Kementerian Pemuda dan Olahraga RI menghimbau seluruh atlet dan ofisial tidak mengikuti kejuaaran di wilayah epidemi virus korona, khususnya China. Koordinasi dengan pemerintah dan tim dokter menjadi sangat penting.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kementerian Pemuda dan Olahraga terus memantau perkembangan epidemi virus korona yang berasal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Untuk saat ini, mereka tetap menghibau seluruh atlet dan ofisial tidak melakukan kegiatan di wilayah yang menjadi sumber epidemi itu, terutama China, untuk sementara waktu. Hal itu untuk menjaga keselamatan atlet maupun para ofisial pendukung.
”Kami sudah beri himbauan kepada semua pengurus cabang agar menghindari dulu kegiatan di negara-negara sumber virus korona. Himbauan itu sampai batas waktu tak ditentukan hingga kondisi sudah kondusif,” ujar Menpora Zainudin Amali di Jakarta, Selasa (11/2/2020).
Zainudin mengatakan, sejauh ini wabah korona telah membuat sejumlah kejuaraan internasional dibatalkan, dipindahkan, hingga ditunda tanpa batas waktu yang ditentukan. Tidak sedikit kejuaraan olahraga di sejumlah kota di China, negara sumber epidemi korona, yang urung digelar.
Kejuaraan-kejuaraan itu antara lain Kejuaraan Asia Atletik Dalam Ruangan, Kejuaraan Dunia Atletik Dalam Ruangan, Kejuaraan Asia Tenis Meja yang juga kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020, kualifikasi tinju Olimpiade 2020, dan kualifikasi sepak bola putri untuk Olimpiade Tokyo.
”PBSI (Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia) juga sudah konfirmasi batal ikut sejumlah seri kejuaraan di China dan sekitarnya, seperti China Master 2020,” kata Zainudin.
Kendati demikian, Zainudin menuturkan, pihaknya tidak mau mengekang cabang jika ingin tetap melaksanakan kegiatan di tempat-tempat yang terkena epidemi korona. Pihaknya yakin cabang pasti memiliki banyak pertimbangan dan perhitungan yang matang bila tetap ingin melakukan kegiatan di lokasi tersebut.
”Namun, mereka perlu terus berkoordinasi dengan Kemenpora, Kementerian Kesehatan, Kementerian Luar Negeri, dan dokter cabang yang dimiliki. Apabila memang dirasa aman, ya silakan saja untuk melakukan kegiatan itu. Yang penting, kesehatan/keselamatan atlet dan ofisial tetap yang utama,” tuturnya.
Ikut arahan
Ketua Harian Pengurus Besar PBSI Alex Tirta mengutarakan, prinsipnya, mereka mengikuti arahan pemerintah maupun federasi internasional terkait dengan wabah tersebut. Kemenpora pernah menginstruksi agar cabang menghindari dulu kegiatan di China hingga lima sampai enam bulan ke depan.
PB PBSI telah mengikuti arahan itu dengan batal mengikuti China Master 2020 di Lingshui, Hainan, 25 Februari- 1 Maret mendatang. Akan tetapi, mereka tetap ambil bagian dalam Kejuaraan Asia Beregu (BATC) 2020 di Manila, Filipina, 11-16 Februari walaupun Filipina adalah negara di luar China pertama yang melaporkan korban meninggal karena terjangkit korona.
”Kami terus berkoordinasi dengan pemerintah dan dokter tim untuk ambil bagian di tempat-tempat ada korona. Kami juga berkomunikasi dengan federasi terkait mengenai dampak virus itu di lokasi kejuaraan. Kalau memang memungkinkan, kami akan tetap ikut kejuaraan tersebut. Sebaliknya, kalau dilarang, kami tidak pergi,” ujarnya.
Hal serupa disampaikan Wakil Ketua Persatuan Angkat Besi, Berat dan Binaraga Seluruh Indonesia (PABBSI) Djoko Pramono. Namun, Djoko menyampaikan, pihaknya tidak ingin pula terlalu khawatir dengan wabah itu. Mereka yakin pihak-pihak terkait pasti telah mengambil tindakan agar virus tidak semakin menyebar.
Di sisi lain, Djoko berharap atlet atau kontingen China tidak diboikot karena situasi tersebut. Sebab, epidemi itu adalah musibah yang di luar kendali. ”Saya pribadi tidak ingin kalau atlet/kontingen China sampai diboikot, terutama dalam mengikuti Olimpiade 2020. Memang itu akan menguntungkan banyak pihak, terutama bagi lifter-lifter Indonesia. Tetapi, hasil raihan itu di luar semangat kompetisi sesungguhnya,” kata Djoko.
ASEAN Para Games
Dalam kesempatan itu, Zainudin juga mengungkap bahwa gelaran ASEAN Para Games 2020 di Filipina dipastikan kembali tertunda akibat epidemi korona, Semula, ajang dua tahunan itu akan digelar pada Januari lalu tetapi ditunda pada Maret mendatang.
Terlepas dari penundaan itu, kondisi ini berdampak negatif terhadap keuangan Kemenpora. Mereka hanya mengalokasikan anggaran untuk pelatnas Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia sebesar Rp 80 miliar guna mempersiapkan diri ke ASEAN Para Games dan Paralimpiade Tokyo 2020. Idealnya, anggaran itu hanya mencukupi pelatnas ASEAN Para Games hingga Maret ini.
Dengan ada penundaan kembali, kebutuhan anggaran untuk pelatnas itu membengkak. ”Jumlah atlet dalam pelatnas ASEAN Para Games itu mencapai 300-an orang. Kebutuhan mereka mencapai Rp 10 miliar per bulan. Ini tentu sangat memberatkan. Tapi, kami tidak bisa mendesak tuan rumah untuk segera menggelar ajang itu. Kami juga tidak mungkin membubarkan pelatnas tersebut karena sewaktu-waktu ajang ini bisa dilaksanakan,” pungkas Zainudin.