J-Village, Langkah Awal Mewujudkan Mimpi Sepak Bola Jepang
Dari J-Village, di Fukuba, Prefektur Fukushima, Jepang membangun mimpi sepak bola mereka. Setelah sempat menjadi markas petugas petugas evakuasi bencana sejak 2011, pusat pelatihan sepak bola ini kembali beroperasi.
Oleh
M IKHSAN MAHAR dari Futaba, Jepang
·4 menit baca
Produk komik manga dan serial anime, Captain Tsubasa, bisa dikatakan sebagai wujud impian Jepang untuk memiliki tim nasional sepak bola yang mampu menguasai Asia dan dunia. Sejak edisi komik perdana keluar pada 1981 serta seri anime televisi disiarkan pertama kali pada 1983, Tsubasa Ozora telah menjadikan sepak bola olahraga terpopuler di Negeri Sakura mengalahkan bisbol.
Namun, untuk mewujudkan impian itu, Jepang tidak hanya teperdaya dengan imajinasi karya budaya pop itu. Mereka mengambil langkah nyata setidaknya ketika memasuki dekade 1990-an.
Pembinaan usia dini digalakkan dengan mengadakan pendidikan olahraga yang berjenjang sejak tingkat sekolah menengah pertama. Lalu, pembenahan sistem kompetisi nasional dengan entitas J-League demi menghasilkan pemain yang mumpuni untuk tim nasional.
Tak hanya itu, sarana penunjang bagi para pemain juga diperhatikan. Salah satunya, Asosiasi Sepak Bola Jepang (Japan Football Association/JFA) meresmikan J-Village pada 1997, yang digunakan timnas Jepang sebagai tempat pemusatan latihan sebelum berlaga pertama kali di Piala Dunia Perancis 1998.
Ketika Kompas berkunjung ke J-Village, awal Februari lalu, fasilitas itu baru saja diresmikan kembali 10 bulan lalu. Kompleks olahraga itu sempat ditutup dan dialihfungsikan sebagai pusat petugas evakuasi bencana setelah terjadi kerusakan Pembangkit Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi, menyusul gempa bumi dan tsunami yang melanda daerah itu pada 11 Maret 2011.
Pemerintah Jepang dan JFA memutuskan untuk merenovasi J-Village pada Juli 2018. Penyelenggaraan Olimpiade 2020 dijadikan momen untuk mengembalikan fungsi J-Village sebagai sarana olahraga.
Dengan wajah baru, di dalam fasilitas khusus sepak bola itu terdapat 11 lapangan sepak bola standar FIFA dan satu lapangan sepak bola mini. Di antaranya, terdapat tiga lapangan rumput sintetis dan satu lapangan sepak bola dalam ruangan.
Berada di daerah Kota Futaba, yang berjarak sekitar 110 kilometer dari pusat Kota Fukushima, J-Village juga menyediakan hotel berjumlah 200 kamar yang digunakan para pemain timnas Jepang putra dan putri dalam seluruh kategori umur dan senior untuk kamp pelatihan. Fasilitas itu juga dilengkapi dua restoran yang dapat menampung ratusan orang.
Agenda besar
Pengelola J-Village dari Pemerintah Prefektur Fukushima, Imazato Hideo, mengatakan, agenda besar pertama yang akan menjadi penanda kehadiran kembali J-Village ialah dimulainya pawai obor Olimpiade Tokyo 2020, 3 Maret 2020. Selanjutnya, timnas Jepang yang akan berlaga di Olimpiade akan melakukan pemusatan pelatihan. Tak ketinggalan, timnas putri Jepang juga akan berada di J-Village setidaknya satu bulan sebelum pelaksanaan Olimpiade.
Adapun Kota Fukushima akan menjadi tuan rumah untuk cabang olahraga bisbol dan sofbol di Olimpiade Tokyo 2020. Atas dasar itu, Pemerintah Prefektur Fukushjma berbenah serius untuk menyambut agenda olahraga terbesar itu, salah satunya penyediaan makanan para atlet.
Hideo memastikan, kawasan J-Village termasuk dalam kawasan bebas radiasi PLTN Fukushima Daiichi. Jarak fasilitas olahraga itu ke PLTN lebih dari 20 kilometer.
Adapun bagi timnas sepak bola Jepang, J-Village adalah saksi bisu hegemoni Negeri Matahari Terbit di peta persaingan si kulit bundar di Benua Kuning. Sejak 1997, Jepang telah meraih tiga gelar Piala Asia dan selalu mengikuti perhelatan 6 Piala Dunia terakhir.
Prestasi lebih gemilang telah dimiliki timnas putri Jepang. Meskipun persiapan sempat terganggu karena bencana di kawasan Fukushima, termasuk memindahkan pusat pelatihan, tim sepak bola putri Jepang berhasil meraih gelar juara Piala Dunia 2011 dan medali perak Olimpiade London 2012.
Dalam pidato pembukaan kembali J-Village, seperti dilansir dari situs resmi JFA, Presiden JFA Tashima Kohzo memastikan, pengembalian program Akademi Fukushima ke prefektur itu akan dilakukan berkala. Tim akademi putra akan kembali pada 2021, sedangkan tim putri pada 2024.
Kohzo memastikan, J-Village memegang peran krusial dalam pengembangan sepak bola Jepang selama dua dekade. Pengembangan teknik tim nasional, pembinaan pemain muda, serta pelatihan bagi para pelatih dan wasit dilakukan di kompleks itu.
”J-Village adalah bagian penting bagi perkembangan komunitas sepak bola Jepang pada masa lalu dan masa depan,” katanya.
Sebuah lukisan karya Michael Alabaster berjudul ”To the Dream” yang digubah pada 1997, yang terpajang di sudut dinding lobi hotel, hadir sebagai penanda Jepang masih terus mengejar mimpinya menguasai sepak bola.
Di tengah kekaguman dengan fasilitas J-Village tebersit pertanyaan, ”Kapan sepak bola Indonesia bisa berprestasi?” Mungkin kita masih belum terbangun dari mimpi....