Forward Sahabat Semarang, Dyah Lestari, tampil dominan saat timnya menumbangkan Flying Wheel Makassar, 68-32, pada seri kedua Piala Srikandi 2020, Kamis (13/2/2020), di Jakarta. Ia menjadi pemain terbaik di laga itu.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Dengan tubuh menjulang tinggi dan agresivitas di atas rata-rata, Forward Sahabat Semarang, Dyah Lestari, menjadi momok bagi tim lawan. Bak "tembok tinggi", ia tampil dominan saat timnya menumbangkan Flying Wheel Makassar, 68-32, pada seri kedua Piala Srikandi 2020, Kamis (13/2/2020), di Jakarta.
Tari, sapaan Dyah Lestari, menjadi pemain terbaik dalam laga tersebut. Pemain berusia 21 tahun ini mencatatkan dobel-dobel, yaitu 21 poin dan 15 rebound, selama 35 menit. Di samping itu, dia juga menyumbang 6 asis dan 6 steal.
“Memang seri ini lagi enak saja. Lebih baik dari seri kemarin meskipun ini masih bisa meningkat lagi,” kata Tari yang pada laga sebelumnya mencatatkan 21 poin dan 6 rebound melawan Tanago Jakarta.
Penampilan Tari begitu komplit. Dengan tinggi 178 sentimeter, dia dengan nyaman bermain di bawah ring. Tinggi itu melebihi rata-rata pemain putri di Piala Srikandi. Tingginya seimbang dengan pemain berposisi center di turnamen tersebut.
Pemain yang sudah lima tahun masuk klub Sahabat Semarang itu memiliki teknik tinggi dalam tembakan perimeter. Akurasi tembakannya mencapai 50 persen. Kemampuan yang cukup baik dalam dribel dan visi bermain membuatnya sering bermain dari luar garis tiga angka.
Agresivitas tingginya dalam bermain terekam dengan jumlah steal dan rebound terbanyak sepanjang laga. Agresivitas juga diimbangi dengan kekuatan stamina. Tari menjadi pemain yang paling lama bermain, total hanya beristirahat lima menit.
Permainan Tari mirip dengan gaya pebasket NBA dari tim Denver Nuggets, Nikola Jokic, meskipun ia lebih mengidolakan sang legenda NBA, Michael Jordan, dalam bermain basket.
Senjata Tari membuat Flying Wheel tidak berkutik sejak awal pertandingan. Sejak quarter pertama, satu-satunya tim asal Sulawesi di Piala Srikandi itu selalu tertinggal lebih dari dua digit angka.
Kemampuan pemain bernomor punggung satu tersebut semakin berkembang musim ini. Tekniknya semakin komplit setelah bergabung dengan tim nasional basket 3x3. Seperti diketahui, pemain harus serba bisa dalam pertandingan basket setengah lapangan itu.
Asisten Pelatih Sahabat Semarang Deny Sartika mengatakan, kemampuan dribel dan stamina anak asuhnya memang sangat meningkat. “Itu sangat bagus buat tim ini. Bisa terlihat dalam dua pertandingan di seri Jakarta,” katanya.
Kendati demikian, Tari masih memiliki kekurangan, salah satunya adalah masalah kepemimpinan. Dia belum bisa memimpin rekan-rekannya saat kapten Sahabat Semarang, Yuni Anggraeni, tidak bermain.
“Tari harus didampingi Yuni. Kalau tidak, mainnya jadi kurang. Tidak tahu juga karena kan mental pemimpin ini kan bawaan lahir ya. Nah ini yang masih harus diperbaiki terus,” sebut Deny.
Setelah dua kemenangan di laga pembuka, Sahabat Semarang menargetkan menyapu bersih lima kemenangan di seri Jakarta. Hasil ini dikejar untuk memperbaiki rekor kurang baik di seri pertama, yaitu hanya dua kali menang dari lima laga.
Pelatih Flying Wheel Kwandi Winarso mengatakan, pemainnya masih kurang jam terbang. Di Sulawesi, masih sangat jarang tim basket putri. Begitu pula dengan turnamen basket, yaitu biasanya hanya ada sekali dalam setahun.
“Jam terbang tidak bisa bohong. Mereka kurang bertanding. Banyak yang seharusnya dilakukan di lapangan, seperti box out, tetapi mereka lupa. Kami sudah pelajari untuk menjaga Tari lebih ketat, tetapi tidak berhasil ,” kata Kwandi.
Hasil itu membuat Flying Wheel belum merasakan manisnya kemenangan dalam Piala Srikandi musim ini. Mereka mencatatkan tujuh kali kekalahan dan berada di juru kunci klasemen sementara.