adapun puncak Liga Italia masih ditempati Juve dengan margin keunggulan tiga poin dari Inter.
Meskipun gagal memanfaatkan peluang, Pelatih Lazio Simone Inzaghi tidak terlalu kecewa dengan penampilan timnya pada laga kontra Verona. ”Meskipun hasil akhirnya mengecewakan, saya tidak bisa menuntut lebih banyak ke tim. Anak-anak telah memberikan segalanya di laga ini,” ujar mantan pemain Lazio itu di era Erikssen.
Menurut Inzaghi, masih banyak poin yang bisa dikejar untuk menciptakan kejutan di Liga Italia musim ini. Tepat dua dekade lalu, Lazio menempuh perjalanan seperti musim ini. Mereka tidak diunggulkan ketimbang dua tim favorit, Juve dan AC Milan. Pada tiga pekan terakhir kala itu, mereka bahkan tertinggal lima poin dari pemuncak klasemen, Juve.
Namun, Lazio justru menjadi juara setelah Juve tersandung di dua dari tiga laga terakhir musim itu. Salah satu momen heroik Si Elang saat itu adalah menekuk ”Si Nyonya Besar” di Turin. Menurut Vijay Rahaman, pengamat sepak bola Italia, Lazio saat ini seperti mengalami deja vu dari era emas itu. Kala itu, mereka diperkuat para legenda, seperti Roberto Mancini, Pavel Nedved, Alessandro Nesta, dan Diego Simeone.
”Bedanya, saat ini, Lazio diperkuat barisan ’permata tersembunyi’, seperti Luis Alberto, Sergej Milinkovic-Savic, dan Ciro Immobile. Mereka sangat konsisten dan juga menghibur. Seperti dua dekade lalu, mereka juga akan menghadapi Juve di bulan April. Jika menang, seperti mereka tunjukkan di dua laga sebelumnya, mereka bisa mengulang prestasi dua dekade lalu,” tulis Rahaman di Football-Italia.
Francesco Acerbi, pemain Lazio, pun meyakini timnya bisa meraih prestasi besar di akhir musim ini meskipun telah tersingkir di Piala Italia dan Liga Europa. ”Itu justru menjadi sedikit keuntungan kami (untuk fokus mengejar gelar juara Liga Italia),” tuturnya. (AFP)