Manajer Arsenal Mikel Arteta mengisi jeda waktu musim dingin dengan melatih para pemain di Dubai selama 12 hari. Arteta ingin para pemain mengenali lagi wajah asli klub, yaitu permainan indah sekaligus menyerang.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LONDON, MINGGU — Bagi Mikel Arteta, Manajer Arsenal, jeda musim dingin selama 12 hari bagaikan pramusim kecil. Sang manajer memanfaatkan waktu singkat itu dengan berlatih di Dubai. Dia ingin para pemain mengenali lagi wajah asli klub yang terkikis saat di bawah rezim manajer sebelumnya, Unai Emery.
Arteta menyadari ”The Gunners” sudah banyak berubah sejak ditinggal manajer legenda Arsene Wenger. Di bawah Emery, selama satu setengah musim, Arsenal meninggalkan filosofi permainan indah dengan bermain pragmatis.
Sebelum laga lanjutan Liga Primer melawan Newcastle, Minggu (16/2/2020), pria Spanyol itu membawa timnya ke Dubai. Dia menggunakan jeda musim dingin untuk membiasakan pemain dengan filosofi bermain menyerang racikannya.
”Ini seperti pramusim mini di Dubai. Kami mengerjakan banyak hal soal prinsip bermain kami. Bagaimana kami ingin bermain dengan lawan. Saat memegang bola ataupun tanpa bola. Saya berharap pemain lebih mengenal filosofi kami di sini,” kata Arteta dalam konferensi pers sebelum laga menghadapi Newcastle pada Sabtu.
Salah satu fokus di Dubai adalah menekan lawan saat bertahan. Arteta menginginkan Mesut Oezil dan rekan-rekan bermain dengan garis pertahanan tinggi. Dia tidak mau membiarkan lawan memegang bola terlalu lama. Strategi ini lazim dipraktikkan tim-tim dengan gaya menyerang dan penguasaan bola dominan.
Prinsip ini sudah dipraktikkannya sejak diangkat menjadi manajer pada Desember 2019, tetapi belum berjalan dengan baik. Dalam beberapa laga,, pemain masih sering kewalahan saat tampil menekan sepanjang 90 menit.
Mereka masih belum terbiasa karena selalu nyaris bermain bertahan di bawah garis tengah saat dipegang Emery. Hal itu membuat stamina dan daya tahan pemain menurun drastis.
Lihat saja hampir di setiap pertandingan, pemain-pemain Arsenal kehilangan intensitas pada babak kedua. Salah satunya penyerang Arsenal Alexandre Lacazette yang selalu bertolak pinggang saat laga memasuki menit ke-70.
Kaki-kaki letih membuat tim asal kota London itu sering kehilangan kemenangan pada paruh kedua. Tercatat, Arsenal kehilangan total tujuh poin dari tiga pertandingan karena kecolongan menjelang akhir laga.
Kembali bugar
Dengan pramusim kecil, Arteta juga berharap pemainnya kembali bugar. ”Musim ini cukup berat bagi mereka. Karena itu, jeda ini akan sangat berarti. Saya memberikan sedikit istirahat, lalu kami berlatih di suasana baru,” kata mantan anak asuh Wenger tersebut.
Walaupun meletihkan, penggawa Arsenal tampak bahagia berlatih bersama sang pelatih. Mereka menikmati gaya menyerang ala Arteta yang merupakan perpaduan dari Wenger dan Josep Guardiola.
”Apa yang Mikel coba bangun adalah sesuatu yang besar. Saya percaya akan filosofinya. Saya yakin kami bisa berbicara banyak tahun ini dan pada masa mendatang. Kebahagiaan kami telah kembali bersamanya,” kata bek Arsenal, David Luiz.
Kapten Arsenal, Pierre-Emerick Aubameyang, mengatakan, para pemain menjadi haus akan kemenangan. Mereka ingin menampilkan permainan indah seperti sedia kala di setiap pertandingan untuk memuaskan suporter.
Permainan indah
Permainan indah menjadi ciri Arsenal sejak 22 tahun kepemimpinan Wenger. Bagi sang profesor, julukannya, hasil adalah urusan kedua setelah menghibur penonton yang telah membeli tiket. Filosofi itu sempat membuat media Inggris, The Telegraph, menampilkan judul utama, ”Arsene Mencintai Sepak Bola Indah”.
Di lain sisi, Arteta juga mengembalikan kekompakan pemain Arsenal. Motto klub, Victoria Concordia Crescit, yang berarti kemenangan tumbuh dari keharmonisan, mulai dirajut ulang.
Contohnya, setiap akhir laga Arteta memimpin anak asuhnya bersama-sama ke tengah lapangan untuk berterima kasih kepada fans. Tidak ada lagi pemain yang membangkang. Pada rezim Emery, Oezil nyaris keluar dari klub karena merasa tidak dihargai. Sementara itu, kapten terdahulu klub, Granit Xhaka, sempat membuang ban kapten karena dicemooh pendukungnya sendiri.
Emmanuel Petit, mantan gelandang Arsenal, mengekspresikan kegembiraannya melihat wajah terbaru Arsenal. ”Mereka lemah di lapangan dan di ruang ganti. Sekarang setelah beberapa minggu bersama rezim Arteta, saya melihat yang berbeda. Intensitas permainan dan etos kerja pemain meningkat tajam, terutama kebersamaan mereka,” katanya.
Dalam pidato terakhirnya di Stadion Emirates, Wenger sudah berpesan untuk menjaga nilai-nilai klub dengan permainan indah dan kekeluargaan tinggi. Meskipun sempat pudar, nilai ini yang sedang dirajut kembali oleh sang suksesor sekaligus anak didiknya, Arteta. (AFP/REUTERS)