Badan Olahraga Profesional Indonesia meminta PT Liga Indonesia Baru membenahi sejumlah persoalan laten menjelang musim baru Liga 1. Masalah itu antara lain soal konsistensi jadwal liga dan tunggakan subsidi klub.
Oleh
Adrian Fajriansyah
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menjelang bergulirnya Liga 1 pada 29 Februari ini, Badan Olahraga Profesional Indonesia meminta PT Liga Indonesia Baru menyusun jadwal yang lebih teratur dan tidak merugikan para pemain tim nasional. Konsistensi jadwal itu penting agar fisik para pemain bisa optimal saat membela tim ”Garuda”.
”Jadwal yang lebih bersahabat sangat penting. Tujuannya supaya pemain bisa menjaga fisik. Muaranya, agar mereka tetap optimal ketika dipanggil timnas,” ujar Ketua Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) Richard Sam Bera sesuai pertemuan dengan petinggi PT Liga Indonesia Baru (LIB) di Jakarta, Kamis (13/2/2020).
Richard mengatakan, pihaknya menyambut positif rencana PT LIB hanya mengadakan pertandingan pada Jumat, Sabtu, Minggu, dan Senin. Ini sangat kondusif bagi pemain. Mereka punya jeda waktu untuk beristirahat.
Berkaca dari penyelenggaraan Liga 1 musim sebelum-sebelumnya, jadwal pertandingan berlangsung hampir setiap hari. Hal itu membuat fisik pemain sangat terkuras untuk bermain dan melakukan perjalanan untuk laga kandang dan tandang.
”Ini pasti memengaruhi stamina pemain sehingga tidak optimal ketika ikut pemusatan atau membela timnas,” kata perenang nasional era 1980-1990-an itu.
Selain itu, Richard meminta jadwal benar-benar dibuat rapi dan tidak ada perubahan ataupun penundaan sewaktu-waktu. Pada saat yang sama, PT LIB juga diminta mempertimbangkan pilkada serentak pada 23 September 2020 agar tidak terjadi perubahan jadwal mendadak atau penundaan tiba-tiba.
”Perubahan ataupun penundaan laga yang tiba-tiba pasti akan memberatkan klub maupun sponsor. Hal itu akan berdampak negatif terhadap keuangan klub karena pasti akan membuat kebutuhan anggaran membengkak di luar prediksi mereka sebelum liga digelar. Sponsor, terutama siaran televisi, juga akan merugi,” tuturnya.
Selain itu, Richard juga meminta PT LIB mengantisipasi masalah laten berupa keributan antarsuporter. Musim lalu, Liga 1 masih diwarnai keributan atau perkelahian antarsuporter meskipun intensitasnya menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Masalah yang berulang terjadi itu dikhawatirkan akan merusak citra dan memengaruhi iklim pembinaan sepak bola nasional.
BOPI menyarankan PT LIB memperkuat koordinasi dengan aparat keamanan, baik dari kepolisian maupun TNI, guna mengantisipasi potensi kericuhan. Mereka pun meminta operator liga dan klub-klub peserta melakukan pembinaan lebih baik terhadap suporter.
”Mungkin opsi untuk tidak menghadirkan suporter salah satu klub dalam suatu pertandingan bisa menjadi solusi jangka pendek untuk antisipasi kerusuhan. Untuk jangka panjang, operator liga ataupun klub mesti menindak tegas suporter yang memicu kerusuhan, seperti melakukan blacklist (larangan ke stadion). Kami sendiri tidak segan mencabut rekomendasi pelaksanaan liga kalau kembali terjadi kerusuhan,” ujarnya.
Dalam pertemuan tersebut, secara keseluruhan, BOPI dan PT LIB membahas berkas-berkas administrasi yang harus dipenuhi PT LIB untuk menggelar Liga 1 pada 29 Februari ini. Berkas itu, antara lain, mengenai hal-hal yang terkait hukum olahraga, seperti standar lapangan dan jumlah pemain. Untuk hukum negara, seperti status visa pemain asing, klub harus punya badan hukum, telah membayar pajak, memenuhi hak pemain dan pelatih alias gaji, dan lain-lain.
”Kami akan segera memproses rekomendasi ini dan mungkin bisa turun pada 21 Februari sehingga liga bisa bergulir sesuai rencana pada 29 Februari nanti,” kata Richard.
Direktur Utama PT LIB Cucu Sumantri mengutarakan, pihaknya menyambut positif semua masukan BOPI. Semua masukan itu sejatinya menjadi peta jalan PT LIB untuk mewujudkan kompetisi sepak bola nasional yang jauh lebih baik dan profesional.
”Kami akan memperhatikan hak dan kewajiban kami. Kami berusaha mengantisipasi agar kasus-kasus yang pernah terjadi sebelumnya tidak terulang lagi, terutama masalah hak pemain atau gaji,” ungkapnya.
Pelunasan utang LIB
Seusai menerima pejabat PT LIB, BOPI pun menerima perwakilan klub Liga 2, Sriwijaya FC. Dalam kesempatan itu, SFC meminta bantuan BOPI agar menengahi masalah mereka dengan PT LIB, yaitu terkait tunggakan dana rating TV, subsidi elite pro academy, dan kontribusi Liga 1 musim 2017-2018. Nilai tunggakan PT Liga ke SFC itu mencapai Rp 3,4 miliar.
Manajer SFC Hendri Zainuddin menyampaikan, nilai utang itu awalnya mencapai Rp 4,6 miliar. Namun, karena mereka terus mendesak, PT LIB sempat mengangsur sebanyak lima kali sehingga nilainya sekarang Rp 3,4 miliar. PT LIB terakhir kali membayar tunggakannya pada Januari lalu, yaitu sebesar Rp 200 juta.
Menurut dia, cara itu tidak profesional karena PT LIB baru berniat membayar ketika ditagih. Semestinya, operator liga tidak perlu lagi diingatkan membayar karena sudah menjadi tanggung jawab mereka.
Atas dasar hal itu, SFC meminta bantuan BOPI agar mendesak PT LIB melunasi tunggakan utangnya kepada klub. Selama ini, klub sering didesak memenuhi tanggung jawab kepada pemain. Sebaliknya, saat klub meminta tanggung jawab PT LIB, BOPI tidak bisa merespons cepat.
Jika PT LIB tidak merespons positif desakan tersebut, SFC meminta Liga 2 yang akan digelar 13 Maret ditunda lebih dulu untuk menyelesaikan masalah itu. ”Kami sangat butuh uang itu untuk melunasi utang-utang kami. Sebab, setahun lalu, kami berutang hingga Rp 3 miliar untuk melunasi gaji 29 pemain yang pernah memperkuat SFC,” tegas Hendri.
Richard menjelaskan, pihaknya akan menganalisis dulu laporan SFC. Nantinya, mereka akan berupaya memfasilitasi pertemuan PT LIB dan SFC. BOPI berharap masalah itu segera selesai sebelum kick off Liga 2. ”Kalau ini belum selesai, bukan tidak mungkin kami tidak memberikan rekomendasi penyelenggaraan Liga 2 musim ini,” ujarnya.